Chapter Twelve

4.5K 466 6
                                    

Sembilan puluh persen persiapan pernikahan hampir rampung, segala keperluan entah itu keperluan untuk pakaian dan lain-lain sudah dikerjakan dengan baik meski waktu yang diberikan cukup singkat.

Duke Ellington duduk di ruang kerjanya, waktunya sehari-hari habis untuk bekerja dan mengawasi persiapan pernikahannya dan beberapa dokumen pekerjaannya. Bahkan Lucas yang melihat Duke Ellington membolak-balik kertas ikut merasakan tertekan.

"Mohon maaf, Duke Ellington. Apa lebih baik anda tidur?"

Duke Ellington menatap Lucas dengan kerutan jelas di dahinya. "Sudah jam berapa ini?"

"Jam sebelas malam, tuan."

"Iya kah? Sepertinya aku tidak sadar duduk selama empat jam. Kau boleh kembali, terima kasih untuk bantuannya hari ini."

Duke Ellington merenggangkan kedua tangannya untuk mengulur otot-otot yang telah tegang, merasakan beban persiapan pernikahannya yang telah menguras tenaganya selama berhari-hari. Sebenarnya masih ada hal-hal kecil yang harus ia periksa kembali, seperti detail-detail terakhir dalam dekorasi atau persiapan akhir acara, tetapi ia tak boleh mengambil resiko dan terlambat di hari pernikahannya esok hari. Kepastian bahwa segala sesuatunya berjalan lancar adalah prioritas utamanya saat ini, karena pernikahan adalah momen penting dalam hidupnya yang ingin ia pastikan berjalan sempurna.

***

Semua tamu undangan telah berada di gereja untuk menyaksikan pernikahan Duke Ellington dan putri Duke Forester—Lady Ellya Forester—pagi ini.

Dekorasi yang digunakan tidak tergolong mewah seperti pernikahan Putra mahkota, akan tetapi kesan mewah itu dapat dirasakan dari sentuhan-sentuhan dekorasi yang sederhana dan indah.

Beberapa bangsawan berbisik-bisik mengenai calon mempelai wanita, dari yang mereka bicarakan mengenai rumor-rumor buruk calon mempelai wanita. Suara berbisik-bisik itu segera menyebar dan hampir seluruh orang yang hadir pula membicarakannya.

Kaisar Hendry duduk paling depan bersama dengan putra dan putri mahkota mengabaikan topik yang sedang orang lain bicarakan.

Lady Marine menatap Duke Ellington nanar, ia berpikir seharusnya ialah yang berada di posisi mempelai wanita dan sama-sama mengikat janji suci. Meski kini hanya sebuah angan belaka.

Lancaster yang melihat perubahan mimik muka istrinya itu tersenyum masam, inilah yang ia inginkan. Mau bagaimana pun Lady Marine telah menjadi istrinya dan tidak akan bisa bersama dengan Duke Ellington.

Sekilas, Duke Ellington melihat Lady Marine yang juga sedang menatap dirinya. Langsung saja ia memalingkan wajahnya, juga menulikan telinganya untuk tidak mendengar bisikan-bisikan mengenai rumor-rumor tentang calon istrinya.

Hingga tiba saat dimana Ellya akan segera masuk. Seluruh tamu undangan sontak melihat ke arah pintu dan menunggu bagaimana calon pengantinnya, apakah sama dengan rumor-rumor jelek itu.

Lancaster—putra mahkota—tersenyum puas saat melihat wajah putus asa Duke Ellington, dengan calon istri yang berwajah buruk rupa maka citra Duke Ellington akan hancur dan Lady Marine akan tetap menjadi miliknya selamanya.

Saat diberitahukan kepada semua orang bahwa Lady Ellya Forester segera memasuki gereja, atensi mereka melihat sosok wanita dengan tubuh yang indah di balik balutan gaun, kulitnya putih tidak pucat dan terlihat segar. Rambut berwarna merah yang disanggul dan diberi mahkota dan perhiasan kecil membuatnya nampak cantik.

"El?" lirih Duke Ellington saat melihat calon istrinya, ia hara pia tidak bermimpi kali ini. Semakin mendekat bersama Duke Forester, dirinya dibuat terpukau dengan kecantikan Ellya Forester.

"Jadi El itu—Ellya Forester?" gumamnya sejurus kemudian sebuah senyum terukir di wajah Duke Ellington.

Semua tamu undangan terpukau pula dengan kecantikan dari Lady Ellya Forester, terkecuali Lancaster yang menahan emosinya saat melihat calon mempelai wanita. Bagaimana bisa rumor-rumor itu salah? Setelah pulang nanti ia akan menghukum pelayannya karena telah memberikan infromasi yang palsu.

Lagi pula, salah sendiri Lancaster percaya kepada rumor-rumor yang tidak pasti. Pun, bagi Lady Marine, melihat Duke Ellington tersenyum dengan senyum yang sama saat masih bersama dirinya membuat dirinya membenci Ellya Forester.

"Hai ..." sapa Ellya lirih setelah sampai di depan Duke Ellington yang sedari tadi ia perhatikan berdiri diam saja.

***

Selesai mengikat janji suci, Duke Ellington masih tak percaya. Sewaktu tadi dipersilakan untuk mencium mempelai wanita, ia gugup setengah mati. Akhirnya ia hanya mengecup kening Ellya selama beberapa detik saja.

"Apa anda ingin sesuatu?" tanya Ellya yang melihat Duke Ellington diam saja.

"T—tidak," jawabnya.

"Baiklah, saya akan mengambil makanan. Perut saya sudah lapar," ujar Ellya kemudian berlalu menuju tempat makanan yang tersedia.

Sore ini, pesta pernikahan digelar secara sederhana di kediaman Duke Ellington. Semua orang memakai pakaian yang lebih santai dan terlihat menikmati peta yang digelar.

"Lady Ellya?" tanya seseorang dan menghentikan Ellya mengambil manisan buah. Ia kemudian berbalik dan melihat perempuan berdiri di belakangnya.

"Astaga, mohon maaf putri mahkota. Saya tidak tahu anda berada di belakang saya, apakah ada yang bisa saya bantu?"

Lady Marine menatap dari atas hungga bawah, menilai bagaimana Ellya yang sesungguhnya jauh dari rumor-rumor itu.

"Tidak, aku hanya ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kalian berdua. Hadiah yang kuberikan sudah dibawa oleh Lucas, ku harap kalian suka dengan hadiah yang kuberikan," ujar Lady Marine.

Ellya mengangguk lantas berkata, "Terima kasih atas kebaikan anda, putri mahkota. Merupakan kehormatan bagi saya, apapun hadiah yang anda berikan sangatlah berarti untuk saya juga untuk Duke Ellington. Apakah Lady Marine sudah makan? Saya ingin merekomendasikan manisan ini. Rasanya sangat enak dan tidak terlalu manis."

"Sebenarnya aku sudah kenyang, tapi kalau kau yang merekomendasikannya aku akan memakannya," putus putri mahkota.

Duke Ellington melihat dari kejauhan saat Ellya dan Lady Marine berinteraksi. Saat hendak menuju ke istrinya tiba-tiba putra mahkota datang menghampirinya. Mereka berbincang mengenai sesuatu dan Lancaster dengan perasaan kesal atas rumor yang salah. Ia bodoh karena mengusulkan perjodohan Duke Ellington dengan Lady Ellya.

"Selamat atas pernikahan kalian berdua," ujar putra mahkota tak berminat.

"Terima kasih, putra mahkota." Duke Ellington bisa melihat raut wajah tak suka saat Putra Mahkota memberikan selamat atas pernikahannya. Ia tersenyum kemenangan dalam hati, ia tahu atas usul siapa perjodohannya dan orang itu tepat berada di depannya.

"Ternyata Lady Ellya sangatlah cantik dan jauh berbeda dari rumor-rumor yang beredar."

"Memangnya kenapa, putra mahkota?" tanya Duke Ellington penasaran. Ia tak ingin sesuatu miliknya direbut oleh putra mahkota.

"Ah ... tidak apa-apa. Ini baginda Kaisar Hendry memberikan surat undangan minum teh." Lancaster memberikan surat dengan cap dari kekaisaran.

Lancaster menatap Duke Ellington dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu tetapi menahannya. Kemudian, dengan menggumamkan kata-kata terima kasih, Lancaster meninggalkan Duke Ellington untuk membuka surat undangan tersebut.

Dalam surat tersebut, Kaisar Hendry mengundang Duke Ellington dan Lady Ellya Forester untuk minum teh bersama di istana kekaisaran. Tidak ada rincian lebih lanjut, hanya tanggal dan waktu acara tersebut akan berlangsung.

Duke Ellington memperlihatkan surat undangan kepada Ellya dengan senyum di wajahnya. "Kita diundang untuk minum teh di istana kekaisaran," katanya dengan gembira.

Ellya tersenyum, "Itu pasti akan menjadi pengalaman yang menarik. Tapi, apakah kita siap untuk bertemu dengan bangsawan dan kerabat kekaisaran?"

The Duchess SecretWhere stories live. Discover now