[S2] CHAPTER 3: PERKELAHIAN

1.7K 122 38
                                    

"Darimana kau mendapat pistol itu?" tanyaku sambil memainkan jemariku di atas dada Niki yang tak terbalut apapun. Saat ini, kami sedang menikmati senja bersama di balkon kamar apartemen kami, ditemani secangkir kopi dan teh serta sebuah rokok electric yang sengaja kami hirup secara bergantian. Tangan Niki mengelus belakang kepalaku dengan lembut, "Aku mencurinya dari anak buah Hyunjin di club tadi malam. Beruntung semua teman-temanku tak ada yang tertangkap polisi, hanya wajah dan tubuh kami saja yang babak belur akibat perkelahian tersebut." jawab Niki terkesan bangga. Aku tatap lelaki yang aku peluk saat ini, "Untuk apa kau mengajak semua temanmu menghancurkan tempat itu?" tanyaku.

Niki tertawa pelan setelah berhasil mengecup bibirku untuk kesekian kalinya, "Demi harga diri seorang laki-laki nuna, aku tak terima kekasihku dijual oleh si keparat Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niki tertawa pelan setelah berhasil mengecup bibirku untuk kesekian kalinya, "Demi harga diri seorang laki-laki nuna, aku tak terima kekasihku dijual oleh si keparat Hyunjin. Setelah semua yang mereka lakukan pada kita, aku harus membalasnya, tak boleh diam begitu saja." jawab Niki perlahan dipenuhi dendam yang menggebu-gebu.

Berusaha aku tenangkan kekasihku tersebut dengan meletakkan kepalaku lagi bersandar pada dadanya, "Nuna mengerti, tapi kau harus tetap jaga dirimu, okay? Sebentar lagi kalian menempuh ujian akhir loh, kalau terjadi sesuatu yang buruk, kamu bisa tak lulus ujian nanti." ucapku yang langsung dijawab anggukan kepala oleh lelaki itu. "Tenang saja nuna, mulai sekarang aku akan berusaha menjaga nuna dan diriku sendiri. Nuna tak perlu khawatir, okay?" pinta Niki membuatku tertawa pelan. Baiklah, aku akan menaruh seluruh kepercayaanku pada kekasihku tersebut.

Niki kecup puncak kepalaku dan kembali mengelus belakang kepalaku dengan lembut. Sesekali ia hirup rokok electric yang ia pegang pada tangannya yang lain.

"Aku mencintaimu nuna." ucap Niki membuatku melepaskan pelukan kami agar bisa menatap matanya. ini pertama kalinya aku mendengar Niki mengucapkan hal tersebut secara langsung tanpa embel-embel apapun. Sebelumnya, lelaki itu begitu malu mengekspresikan perasaannya bahkan ia tak pernah mau menangis di hadapanku sebelum kejadian buruk ini menimpa kami berdua. Semenjak malam naas itu, Niki jadi lebih sering menangis dan tak malu lagi mengekspresikan perasaannya padaku, aku mensyukuri hal itu.

Senyuman terukir di wajahku, membuat Niki mengalihkan pandangannya karena malu. "Nuna juga sangat mencintaimu." ucapku yang ditujukan untuk membalas ungkapan lelaki itu. Niki tarik wajahku agar semakin dekat padanya, tak lupa ia tarik pula selimut yang menutupi tubuh telanjang kami berdua. Nekat memang, mengikuti permintaan Niki untuk berbaring di sofa balkon dalam keadaan tubuh seperti ini. Tapi bukan Nishimura Riki jika tidak memiliki ide yang ekstrim dan menantang seperti ini, beruntung tak ada gedung apartemen lain yang berada di dekat gedung apartemen kami.

"Nanti malam aku ada kerja kelompok bersama temanku, nuna jangan pergi kemanapun dan membukakan pintu untuk siapapun ya? Ada tiga anak mafia yang mengincar nuna dan aku tak ingin kehilangan nuna lagi untuk kesekian kalinya." Niki kembali mengingatkan aku untuk mengikuti perkatannya, entah sudah berapa kali ia ucapkan hal tersebut padaku, yang jelas ia sangat mewanti aku untuk pergi keluar tanpa dirinya, walau itu berangkat kerja sekalipun, dia berkata akan mengantar dan menjemputku pulang dari pekerjaanku, padahal ia juga memiliki banyak kegiatan lain yang lebih penting.

"Siap, pak Niki." jawabku memecah tawa pelan lelaki itu. Niki tuntun wajahku mendekat untuk menyatukan bibir kami secara perlahan, tak peduli tempat, Niki malah mengajakku masuk ke dalam selimut yang menutupi tubuh kami berdua dan kembali melancarkan serangannya. Aku bahkan harus izin bekerja saking tak bisa melepaskan diri dari kekasihku tersebut, walaupun tubuhku sangat lelah tapi terasa bahagia saja melaluinya dengan orang yang aku cintai. Sesuai keinginannya, aku tak menolak lagi apapun yang ingin Niki lakukan padaku.

"""""""""""""""

AUTHOR POV

Malam harinya...

Sudah Niki tekankan untuk tidak datang dan mendukung pertandingan yang akan melibatkan dirinya bersama seorang bandar narkoba bernama Hyunjin, tetapi seluruh teman yang menyukai Niki tetap datang dan mendukung lelaki itu sampai menciptakan keramaian di tempat yang seharusnya tak diketahui oleh siapapun. Begitu pula Hyunjin, yang Niki kira hanya akan datang bersama beberapa anak buahnya, ternyata lelaki itu juga membawa pasukan yang jumlahnya tak kalah dari teman-teman Niki. Membuat kedua kubu tersebut saling melempar tatapan penuh dendam dan makian satu sama lain.

"Perjanjiannya, tanpa senjata apapun, buka semua baju luarnya dan pastikan tak ada senjata apapun yang dia bawa!!" perintah Hyunjin pada seorang anak buahnya. Belum sempat anak buah lelaki itu datang dan menggeledah Niki, langsung ia tanggalkan jaket dan topi miliknya lalu mengelus sekujur tubuhnya sendiri untuk meyakinkan pada lelaki itu jika Niki memang tak membawa senjata apapun. Begitu pula Hyunjin yang melakukan hal yang sama dengan membuka jaket miliknya dan mengeluarkan seluruh senjata yang ia punya, pistol, rantai hingga pisau lipat dan memberikannya pada anak buahnya.

Setelah keduanya siap, Hyunjin dan Niki berdiri di tengah lingkaran dalam posisi saling berhadapan, Niki lakukan sedikit pemanasan pada tangan dan kakinya sedangkan Hyunjin membuang rokok yang sedari tadi ia hisap. Setelah itu, bunyi tembakan menggema di bawah jembatan tersebut sebagai pertanda dimulainya perkelahian.

Hyunjin berlari untuk melayangkan satu bogeman ke wajah Niki, namun berhasil lelaki itu hindari, sebagai gantinya Niki tendang perut Hunjin menggunakan kakinya sendiri hingga membuat lelaki itu tersungkur ke aspal. Tak menyerah begitu saja, Hyunjin kembali bangkit dan berhasil melayangkan satu tinjuan ke wajah Niki, tetapi langsung dibalas pukulan bertubi-tubi ke wajah hingga perut lelaki itu. Keduanya saling memukul hingga tersungkur ke aspal di bawah jembatan itu. Teriakan para pendukung Niki dan anak buah Hyunjin terdengar beradu seperti kedua lelaki yang masih saling memukul satu sama lain tersebut.

Niki kerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan Hyunjin, namun pertahanan Niki runtuh saat Hyunjin berhasil menghajar luka tusukan di perut Niki. Setelah Niki tersungkur, Hyunjin gunakan kesempatan tersebut untuk menginjak tubuh Niki bersama beberapa anak buahnya yang mulai ikut campur dalam perkelahian tersebut. Tak terima temannya disiksa begitu saja, beberapa teman Niki juga ikut membantu dan mengamankan lelaki itu, perpecahan pun tak terhindarkan yang membuat kedua kubu itu saling memukul tanpa senjata apapun.

Niki yang tak terima kalah begitu saja pun bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia hampiri Hyunjin yang terlihat sibuk memukul seorang temannya hingga berlumuran darah. Ia dorong tubuh lelaki itu dan langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajahnya, tanpa ampun hingga ia sadar ada suara tembakan yang terdengar menggema di bawah jembatan tersebut.

Tak terdengar lagi keributan di telinga Niki, fokus lelaki itu hanya tertuju pada Hyunjin yang berada di bawah kuasanya, Niki terus menghajar wajah Hyunjin dengan membabi buta hingga seorang lelaki yang datang untuk menghentikannya. Hyunjin telah dalam keadaan tidak sadarkan diri, dengan kondisi hidung yang patah dan wajah yang babak belur akibat pukulan Niki.

"Waw, anak sekolah yang luar biasa." memaksa Niki menoleh ke arah lelaki yang menghentikannya tersebut, setelah memastikan Hyunjin telah dalam keadaan tidak berdaya. Niki tak mengenalnya, tetapi lelaki itu sangat mengenal Niki yang tak lain berstatus sebagai kekasihmu tersebut. Lelaki itu ulurkan tangannya pada Niki untuk mengajak Niki bangkit.

"Santai, aku berada di pihakmu jadi tenanglah, semua orang itu juga tunduk padaku!" ucap lelaki itu terdengar aneh bagi Niki. Ia tak peduli, dan berniat pergi dengan langkah yang sepoyongan meninggalkan jembatan tersebut. Namun lagi-lagi, lelaki asing itu menahannya dan akhirnya memperkenalkan dirinya pada Niki, "Namaku Lee Heeseung, salam kenal Nishimura Riki." Lelaki itu ajak Niki berjabat tangan namun tak berusaha Niki hiraukan dengan melanjutkan langkahnya untuk menghampiri teman-temannya.

Heeseung? Sepertinya ia pernah mendengar nama itu, namun kondisi tubuhnya saat ini tak bisa lagi diajak berkompromi, Niki tak ingin menyusahkan orang lain dan memilih untuk cepat-cepat pulang ke apartemennya sendiri. Ya, walau pada akhirnya akan mendapat omelan darimu, tapi setidaknya Niki berhasil membuktikan kalau ia memang bisa menjagamu, terbukti dari kemenangannya melawan Hyunjin malam ini.

TBC

COLLYWOBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang