24. Bang David datang

0 1 0
                                    

Gue setengah sadar dan ngerasa ada seseorang yang disamping gue. Tapi, bukannya gue tidur sendiri?

Gue coba buka mata, dan..

"DOORRR! Ayo, bangun anak kebo!" Tiba-tiba bang David ada disini. Kapan nyampenya?

"Loh?? Kok lo disini? Ngapain?"

"Kangen adek gue-lah, ngapain lagi."

"Tumben banget lo. Tapi, kok lo tau gue ada disini?"

"HP lo masih bisa dilacak, Cicak. Lagian lo aneh banget, kabur dari rumah kok kaburnya ke rumah Mbah."

"Cicak, cicak, enak aja lo panggil nama orang cantik kayak gitu. Sopan dikit, dek."

Bang David cuma nyengir kuda. "Setelah lo pergi dari rumah, suasana rumah jadi sepi banget. Nggak ada yang buatin makanan atau minuman buat temen-temen gue."

"Oh, jadi lo manfaatin gue buat jadi pembantu lo? Oke, kalo gitu bayar gue sekarang."

"Ogah banget gue nafkahin lo. Mending lo balik sama Raka biar lo bisa hidup hedon."

"Kok lo sekarang tambah stunting, ya? Makan apasih lo, ngeselin banget."

"Stunting?" Gue liat bang David mikir sesuatu. "SINTING, CICAK! BUKAN STUNTING!" Suara bang David ini nggak pantes hidup di pedesaan yang tenang. Suaranya melebihi toa masjid.

"Iya, iya! Gue tau! Maklum-lah orang baru bangun tidur."

"Ista, David, ngapain teriak-teriak pagi-pagi? Nggak baik, pamali." ucap Mbak Uti dibalik pintu kamar.

"Bang David, Mbah. Usil banget!"

"Udah, sekarang kamu siap-siap ke sekolah. Biar David istirahat. Kasian baru nyampe sini."

Bang David masang muka tengilnya. Dengan santainya, dia rebahan santai dikasur gue. Aslinya nggak ikhlas, tapi emang anaknya ngeyel nggak mau pindah.

Gue mikir kejadian semalam. Sempet kepikiran juga buat tanya ke Mbah, mungkin Mbah tau tentang Panji. Soalnya Mbah sama bapaknya Panji itu deket banget.

Tapi, gue juga mikir kalo Mbah nggak tau, nanti Mbah malah nyari tau. Takutnya masalah ini makin panjang kali lebar. Walaupun Panji bener-bener diluar batas, tapi nggak mungkin juga gue manfaatin keadaan buat bikin Panji makin terpuruk.

"Mikir apa, Is? Itu makanannya nganggur, lho." ucap Mbah Uti yang bikin gue sadar dari lamunan gue.

"Mikir pacar mungkin, Mbah. Ista 'kan cowoknya banyak." Tiba-tiba bang David ikut nyela. Gue heran makhluk ini muncul mulu. Pake ilmu apa, ya?

"Ya wajar banyak yang kepincut. Ista 'kan cantik." tukas Mbah Uti yang seketika kasih skor satu kosong buat bang David.

"Tuh, dengerin kata Mbah." Gue masang muka pamer yang bikin bang David akhirnya kasih gue tatapan sinis dan milih duduk buat sarapan.

Ngomong-ngomong, gue belum tau maksud dan tujuan sebenarnya dari kedatangan bang David. Mau nanya, tapi waktunya belum tepat. Mungkin setelah sarapan gue bisa tanya.

"Mbah, Ista berangkat, ya!" Gue agak teriak pas didepan rumah, biar Mbah kedengeran dari dalam rumah.

"Hati-hati, Nduk!" jawab Mbah yang juga ikut teriak. Asik juga teriak pagi-pagi. Untung tetangga bukan orang julid.

Nona Ista [ON GOING]Where stories live. Discover now