[S1] CHAPTER 2: PAKSAAN

2.6K 170 24
                                    

"Aku tak mau dan aku tak peduli, kau harus tetap memanggilku dengan sebutan daddy saat aku memberikan rasa sakit di tubuhmu." bisik Jay lagi, diakhiri desahan berat dan kecupan basah di leher bagian dalam ku, tepat di bagian paling sensitif di tubuhku. Sialan! Walaupun ia sangat menggoda, auranya terasa begitu dominan dan menyeramkan.

Tanpa sadar membuatku memalingkan wajah seiring mengigit bibir bawahku pelan. Jay bawa wajahku agar kembali menatap matanya, "Say my name?" pinta lelaki itu. Aku tarik napas dalam lalu mengucapkan dengan ragu, "Jay daddy?". Senyuman manis kembali terukir di wajah anak mafia itu. Ia gunakan ibu jarinya untuk mengelus permukaan bibirku, sambil terus menatap mataku penuh kesan dominan. Sialan, padahal ia lebih muda dariku tapi kenapa ia bisa terlihat sedominan ini? Seperti orang tua yang sangat ahli dalam memanipulasi pikiran seseorang.

Jay menoleh ke seorang anak buahnya yang duduk tepat di sampingnya, "Bawa masuk kekasih Y/n bernama Riki itu. Biarkan dia melihat semua yang aku lakukan pada kekasihnya!" perintah Jay begitu mengejutkanku. Refleks aku remas tangan Jay yang sengaja ia letakkan di antara dua kakiku, "Daddy, jangan bawa Niki masuk, kumohon dia belum cukup umur." pintaku. Wajar saja jika aku sangat ketakutan karena suasana di dalam permaisuri room ini sangatlah mengerikan, tak bisa aku jabarkan secara gamblang tapi yang jelas suasananya sudah seperti pesta sex yang sangat ramai. Bahkan banyak lelaki dan wanita yang telah dalam keadaan bertelanjang bulat dan saling memanjakan satu sama lain. Desahan terdengar saling menyaut mengalahkan suara musik yang mengalun kencang.

"Kalau belum cukup umur, kenapa kau ajak masuk ke dalam club ini? Kau memalsukan KTP-nya?" tanya Jay malah balik memojokkan aku atas kenyataan tersebut. Ya, memang aku sengaja membuat KTP palsu untuk Niki agar dia bisa leluasa dalam melakukan apapun, termasuk mengunjungi club malam ini. Namun, tidak untuk kegiatan yang pasti akan kami lakukan yaitu bercinta. Dia masih terlalu muda untuk melihat secara langsung sebuah pesta sex yang sangat ramai. Aku saja begitu ketakutan berada di ruangan ini, jika tidak dipaksa aku mungkin sudah berusaha kabur walau harus membuat keributan.

"Ku mohon, jangan biarkan dia masuk." pintaku dengan sangat. Jay tetap meminta anak buahnya itu untuk memanggil Niki dengan senyuman penuh kemenangan yang terukir di wajahnya. Aku mendesah kasar dan berusaha membuat jarak duduk dari lelaki itu hingga tak lama, Niki masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan tangan dan kaki yang terikat kuat di sebuah kursi roda.

Langsung aku bangkit untuk menghampiri kekasihku tersebut. Berusaha aku menunduk seraya menangkup wajahnya untuk memastikan keadaannya. "Gwenchana?" tanyaku begitu khawatir atas keadaan Niki. Atensi lelaki itu berkaca-kaca, aku dapat melihatnya dengan jelas walau keadaan di dalam ruangan ini sangatlah ramai. Terlihat jelas rasa bersalah di wajah Niki saat memandangku.

"Nuna, maafkan aku. Aku tak bisa melepaskan diri dari mereka." gumam lelaki itu, terdengar lirih seolah ia berusaha menahan tangisan yang ingin pecah. Aku elus permukaan wajah Niki, "Mereka menyakitimu, sayang?" tanyaku lagi sekedar memastikan. Belum sempat Niki menjawab pertanyaan ku tersebut, Hyunjin keburu menghentikan kami dengan membawa tubuhku menjauh dari Niki.

"Iya, kami akan memukulnya lagi kalau kamu tak kembali ke tempatmu." ancam lelaki itu, ternyata dapat Niki dengar walau kami sudah berdiri dalam jarak yang cukup jauh darinya. Jantungku berdegup sangat kencang, takut Hyunjin benar-benar membuktikan ucapannya jika aku tak menuruti pintanya.

"Jangan nuna!!" tapi Niki, malah menahanku untuk tidak pergi meninggalkannya. Aku sempat menoleh ke arah Niki yang ternyata sudah meneteskan air mata di wajahnya. Langsung aku alihkan pandanganku ke anak mafia bernama Jay itu lagi. Aku akan melakukan apapun agar mereka tak melukai kekasihku tersebut. Aku pun berusaha tak menghiraukan pinta Niki yang melarang ku kembali menghampiri Jay, tapi Hyunjin malah mendorong kursi Niki agar semakin mendekat ke arah kami.

COLLYWOBBLESWhere stories live. Discover now