Chapter Eight

4.9K 456 6
                                    

Siang yang terik, juga dengan suasana sebuah ruangan di dalam gedung pemerintahan kekaisaran Osellia. Terdapat Kaisar Hendry sebagai pimpinan dan pengambil keputusan dan jajaran bangsawan yang memiliki andil dalam pemerintahan.

Sebanyak tiga puluh orang yang hadir, salah satunya adalah Duke Ellington yang posisinya berdekatan dengan kaisar. Meski banyak orang yang iri dengan posisi yang lumayan penting dalam pemerintahan.

Ada pula Duke Forester, mendapat undangan dari kaisar yang langsung mendatangi kediaman Duke Forester juga membahas perjodohan dengan Duke Ellington. Mendapatkan kehormatan seperti itu adalah keinginan setiap orang yang duduk di bangku panas ini.

"Bagaimana wilayah timur yang tidak mengikuti wilayah kekaisaran kita? Sudah dua ratus tahun mereka melepaskan dari kekuasaan kaisar dan sekarang kita bisa merebut tanah kita kembali," usul Viscount Theodore dengan bersemangat.

Beberapa ada yang mengangguk dan menggelengkan kepala tanda ragu dengan gagasan itu. Merebut kembali bukanlah hal yang mudah, apalagi peperangan juga tak mungkin dilakukan karena jumlah pasukan yang tak imbang.

"Betul, yang mulia Kaisar Hendry. Wilayah timur saya dengar sangat subur untuk ditanami gandum. Bukankah selama ini hampir empat puluh persen pasokan gandum kita berasal dari wilayah timur,

Akan lebih baik jika wilayah tersebut menjadi milik kekaisaran, maka kita secara tidak langsung memiliki ladang tersebut untuk cadangan makanan," lanjut Baron Roosevelt.

Selain gandum beberapa buah-buahan yang masuk ke dalam kekaisaran juga berasal dari wilayah timur. Memang jika dilihat dari peta ukuran kekaisaran Osellia lebih besar dari wilayah timur akan tetapi tidak semua tempat untuk ladang subur dan memerlukan pupuk serta pengolahan yang ekstra.

Menjadikan wilayah timur untuk bergabung kembali dengan kekaisaran merupakan opsi yang cukup menguntungkan.

"Memang benar apa yang kalian semua katakan, akan tetapi perjanjian tertulis itu adalah sebuah sumpah suci tidak untuk dilanggar. Di dalamnya sudah tercantum agar kedua wilayah tidak lagi mempermasalahkan kepemilikan serta kepemimpinan," seru Viscountess Margareth.

Semua orang yang ada di sana hanya tertawa namun tidak dengan kaisar, Ellington dan Duke Forester. Orang-orang tertawa dengan nada yang meremehkan.

"Bagaimana bisa ada janda di sini,  kau seharusnya berkabung dan berada di rumah tidak duduk di kursi pemerintahan ini." Ledek Viscount Theodore kemudian tertawa sinis.

"Memangnya kenapa kalau ada wanita di sini, aku mendapatkan undangan sebagai wakil dari suamiku Viscount Edwin. Seharusnya semua yang ada di sini memiliki hak yang sama untuk memberikan pendapatnya, bukan begitu yang mulia Kaisar?" tegasnya. Semua mata kini tertuju pada Viscountess Margareth.

Memang tabu untuk wanita mengurus urusan laki-laki, seperti situasi di pemerintahan saat ini. Seakan kehadiran mereka adalah angin yang tidak berwujud sehingga sering kali terabaikan.

Kaisar Hendry meniti satu persatu siapapun yang hadir saat ini, dibandingkan dengan jumlah wanita yang ada di dalam ruangan ini. Laki-laki terlihat sangat mendominasi dan vokal terhadap suaranya.

"Perkataan Viscount Theodore memanglah benar, seharusnya memang tidak ada wanita di sini. Tetapi karena jabatan Viscount Edwin belum di turunkan kepada anaknya maka satu-satunya yang mewakili adalah Viscountess Margareth."

Gondok sudah hatinya, sudah ia duga akan seperti ini. Pemerintah macam apa yang semuanya hanya diatur oleh laki-laki dan perempuan harus mengikuti semua peraturan tanpa adanya persetujuan.

"Lantas yang mulia, mengapa anda mengundang saya jika tahu bahwa seorang WANITA tidak boleh berada di pemerintahan?"

Tanpa mengurangi rasa hormat dan kedongkolan hati, Viscountess Margareth tak ragu-ragu mengatakan hal tersebut.

The Duchess SecretWhere stories live. Discover now