Bab 24

9.7K 1K 59
                                    

Brak!

Suara pintu terbuka dengan kencang membuat Vano menoleh bermaksud ingin marah pada seorang yang lancang membuka pintunya tanpa izin.

"Kakakk~"

Tatapan tajam itu menghilang dengan cepat. Ia menatap tubuh yang lebih mungil darinya yang berjalan layaknya anak TK.

"Hm?" Gumamnya kembali menatap buku.

"Kakak lagi baca apa?" Lio yang berada di sebelah Vano menatap penuh penasaran, ia menundukkan dirinya untuk melihat judul cerita.

Belum sempat ia membaca judulnya buku itu sudah disembunyikan oleh Vano di bawah bantal.

"Kepo." Ucapnya dengan menggendong Lio agar naik ke kasur.

"Huh .. pelit!" Gerutunya.

Mengingat tujuannya datang kemari Lio tersenyum cerah, "kakak, ayo temenin Lio main di luar."

Vano menatap Lio sejenak sebelum melemparkan pandangan ke jendela.

"Tidak lihat ? di luar panas." Ucapnya terdengar sinis.

"Um ... Liat, terus ...?" Lio mengerjapkan matanya bingung.

"Lupakan, lebih baik tidur." Vano menepuk tangannya sehingga lampu di kamarnya padam diikuti gorden yang tertutup.

Lio menatap penuh takjub, ia baru tahu jika lampu bisa menyala ataupun padam hanya karena tepukan tangan. Tubuh mungil itu berusaha untuk turun, ia ingin mencobanya juga di kamarnya.

Sebelum menggapai pintu suara Vano menghentikan dirinya, "kemana?"

Lio membalikkan badannya, ia menatap Vano yang bersandar di kasur dengan tangan yang bersedekap dada.

"Lio mau ke kamar, mau coba kayak kakak tadi ..."

"Kemari, cobalah di sini."

Lio tersenyum manis ia berlari dengan riang menerjang Vano yang terkejut karena tindakannya.

"Ck, berhati-hati."

Vano mendudukkan Lio di antara kakinya.

"Cobalah."

Lio menepuk tangannya antusias, namun lampu tetap padam. Ia menoleh ke arah Vano dengan muka bingungnya.

"Hanya satu kali."

Lio menyengir, ia terlalu bersemangat hingga bertepuk tangan terlalu banyak. Ia menepuk tangannya sekali lagi dan lampu langsung menyala.

"Udah kan? Sekarang tidur." Vano menepuk sisi kasurnya.

"Lio nggak ngantuk kakak, kak Vano aja yang tidur. Lio mau keluar main sama Abang, hehe ... "

"Itu bukan pertanyaannya, Lio. Tidur dan berhentilah omong kosong."  Vano diam menunggu Lio untuk berbaring.

Lio mengangguk ia membaringkan dirinya lalu memeluk Vano erat. Mengingat sesuatu, ia kembali duduk, Lio menepuk tangannya sehingga lampu padam.

"Kakak, udah tidur ?" Lio mengangkat kepalanya, tangannya dengan iseng menekan pipi Vano.

Lio tersenyum saat tangannya digenggam oleh tangan yang lebih besar.

"Kenapa?"

"Lio gak bisa tidur ... " Keluh Lio dengan cemberut.

Vano menghela napas, ia merubah posisinya menjadi duduk dan mengambil sebuah benda yang ia letakkan di laci meja samping kasurnya.

Lio yang penasaran diam-diam mengintip, ia mengernyit saat melihat Vano yang nampak memutar sebuah putaran di benda dengan bentuk lingkaran itu.

"Itu apa?"

Vano tidak menjawabnya, ia hanya melirik sekilas lalu kembali memutar putaran di benda itu. Tak lama sebuah musik menenangkan terdengar, ia menaruh benda itu di atas meja.

"Sekarang tidur." Vano memaksa tubuh mungil itu agar kembali berbaring, tangannya terulur untuk mengusap punggung Lio.

Lio tersenyum, ia mendekat dirinya pada Vano. Tangan mungil itu melingkar memeluk kakaknya.

Beberapa menit dengkuran halus terdengar, Vano menunduk melihat wajah Lio. Ia tersenyum tipis, selimut yang menutupi mereka berdua ia naikkan sampai batas leher.

ObsessionWhere stories live. Discover now