Chapter 2

199 36 15
                                    

Peringatan: PROLOG DAN CHAPTER 1 KHUSUS FLASHBACK. UNTUK CHAPTER SETERUSNYA, KITA MENUJU KE MASA DEPAN MEREKA. HARAP JANGAN TERLALU BERHARAP, WALAU CERITA INI PASTI HAPPY ENDING.

Niatnya disini ada banyak scene romantis, tp krn author yg baik hati ini nggak bakat jd kalau bikin geli dan ambigu, silakan muntah ditempatnya ya. Bawa plastik kresek kl perlu.

****

Hari kedua setelah menikah.

Mereka memutuskan untuk pindah dari Ibu Kota, hendak mencari ketenangan dan kedamaian disana seraya menikmati masa tua. Walaupun umur mereka tak terlalu tua amat, bahkan kalau bisa dibilang mereka termasuk ke dalam kategori nikah muda.

Sekarang jam dinding menunjukkan kearah angka delapan, hari sudah pagi dan sudah waktunya untuk beraktivitas dengan suka cita.

"Waduh, bahan-bahan dah abis ya? Hhh, kemaren nggak sempet belanja banyak sih."

Mara bangkit, dia pun menutup kulkas dan duduk dimeja makan. Merenungi nasib, kalau tidak punya bahan-bahan lantas bagaimana dia memasak dan menyiapkan makanan?

"Kenapa?" turun dari tangga, Amato sedikit heran karena memandangi ekspresi Mara yang sangat burik itu. Padahal ini masih pagi, tapi wajahnya sudah kusut sekali.

Sepasang netra Mara terlontar pada Amato, lantas dia membuang napas perlahan. "Bahan-bahan buat masak habis, aku jadi nggak bisa masak deh buat sarapan kita."

Lah, hanya masalah begitu sampai-sampai wajah Mara langsung sesuram itu?

"Ck, makan diluar. Gitu aja ribet," berdecak samar, pada akhirnya Amato memberi usulan. "Kamu mandi sana, siap-siap."

"Makan diluar? Beneran?"

Amato pun mengangguk pelan, "hm."

Wajah Mara langsung sumringah ketika mendengar usulan Amato yang sangat brilian, matanya langsung berbinar senang. Dia pun beranjak.

"Okey, jangan ditinggal ya? Awas aja." Dan istrinya itu pergi.

Menatap kepergian Mara, Amato pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Dia tak habis pikir, sikap Mara sama sekali tak berubah. Selalu saja bertingkah seperti anak kecil. Dan perkara yang masih menjadi misteri adalah, kenapa ya setiap kali cewek diajak keluar atau jalan-jalan pasti dia akan kegirangan?

Satu jam Amato menunggu, tapi Mara tidak muncul. Sedang apa dia sampai selama ini?

"Mara, cepetan. Kamu lagi ngapain sih?" seru Amato dari lantai bawah.

Oke, fiks. Seketika Amato jadi tidak mood untuk keluar, karena menunggu kedatangan Mara yang tanpa kepastian.

"Iya, iya." Akhirnya, Mara pun turun. "Gimana?"

Amato menoleh, dan sejenak ia mematung. "Kamu dandan?"

Mara mengangguk dan tersenyum, "bagaimana menurutmu? Aku lagi belajar dandan sih, hehe buat kamu. Kamu suka nggak sama penampilan aku yang begini?"

Hening menyertai, Amato tak menjawab. Dia hanya mencoba untuk berpikir, kalimat apa yang akan dia berikan pada Mara?

Amato beranjak, dia berjalan mendekati Mara yang berdiri di samping tangga. Dagunya sedikit menunduk karena mencoba untuk menatap Mara lebih dekat lagi. Mara kan pendek, jadi Amato sedikit kesulitan untuk memandangi istrinya itu.

SULIT DIMENGERTI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang