Chapter Five

5.1K 464 13
                                    

Keadaan lorong sepanjang kedai roti lapis itu tiba-tiba ramai dengan orang-orang yang berlarian. Ellya penasaran, ada apa yang terjadi sebenarnya.

Terlebih dua orang laki-laki yang mengajaknya bicara barusan dengan sigap langsung keluar dan ikut berlari namun menuju arah berlawanan. Ia penasaran sebenarnya siapa mereka berdua.

Bangsawan kelas rendah atau pejabat setempat yang menyamar menjadi orang biasa. Akan tetapi, Ellya terkejut sekaligus takut saat ada salah seorang bandit tiba-tiba masuk dan menodongkan senjata pada madam pemilik kedai ini yang sedang berada di kasir.

"Cepat serahkan semua uang mu!" Teriaknya sembari terus memaksa madam itu membuka laci kasir.

Orang lain yang sedang berada di kedai ini tak bernai melakukan apa-apa selain bersembunyi di bawah meja, terkecuali Ellya.

"Ampuni saya, uang ini harus saya gunakan untuk anak saya di akademi." Madam itu nampak tak rela dan terus memohon agar bandit itu tak mengambil semua uang yang ada di laci.

"Aku tidak peduli bodoh, jika kau tak segera menyerahkan uang maka nyawamu sendiri yang akan kuambil!"

Ellya marah, tentu saja, para pengecut itu hanya bisa menggertak kepada orang yang lemah. Benar-benar definisi pengecut yang bersembunyi di balik senjata mereka.

"Tidak, ampun tuan. Saya akan memberikan uang namun tidak semuanya. Bagaimana saya bisa berdagang besok jika uang yang harusnya sebagai modal tidak ada," Madam memelas memohon agar uangnya tidak diambil. Ellya harus mengambil tindakan, bagaimanapun ia adalah seorang putri Duke yang memiliki banyak kontribusi dalam kesejahteraan meski wilayah ini bukan lagi di wilayah Duke Forester.

"Hentikan, atau aku akan mengadukan ini kepada pejabat di sini dan kalian akan ditangkap!"

Cengkraman tangan pada baju madam itu terlepas, bandit itu menoleh kepada suara yang mengganggunya. Setelah menemukannya, para bandit itu mendecih melihat seorang Lady atau nona yang beraninya mengganggu mereka.

"Kau wanita rendahan bersikap layaknya bangsawan, beraninya menyuruhku! Apa kau ingin terlibat dalam masalah ini dan nyawamu sebentar lagi akan hilang?"

"Cih, dasar pengecut. Kau hanya berani terhadap orang kecil yang tak sebanding dengan dirimu, dan, menjadi pekerjaan sebagai bandit bodoh bukanlah hal terpuji pria jelek!"

Pria bandit itu tersulut emosi dengan ejekan Ellya, madam yang ada di belakang tubuh bandit memberikan aba-aba agar Ellya tidak usah ikut campur apabila tidak ingin terkena imbasnya.

"Kenapa, kau tersinggung dengan perkataan ku?"

Bandit itu berjalan mendekat ke arah Ellya sembari tersenyum miring, itu menakutkan batin Ellya. Namun, bukan berarti nyalinya takut untuk menghadapi remahan batu ini.

Ia berterima kasih kepada kedua kakaknya yang dulu selalu memaksanya untuk mengikuti latihan bela diri dan pedang. Di saku kecilnya ia juga sudah menyiapkan belati yang cukup panjang untuk berjaga-jaga.

Bergantung pada bilah pisau itu ia menepis serangan senjata yang digunakan bandit itu, pun, dengan gesit Ellya bisa menghindari dan bisa membaca lawannya.

"Siapa yang mengajarimu nona? Mana ada seorang nona menggunakan bilah pisau untuk menyerang seseorang, seperti aib keluarga." Bandit itu mencoba memprovokasi Ellya dengan ucapannya.

Ellya tidak terpengaruh, justru ia segera melakukan tendangan yang tak akan bisa bandit itu hindari. Salah sendiri lengah dan mengajak berbicara.

"Arghh!" Tepat di titik sensitif Bandit itu, sehingga bandit tersebut terjungkal dan kepalanya menghantam pinggiran meja.

The Duchess SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang