26. Ini janji Panji

0 1 0
                                    

Gue bakal pertegas semua. Mungkin banyak hal yang diluar ekspektasi hari ini. Kehadiran Panji dan Dini hari ini berhasil bikin gue penasaran. Gue nggak bakal biarin Panji keluar dari sekolah. Gue sama Panji udah janji bakal lulus bareng-bareng.

Hal diluar ekspektasi yang pertama adalah gue dan Gita yang sama-sama telat masuk sekolah. Gara-gara itu, gue sama Gita disuruh bersih-bersih gudang. Apes banget.

Gita berkacak pinggang. "Akhirnya, selesai juga."

"Kamu masih mikirin Panji?" tanya Gita yang langsung bikin lamunan gue buyar.

"Iya, aku masih nggak nyangka aja cowok sebaik Panji mau ngelakuin hal sekotor itu."

"Namanya juga nafsu, Is."

"Nggak tau kenapa aku ngerasa ada yang nggak beres. Toh, Dini sama Panji juga awalnya nggak terlalu dekat, kok tiba-tiba Dini bisa hamil anaknya Panji? Bukannya itu aneh banget?"

"Dini!" Lamat-lamat gue dengar suara orang dari luar gudang. Gue sama Gita buyar, dan langsung cari tau siapa didepan gudang. Gue sama Gita ngintip lewat celah-celah pintu gudang.

"Mereka ngapain disini? Baru kali ini liat mereka dekat." Gue sempet geleng-geleng kepala liat kejadian yang bener-bener baru gue liat ini. Gue nggak habis pikir.

"Gimana? Lo masih di keputusan lo, kan?"

Dini cuma geleng-geleng kepala. "Aku mau udahan."

"Udahan? Segampang itu lo ngomong? Rencana kita udah hampir sampai puncak, Din."

"Tapi, aku nggak bisa bohongin Panji." Suara Dini udah mulai serak. Dia nahan air mata.

"Lo cinta sama Panji, kan? Terus, apa bukti lo cinta sama dia? Lo nggak ada perjuangan sama sekali buat Panji. Inget, saingan lo Ista. Dia saingan berat buat lo!"

"Selama ini aku selalu nurutin kemauan kamu! Tapi, kamu sama sekali nggak mau nurutin apa yang aku minta!" Dini rupanya sudah naik pitam. Cukup bikin ngeri kalo dia udah marah.

"Gue nggak nurutin kemauan lo? Terus, usaha gue buat deketin lo sama Panji, lo anggap apa? Buka mata lo!"

"Kemauan aku saat ini bukan itu. Aku cuma pengen kamu tanggungjawab buat anak ini!"

Gue makin dibuat penasaran. Gue sama Gita saling pandang, kita bener-bener kaget. Gue masih coba meresapi ucapan mereka. Rasa pengen tau gue seketika balik seratus kali lipat.

"Nggak usah teriak-teriak. Jangan sampai orang lain tau tentang ini."

"Kenapa? Kamu takut reputasi keluargamu hancur gara-gara kelakuan bejat anaknya?" ucap Dini yang bikin gue tepuk tangan dalam hati. Kata-katanya bener-bener bisa menantang pihak lawan.

"Jaga mulut lo! Kalo emang lo nggak mau lanjutin rencana ini, mending lo gugurin anak ini!"

"Nggak. Anak nggak bersalah ini berhak hidup. Ini anak kamu!" ucap Dini penuh penekanan.

"Iya, gue tau. Tapi, lo juga harus mikir gimana nasib kita. Anak ini cuma bakalan jadi penghambat."

"Kalaupun kamu nggak mau tanggungjawab buat anak ini, aku nggak bakal gugurin dia. Aku yang bakal rawat dia tanpa sosok ayah brengsek kayak kamu!" tukas Dini. Dia milih pergi dari sana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nona Ista [ON GOING]Where stories live. Discover now