EPILOG

246 28 1
                                    

Tap...

Tap...

Grep!

"Akhirnya lo pulang juga, kak. Gue rada kangen sama lo, lebih tepatnya gue kangen sama duit lo sih, hehe."

Memutar bola mata bosan, si lawan bicaranya tampak mendengus lirih dan berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan maut sang adik. "Gimana kabar yang lainnya?"

"Baik kok, semuanya aman terkendali. Ya iyalah, kan gue yang ngurus semuanya." Ucap sang adik dengan sombongnya.

"Dua tahun berlalu dan kelakuan lo tetap masih sama ya? Sama-sama stres."

"Anjirlah, kalau ngomong suka bener. Gue emang rada stres sih kak, lagi merindukan kasih sayang soalnya."

"Bacot lo, dasar prenjon." Dengus nya.

"Heh kampret, ngaca dikit kek! Lo juga sama, dasar tukang gamon." Balas si lawan bicara seolah tak ingin kalah.

"Ck, kabar dia gimana? Masih nungguin gue?"

"Acieee, nanyain. Kenapa? Mulai berharap, hm? Ya, dia masih nungguin lo sih. Kata Venthy begitu. Jadi, kapan lo nembak dia?"

Diam untuk beberapa saat, pemuda itu membalikkan badan lantas melanjutkan pijakannya untuk keluar dari Bandara sembari menyeret tas koper.

"Kapan-kapan."

****

SULIT DIMENGERTI [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang