II - Back?

8.8K 532 5
                                    

-i would never fall in love again until i found her-

Aku terbangun, sungguh terkejut ketika melihat seisi ruangan yang tampak berbeda. Ini bukan kamar Raja maupun kamar Ratu, ini kamar Pangeran Mahkota. Seingatku kamar Pangeran Mahkota telah di robohkan untuk membangun Istana baru, lalu kenapa masih ada?

Ketika aku mengusap wajahku untuk menenangkan diri, aku tersentak ketika melihat ukuran tanganku. Ukuran tangan anak kecil yang berumur delapan tahun, dengan perasaan berkecamuk aku pergi kedepan kaca, sosok anak kecil berambut khas keluarga Kerajaan dengan mata nya yang jernih terpantul dikaca, aku terkejut, tentu.

Lalu aku kembali ke ranjang untuk beradaptasi dengan hal ini, apakah ini mimpi sebelum pergi ke dunia Tuhan? Aku pernah membaca buku yang ditulis oleh pendeta dari kuil suci, dia menyatakan jika sebelum manusia kehilangan kesadaran sepenuhnya, dia akan pergi ke suatu masa yang paling terkesan dalam hidupnya. Dia akan melihat dosa dan kebaikannya sebelum Malaikat utusan Tuhan menjemputnya.

Aku mencoba untuk tenang, seingatku aku tidak memiliki hal yang terkesan saat ini, aku juga tidak melakukan kesalahan dan kebaikan. Lalu mengapa? Aku menunggu, aku menunggu saat Malaikat utusan Tuhan itu menjemputku, satu, dua, tiga. Lima jam aku telah menunggu, aku hanya duduk di atas ranjang sembari melamun.

Setiap satu jam sekali, seorang pria akan mengetuk pintu dan memanggilku. Aku tidak merespon panggilannya. Menurut perkiraanku, pria tua itu akan datang dan mengetuk pintu sesuai apa yang telah ia lakukan sejak lima jam lalu.

Tok. Tok. Tok.

Benar.

"Pangeran? Apakah anda sudah bangun? Tolong jawab panggilan saya jika anda sudah bangun."

Aku mengenali suara itu, ia adalah Mar. Pelayan khususku sejak kecil yang telah meninggal sejak aku berumur sepuluh tahun. Aku sama sekali tidak bisa mengerti keadaan ini, bagaimana bisa seseorang yang telah meninggal muncul kembali.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk menjawab panggilannya.

"Iya," suaraku sedikit serak karena aku tidak meminum air selama lima jam. "Aku sudah bangun."

"Apa yang anda inginkan saat ini? Suara anda terdengar serak, saya khawatir jika anda akan sakit."

Aku berpikir sejenak.

"Makan, aku lapar."

Mar mungkin terdiam karena ia sedikit terkejut.

"Saya akan segera menyiapkannya, lalu apa lagi yang anda inginkan?"

"Siapkan pakaian, aku akan mandi dan pergi keluar."

Nada suara pria tua itu sedikit bergetar. "Baik, saya akan menyiapkan semuanya."

Dua jam berlalu, aku telah mandi dan duduk diruang makan pribadi untuk makan. Mar dengan hati-hati membawa nampan yang berisikan berbagai macam makanan. Tak lupa ia memberikan secangkir teh manis yang merupakan minuman kesukaanku sejak kecil.

"Pangeran, Yang Mulia Ratu ingin berbicara kepada anda setelah anda makan."

Aku bingung. "Hm?"

"Anda akan menemuinya?"

Aku berpikir tentang topik yang akan dibicarakan oleh ibu. Aku telah bertanya kepada Mar, hari ini tanggal tiga maret tahun seratus delapan puluh enam ollen. Aku ingat peristiwa yang terjadi yang menyebabkan aku mengurung diri dikamar, yaitu perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tanpa persetujuanku.

Jadi pastilah ibu akan membicarakan hal itu, tetapi sepertinya aku tidak akan bisa berbicara dengan ibu, ada hal penting yang harus kulakukan. Jadi aku akan menolak.

LaevousWhere stories live. Discover now