Chapter 6

136 31 4
                                    

Jumat berkah, kan?

****

Mengurusi wanita yang tengah hamil muda ternyata memang memerlukan tenaga yang sangat ekstra. Terlebih lagi emosinya yang sangat labil dan banyak maunya, hal itu membuatkan Amato terlihat seperti pembantu pribadi sekarang.

Dia disuruh kesana dan kemari, berasa menjadi budak.

Bruk!

Menurunkan dua keranjang berisikan buah anggur, Amato menoleh kepada Mara yang tengah duduk di sofa seraya menikmati acara televisi.

"Tuh, katanya mau buah kan?" tanya Amato dengan wajah yang cukup lelah, dia harus memborong buah anggur karena permintaan Mara.

Kepala Mara beralih dan tersenyum puas karena permintaannya telah dituruti dengan baik, "aku mau. Cuciin ya?" ucapnya dengan kedua mata yang berbinar bahagia.

"Hm," Amato hanya sekilas bergumam lirih. Dia membawa dua keranjang itu ke dapur dan membersihkan beberapa butir anggur untuk dinikmati oleh istrinya tercinta.

Setelah selesai, Amato pun kembali mendekati Mara seraya mengulurkan sebuah piring berisikan anggur yang telah ia bersihkan tadi. "Nih."

"Makasih, sayang." Jawab Mara dengan tangan yang menerima piring tersebut.

Ia pun langsung melahapnya tanpa basa-basi, "ini manis banget loh."

"Baguslah kalau kamu suka," ujar Amato yang bersandar di kepala sofa.

"Kamu beli dimana? Kalau ini sih enak pake banget."

"Impor," jawab Amato cepat.

Hal itu membuatkan sang suami mendapati sebuah tatapan datar dari Mara, sejenak ia menghembuskan napas kecewa. "Kok impor sih?"

"Kenapa?" mengernyit bingung, Amato pun kembali bertanya. Bukannya lebih bagus?

"Huft-- aku maunya buah lokal, Amato. Nggak mau impor," keluhnya.

"Memang bedanya apa? Bukannya lebih bagus kalau impor? Itu kiriman langsung dari Amerika loh, tadi aku nyuruh karyawan lain untuk membelinya khusus untukmu."

"Pantesan lama," cibir Mara yang entah kenapa jadi kesal.

"Kamu nggak suka? Padahal, tadi kamu sempet bilang kalau enak."

"Lain kali beliin aku makanan yang lokal aja, aku lebih suka yang lokal. Lidahku dan lidahmu itu beda, Amato. Jangan disamakan dong."

Lah, memangnya salah ya?

"Yaudah iya, sekarang anggurnya dimakan. Dah terlanjur dibeli, masa nggak dimakan?" 

Mendengus pelan, Mara akhirnya menurut. Ia kembali menyuap anggur itu bulat-bulat, tatapannya beralih kearah televisi yang menyala terang.

Hening menghampiri keduanya, Mara dan Amato saling diam. Karena Mara sibuk sendiri, jadilah Amato harus cosplay menjadi patung hidup.

Drrtt!

Hpnya bergetar di dalam saku, mengejutkan si pemilik ponsel. Segeralah Amato merogoh sakunya sejenak lantas meraih ponsel tersebut. Menatap sekilas kearah Mara yang cengengesan karena terlalu menikmati acara televisi, Amato menghela napas pelan.

SULIT DIMENGERTI [ END ]Where stories live. Discover now