Chapter Ten

4.7K 423 5
                                    

Flashback

Menjelang siang, Ellya sudah pergi dari dukdeom tanpa ketahuan oleh pengawal yang sedang bertugas. Beruntung ia memiliki maid yang pengertian dan baik hati seperti Lein. Bajunya yang ia kenakan juga tak mencolok seperti bangsawan lainnya, karena ada sebuah misi yang hendak ia lakukan untuk sebuah kebaikan bersama.

Sampai di persimpangan ia menaiki kereta kuda yang telah Lein pesan, menunjukkan identitas dengan nama Lein sebagai pemesan kereta kuda. Pembawa kereta kuda itu mengangguk dan mempersilakan Ellya untuk segera naik.

"Tolong nanti berhenti agak jauh dari tempat tujuan," perintah Ellya sebelum pembawa kereta itu menutup pintu.

"Baik, nona."

Sepanjang perjalanan ia terus menutup jendela dengan tirai yang ada, seseorang tak boleh melihatnya. Kereta terus berjalan menyusuri jalan yang sepi karena beberapa penduduk sudah berada di pusat kota.

Setengah jam perjalanan yang hening, akhirnya Ellya sampai dan memberi beberapa koin kepada pembawa kereta itu. Bangunan kosong itu nampak sepi dan tak tersentuh, namun Ellya justru tersenyum penuh arti.

Ellya segera menuju ke dalam dan bertemu dengan seseorang yang memberikan undangan minum teh—Viscountess Margareth.

"Maaf saya sedikit terlambat kerena ada kendala di perjalanan," ujar Ellya seraya membungkuk memberi salam kepada semua yang sudah berkumpul di sana.

"Tidak apa, kita masih menunggu beberapa orang lagi."

Lima menit kemudian semua orang sudah berkumpul dan menempati posisinya masing-masing melingkari meja yang sudah penuh dengan kertas-kertas yang bergambar denah.

Semua orang di dalam ruangan ini nampak menggebu-gebu saat menyampaikan argumen dan pendapat mereka. HIngga tiba saat Viscountess Margareth menyampaikan opininya.

"Beberapa hari lalu di pertemuan pemerintahan, mereka mengusulkan untuk mengambil lagi wilayah yang sudah lepas dari kekaisaran. Saya jelas berpendapat tidak setuju karena sudah ada perjanjian, hanya saja beberapa lelaki di sana meremehkan saya yang berjenis kelamin perempuan,

dari sini kita paham, hakikat perempuan di mata mereka hanya dipandang sebelah mata dan suara-suara kita tidak akan didengar. Bukankah semua orang bebas untuk berpendapat, meskipun tidak satu pendapat tetapi menghargai itu adalah nilai dari kemanusiaan," lanjut Viscountess Margareth.

"Kemarin, pegawai bank juga meremehkan saya karena saya seorang wanita dan hendak menarik sejumlah uang dengan nominal yang cukup besar. Katanya 'mana ada wanita yang berpenghasilan besar selain menjadi pelac**, meskipun suami mu bangsawan sekalipun!" saya hanya mendiamkan saja, maksudnya memangnya kenapa jika kita wanita?"

Apa salahnya menjadi seorang wanita? 

Bukankah mereka juga penduduk dan sama-sama manusia, mengapa jenis kelamin memengaruhi presepsi seorang wanita yang lemah?

"Tidak ada salahnya menjadi seorang wanita, lihat saja, laki-laki juga akan lemah jika terus bergantung tentang urusan rumah kepada istrinya. Tetapi, sering kali mereka juga lupa bahwa kuat dan berkuasa itu tidak hanya soal fisik dan jenis kelamin—" jeda Ellya yang menyuarakan pendapatnya.

"—serperti kasus Viscountess Margareth, bahkan dalam menyampaikan sebuah pendapat, pun, masih dilihat dari jenis kelamin. Kalau kita hanya diam saja dan tidak membuat sebuah perubahan baru, suara wanita semakin lama juga akan makin remeh di mata mereka. Dengan adanya pertemuan ini, saya harap kita bisa bersama untuk menentang kebijakan dan membuat suara wanita dan rakyat kecil juga pantas untuk di dengar."

Semua orang setuju dan mengangguk, mereka juga tengah memikirkan rencana kedepannya agar tujuan dari organisasi ini diadakan berhasil entah kapan. Dan, meski organisasi ini akan terendus oleh kekaisaran dengan tujuan pemberontakan, mereka tetap bersemangat untuk meneruskan organisasi ini.

Dimulailah dengan pembahasan strategi-strategi yang hendak mereka gunakan. Untuk saat ini antisipasi mereka adalah agar organisasi ini tidak terendus ke permukaan hingga kekaisaran.

***

"Saya tidak tahu anda memiliki pandangan yang tak terduga. Seorang anak muda memang jiwa semangatnya masih membara," puji Viscountess Margareth kepada Ellya.

"Terima kasih, saya anggap itu sebagai pujian, Viscountess Margareth. Saya juga merasa kagum dengan anda yang masih bersemangat dan bahkan berani berpendapat di pemerintahan."

Viscountess Margareth tersenyum, lantas teringat bahwa Ellya dan Duke Ellington dijodohkan atas perintah Kaisar Hendry.

"Saya dengar-dengar anda akan menikah karena dijodohkan dengan Duke Ellington, apakah itu benar?"

Sebelum menjawabnya, Ellya menarik napas  dalam. Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima perjodohannya.

"Iya, anda benar. Tapi tolong dirahasikan dari anggota yang lain. Karena mereka belum mengenal saya sebagai putri Duke Forester.

Percakapan itu hanya berlangsung sebentar, hingga seseorang datang menjemput Viscountess Margareth untuk kembali ke kediamannya. Ellya juga harus bergegas pergi dari bangunan ini agar tidak ada orang lain yang melihatnya.

Flashback off

Ellya berterima kasih kepada Lein, pasalnya jubah yang ia kenakan memiliki tudung yang bisa membantu menyembunyikan wajahnya. Walau, banyak yang tidak mengenalinnya tapi akhir-akhir ini ia terus bertemu orang baru.

Setelah keluar dari gedung tua itu, Ellya bersembunyi di balik gerobak pengangkut tong entah apa isinya. Ia melihat seseorang mendekat ke arah gedung tua itu, ia kemudian berjalan menunduk menuju celah antar bangunan.

Daerah ini memang terkenal dengan lingkungan yang kumuh dan juga jalan yang berlubang membuat wadah untuk genangan air. Ia harus ekstra hati-hati, merasa seseorang itu jauh dari pandangannya, Ellya berjalan seperti biasa kembali.

"Lady?" suara berat itu menghentikan langkah dan degub jantung Ellya.

Bisa ditebak, itu adalah Duke Ellington. Kenapa harus sekarang?!

Duke Ellington bertanya seperti hendak menginterogasi Ellya, dan menanyakan luka pada lengan beberapa waktu lalu. "Lalu mengapa anda juga berada di sini?" tanya Ellya penasaran.

"Ah ... seperti biasa, tugas saya mengawasi sekitar," tidak berbohong Duke Ellington memang bertugas, kan. Ellya juga tak banyak bertanya

"Apa anda hendak ke pusat kota melihat perayaan, saya bisa mengantar anda untuk melihatnya bersama?" Duke Ellington berniat menawarkan bantuan kepada Ellya karena tersesat.

"B—baiklah, tetapi bagaimana dengan tugas anda?" jawabnya sedikit tebrata karena gugup.

Benar! bagaimana dengan penyelidikannya? Kenapa ia berucap tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Seolah ada bius agar ia tetap bersama dengan Ellya. "Saya bisa selesaikan itu nanti setelah mengantar anda," jawabnya sembari tersenyum hingga matanya terbentuk seperti bulan sabit.

"Jika tidak merepotkan anda, baiklah."

Mereka berdua kemudian menuju pusat kota melihat perayaan, memang tak jauh jaraknya, tetapi bagi Ellya saat ini waktu berjalan sangat lambat. Karena ia berada di belakang Duke Ellington, Ellya bisa melihat dengan jelas bahu lebar itu terlihat nyaman untuk sekadar menyandarkan kepala, tubuhnya juga proporsional dan terlihat pas dengan pakaian yang sedang dikenakan.

Bugh!

Kepala Ellya menabrak sesuatu yang terasa hangat, "Maaf, apakah anda terluka?" tanya Duke Ellinton.

YA AMPUN, TERNYATA TADI ITU DADA DUKE ELLINGTON!

"Tidak, memangnya ada apa?" Ellya bertanya sembari mengelus keningnya yang sedikit terbentur dengan kancing yang ada di baju Duke Ellington.

"Anda tidak sadar, lihatlah di depan anda ada saluran air. Sekarang pegang tangan saya, gaun yang anda kenakan mempersulit anda untuk melompat." Tangan Duke Ellington menjulur dan meminta izin kepada Ellya untuk memegangnya.



***

Halo, kalian bisa baca di Cabaca ya kalau mau support hehe. Timakaciii


The Duchess SecretWhere stories live. Discover now