Chapter Fourteen

4.5K 412 13
                                    

Tepukan ringan di pipi Ellya membuatnya terbangun, ia menegakkan kembali badannya dan mencoba untuk terlihat segar. "Terima kasih, Duke," ujar Ellya.

Jarak kerajaan hampir dekat, jalanan juga lenggang tak banyak yang berlalu-lalang. Jadi waktu tak terbuang di perjalanan.

Setelah sampai di depan gerbang, Duke Ellington dan juga Ellya turun. Peraturan di kerajaan kaisar Hendry seluruh kendaraan apapun dilarang masuk ke dalam setelah melewati gerbang utama.

Jarak gerbang dengan istana kerajaan juga tak terlampau jauh, karena begitu masuk beberapa langkah sudah memasuki gedung istana depan.

Seorang pelayan datang menemui mereka berdua, "Selamat datang Duke Ellington dan Lady Ellya. Yang mulia Kaisar Hendry sudah menunggu anda di taman bersama dengan putra mahkota juga putri mahkota, mari saya antarkan."

Pelayan itu berjalan terlebih dahulu, Duke Ellington dan Ellya bertautan tangan. Mereka sudah membicarakan untuk bersikap selayaknya suami istri pada umumnya.

Tak lama pelayan itu membukakan pintu sebuah ruangan yang menghadap ke danau yang ada di dalam istana kekaisaran. Mereka berdua memberikan salam hormat kepada Kasar Hendry juga putra dan putri mahkota.

"Silakan duduk, pelayan tolong suguhkan teh dan jamuan nya," perintah Kaisar Hendry.

"Baik, yang mulia."

Ternyata acara minum teh yang Ellya pikir sederhana salah, nyatanya ada banyak bangsawan yang juga hadir dalam acara minum teh ini. Ellya bingung bagaimana menempatkan dirinya, ia jarang mengikuti acara minum teh kecuali dengan keluarganya sendiri.

Bagaimana kalau suasananya menjadi tegang karena dirinya?

Duke Ellington melihat Ellya yang tegang segera menggenggam tangan Ellya yang berada di sebalik meja. Hal itu tak luput dari pandangan Lady Marine—putri mahkota—dan kini turun sudah mood yang telah ia bangun.

Kaisar mulai memberikan ucapan selamat kepada Duke Ellington karena akhirnya telah menikah juga. "Saya tidak menyangka, Lady Ellya akan secantik ini."

"Terima kasih atas sanjungan anda yang mulia Kaisar," balas Ellya tersenyum lalu menunduk tanda hormat.

"Bagaimana anda bisa hidup dengan rumor-rumor buruk itu, Lady Ellya—atau sekarang menjadi Duchess Ellya?" Salah seorang bangsawan tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang Ellya hindari.

Lady Marine tampak antusias dengan pertanyaan itu, begitupun dengan Lancaster yang sedang menahan emosinya melihat senyum merekah di wajah Duke Ellington.

"S—sejujurnya, saya juga risih dengan segala rumor-rumor buruk mengatasnamakan saya. Tetapi, daripada saya membungkam seribu mulut lebih baik saya menutup kedua telinga saya dan membiarkannya begitu saja."

"Lalu untuk rumor anda sakit parah juga begitu?" Lagi, Ellya mengangguk tersenyum sebelum menjawabnya.

"Ya, benar. Saya harap yang lain juga tidak menganggap benar rumor-rumor tak berdasar itu. Karena yang dirugikan bukan hanya orang yang sedang digunjingkan, penyebar berita juga akan merasa rugi karena rumor-rumor itu salah adanya."

Suasana sore hari itu begitu cair, Lady Marine hanya diam menyimak Ellya yang sedang menjawab pertanyaan para bangsawan dan sesekali menatap Duke Ellington.

Lancaster yang sudah kesal tiba-tiba berdiri, "mohon maaf saya harus ke belakang sebentar." Kaisar akui, Lancaster ini sedikit kekanakan. Tetapi satu-satunya pewaris tahta kekaisaran tak boleh jatuh di tangan orang lain. Hanya darah dagingnya yang bisa menjadi penerus tahta dan memimpin negara ini.

Kembali lagi, melihat Lancaster bertingkah seperti itu membuat keyakinannya goyah. Haruskah ia menyerahkan tahtanya kepada orang lain yang berada di luar darah kekaisaran?

***

Acara berjalan lancar, Kaisar Hendry meminta Duke Ellington dan Lady Ellya untuk menginap di istana. Hari sudah mulai malam, dan perjalanan yang ditempuh oleh Duke Ellington dan Lady Ellya juga memakan waktu yang lumayan.

Namun ditolak oleh Duke Ellington, "Maaf atas kelancangan saya, tetapi saya tidak bisa karena kami tidak menyiapkan barang-barang kami untuk menginap di sini. Selain hal itu, kami tergolong pengantin baru ..." ujar Duke Ellington kemudian diakhiri dengan sedikit tersenyum konyol sembari melihat ke arah Ellya.

"Ah, begitu rupanya kalian ingin menghabiskan waktu berdua saja malam ini. Tetapi silakan makan malam bersama kami, sebagai rasa terima kasih karena kalian berdua telah bersedia hadir di sini."

"Terima kasih atas kebaikan anda, Kaisar Hendry. Kami akan makan malam bersama dengan anda," putus Duke Ellington.

Ellya tersenyum puas dalam hati, ia sudah lapar dan menunggu kereta kuda untuk sampai di kediaman Duke Ellington rasanya hanya membuatnya mati. Sejak siang tadi ia belum mengganjal perut, sekadar sarapan dengan roti dan segelas susu yang tak habis.

Keduanya berjalan di belakang Kaisar Hendry dan pengawal untuk menuju ruang makan utama.

"Saya tahu anda belum makan, jadi dengan makan malam di sini semoga anda tidak sakit. Tolong jangan pernah meninggalkan jam makan, Lady," bisik Duke Ellington tepat di telinga Ellya.

Efeknya luar biasa, gelenyar aneh merambat dari perut hingga dadanya terasa penuh dengan oksigen. Bibir Duke Ellington tak sengaja mengenai daun telinga Ellya.

***

"Yang mulia," panggil Lady Marine kepada putra mahkota yang kini sedang menatap langit di dalam kamarnya.

Setelah kepergian Lancaster dari acara minum teh tadi, Lady Marine berinisiatif untuk menyusul dan melihat keadaan putra mahkota. Sepertinya suaminya itu sedang marah.

"Kau masih mencintai Duke Ellington?" tanya putra mahkota tiba-tiba. Lady Marine tak langsung menjawab. Ia melihat punggung lebar milik putra mahkota sebelum menjawabnya.

"T—tidak, yang mulia. Saya akan terus mencintai anda karena anda adalah suami saya."

"Suami, ya?"

Putra mahkota berbalik menatap Lady Marine yang menunduk sembari memilin ujung gaunnya. Ia berjalan mendekat dan memegang paksa bahu Lady Marine.

"Argh..." ringis Lady Marine merasakan bahunya diremas kuat oleh putra mahkota.

"Suami kau bilang? Lalu apakah seorang istri dari putra mahkota terang-terangan melihat laki-laki lain yang sudah berstatus suami orang? Jawab!" sentak putra mahkota.

Lady Marine sontak terkejut dan matanya mulai mengalirkan bulir-bulir air yang membasahi pipi. Putra mahkota mendongakkan kepala Lady Marine dan mencium paksa dan terkesan kasar.

Sembari memeluk erat Lady Marine, putra mahkota membanting tubuh ringkih itu di atas ranjangnya. Ia mulai menciumi Lady Marine dengan kasar dan beringas, tak memedulikan tangisan Lady Marine.

"Katakan, apakah boleh seorang istri melakukannya?"

Lady Marine menggeleng, bukan seperti ini. Pernikahan impiannya hancur seketika setelah melihat kemarahan putra mahkota saat ini. Kenapa ia yang harus di salahkan, kenapa putra mahkota tidak berkaca sendiri?

Siapa yang mengusulkan perjodohan Duke Ellington dengan Lady Ellya kepada kaisar agar putra mahkota bisa menikah dengan dirinya?

Semua ini salah Lady Ellya, Duke Ellington sudah tak memiliki binar itu  lagi di matanya saat melihat ke arahnya. Berbeda setelah melihat ke arah Lady Ellya, binar itu bertambah terang.

Demi apapun, ia benci dengan Lady Ellya yang bisa mendapatkan apa yang ia inginkan sejak dulu. Ia akan membalasnya, secepatnya untuk mengobati rasa sakit hatinya.

The Duchess SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang