VI - Preparation

2K 162 1
                                    

-wondering if you'd want me now-

Sesuai dengan permintaanku dan janji ayah, hari pertunanganku dengan Zietha di majukan. Lebih tepatnya beberapa hari lagi aku akan bertunangan dengan Zietha, aku tahu ini mendadak tapi aku menyukai hal ini.

Seluruh Istana telah di dekorasi dengan warna biru dan putih. Berbagai macam hiasan dan bunga terletak dimana-mana, termasuk lukisanku dengan Zietha yang terpajang di pintu masuk aula. Lukisan itu dibuat kemarin sore di taman oleh Madam Selie.

Aku sendiri tidak memiliki alasan yang membuatku keberatan atas hal yang dilakukan ayah, aku justru lebih senang karena dengan hal ini aku bisa mengawasi dan menjaga Zietha lebih dekat dengan statusku sebagai tunangannya. Zietha dan keluarganya juga terlihat tidak keberatan meski Duke Viesxel masih merasa waspada dengan kejadian tempo lalu yang menimpa putri bungsunya.

"Pangeran." Mar masuk dan membuat pelayan lain menepi. "Tuan Muda Avorez meminta untuk bertemu dengan anda."

Avorez, nama seorang pemuda. Lebih tepatnya seorang anak sulung dari keluarga Viesxel, kakak laki-laki pertama Zietha yang kelak dimasa depan akan mengambil alih keluarga Viesxel dan menjadi Duke. Permintaan pertemuannya denganku pasti berhubungan dengan adik perempuannya. Zietha.

Aku berpikir sejenak. "Ya, aku akan menemuinya, sepuluh menit lagi."

Mar segera pergi setelah mengatakan hal yang penting-penting saja. Aku segera bersiap-siap dan pergi setelah semua kegiatanku selesai.

Diruang tamu, pemuda bersurai perak dengan mata biru yang cerah sedang duduk menghadap kaca. Pantulan wajahnya membuatku seketika mengingat Zietha karena wajahnya sangatlah mirip, pembawaannya yang sopan dan menenangkan benar-benar persis seperti Duke Viesxel.

Dia bangkit dan membungkuk melihatku, senyuman rumit menyambutku begitu aku berdiri dihadapannya. Tinggiku dan Avorez sangat berbeda jauh, umur Avorez kini telah mencapai lima belas tahun dan aku masih delapan tahun. Membuat perbedaan besar diantara kami.

"Saya kira Pangeran tidak bisa menemui saya karena sibuk." Begitulah katanya ketika aku duduk dan Mar datang membawakan kudapan.

Aku mengambil cangkir teh dan menawarkannya pada Avorez. "Itu mungkin saja Tuan Avorez, terlalu banyak kegiatan yang harus aku lakukan dan ikuti meski aku masih berumur delapan tahun. Ditambah dengan adanya acara pertunangan ini membuatku semakin sibuk."

"Maaf kalau begitu," dia mengambil cangkir teh dan tersenyum. "Waktu anda sangat berharga, jadi saya akan langsung menyampaikannya secara cepat."

"Silakan."

"Atas perintah ayah saya atau Duke Viesxel, beliau memerintahkan saya agar bertemu dengan anda dan berbicara tentang sesuatu yang sangat penting. Terkait peristiwa yang menimpa adik saya, ditemukan lingkaran sihir yang tak jauh dari daerah hutan yang menjadi tempat kejadian."

"Lingkaran sihir? Bukankah ini berarti kelompok penyihir ikut bertanggung jawab dalam kejadian ini?"

"Itu masih dugaan saja Pangeran. Tidak ada bekas-bekas sihir yang ditemukan di tempat kejadian, meski begitu, kecurigaan terhadap penyihir tidak bisa dihilangkan begitu saja. Ayah khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada saat acara pertunangan, maka ayah mengusulkan agar Pangeran mengundang para pendeta dari kuil suci."

Penyihir, satu kata yang membuat orang seketika memikirkan tentang sihir. Entah apa itu sihir ataupun penyihir yang pasti mereka tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia sendiri. Penyihir tidak baik ataupun jahat, mereka seperti manusia yang memiliki sifat yang bisa mengubah diri mereka sendiri-sendiri.

Lawan dari para penyihir adalah para pendeta, kekuatan dari dalam tubuh penyihir bertentangan dengan kekuatan dari para dewa. Meskipun begitu, penyihir termasuk kedalam hukum alam yang keberadaannya sangatlah penting. Mereka bertugas menjaga dan memelihara alam dari segala kerusakan yang ada.

LaevousМесто, где живут истории. Откройте их для себя