[S1] CHAPTER 7: BERTIGA

121 11 0
                                    

YOU POV

Jantungku berdegup sangat kencang saat Jake dan Heeseung membawaku masuk kw sebuah ruangan yang tak lain adalah permaisuri room dalam club malam ini. Tak ada seorang pun selain kami bertiga di ruangan ini, berbeda sekali dengan Jay Park yang lebih menyukai keramaian sehingga ia dapat memamerkan permainan kasurnya yang mengagumkan. Jake ajak aku duduk di sebuah sofa sedangkan lelaki bernama Heeseung itu berjala menuju bar untuk memutar lagu kesukaannya. Meja di hadapan kami telah penuh dengan minuman keras dan berbagai jenis narkoba dalam plastik berukuran kecil. Jake ambil sebuah obat berwarna biru lalu bangkit dari duduknya untuk memberikan obat tersebut pada Heeseung. 

Mereka sempat berdansa sebentar sebelum Jake kembali berjalan menghampiriku sambil membawa obat tersebut di mulutnya. Lelaki itu gigit obat tersebut menggunakan giginya sambil mendekatkan wajahnya padaku. Seolah memintaku mengambil obat di mulutnya tersebut, sehingga dengan ragu aku mendekat ke arah lelaki tampan itu untuk mencium bibirnya pelan. Benar saja, Jake berikan obat tersebut padaku lalu melepaskan ciuman kami untuk memintaku, "Telan obatnya!" yang langsung aku turuti begitu saja. Agak susah tertelan sehingga Jake ambilkan sebuah jus jeruk untuk membantu obat tersebut masuk ke dalam tubuhku. 

"Obat apa ini?" tanyaku begitu pelan saat lelaki itu dedikasikan diri untuk meminum sebutir obat berwarna itu lagi. Jake tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya ke arahku, "Obat perangsang, kau pasti akan menyukainya." ucap lelaki itu kemudian menahan wajahku saat ia layangkan kecupan singkat di bibirku. Setelah berhasil mengecup bibirku lagi, Jake ambil vodka berukuran besar untuk ia teguk sambil menikmati hentakan lagu yang mengalun kencang. 

Perhatianku pun tertuju pada lelaki bersurai hitam yang berjalan menghampiriku. Ia terlihat begitu tenang dengan ekspresi wajah yang tak kalah tenang dari sikapnya. Lelaki itu mendudukkan diri di sampingku slalu tersenyum tipis padaku. "Umur?" tanya lelaki itu begitu to the point. Aku sebenarnya tak suka dengan pertanyaan ini tapi mau tak mau aku jawab agar menyenangkan hati lelaki itu. 

"25 tahun." begitu pelan, namun masih bisa lelaki bernama Heeseung itu dengar. Heeseung tersenyum semakin lebar seiring tubuhnya yang mendekat ke arahku, "Kita seumuran." ucap lelaki itu, entah mengapa juga mengembangkan senyuman di wajahku. Aku pun mengajak lelaki itu berjabat tangan sebagai perkenalan antara kami, "Aku dengar semalam Jay Park mengambil perawan mu. Benarkah demikian?" tanya lelaki itu langsung menjurus ke pertanyaan yang begitu pribadi.

Aku hanya bisa mengangguk pelan seraya membuang wajah dari lelaki itu, "Kau sangat hebat, menahannya sampai diumur segini." kagum lelaki itu mulai merubah posisi duduk menjadi menghadap ku sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahku. Aku pun memutuskan untuk tertawa pelan seraya berkata, "Sekuat tenaga aku menahannya". 

Heeseung tuangkan satu gelas vodka untuk aku minum, namun sebelum itu aku bertanya, "Aku tadi habis minum obat yang Jake berikan, apakah baik-baik saja jika meminum ini?" terkesan begitu polos sampai memecah tawa lelaki itu begitu pelan. Heeseung pun menjawab, "Tak apa, tak usah khawatir, minum saja." yang langsung aku turuti untuk meneguk minuman keras tersebut sampai habis. Terasa begitu menyengat dan menimbulkan sensasi yang aneh, entahlah tubuhku terasa panas dan gelisah apalagi saat lelaki itu terus memandangku dalam diam. 

"Kau lihat anak itu, dia akan berubah menjadi sosok yang mengerikan setelah di kasur. Kau jangan tergoda dengan senyumannya yang manis okay?" ujar Heeseung tepat berbisik di telinga kananku. Aku pun menoleh ke arahnya seraya tersenyum menggoda, "Lalu kamu?" tanyaku sukses menggetarkan pertahanan lelaki itu.

"Aku ingin mendengarmu memanggilku dengan sebutan Master." ungkap lelaki itu yang langsung aku turuti dengan senang hati, "Master Heeseung?" panggilku dengan suara yang begitu manja. Heeseung pun tertawa sebelum ia beranikan diri mengelus wajahku menggunakan sebelah tangannya. 

"Kau sangat manis." ucap lelaki itu, berniat menyatukan bibir kami namun seseorang tiba-tiba masuk dan menghambur suasana intim ini begitu saja. "Bos, ada banyak anak sekolah yang memaksa masuk ke club malam ini. Katanya mencari keberadaan gadis itu!" sambil menunjuk ke arahku yang masih menatap mata Heeseung di hadapanku. Jake pun meletakkan botol di tangannya kemudia menarik tanganku pergi dari ruangan itu, diikuti Heeseung yang berjalan dibelakang kami. 

"Kau mau bawa ia kemana?" tanya Heeseung pada Jake yang sudah menampilkan sikap aneh. Jake pun menjawab, "Ke apartemenku, aku sudah menyewanya malam ini jadi ia tak boleh pergi begitu saja!" ujar lelaki bernama Jake itu begitu teguh atas pendiriannya. Heeseung pun menahan tangan lelaki itu, "Aku juga menyewanya, sialan! Jangan kau bawa sendirian!!!" ku pikir ia akan menyerahkanku pada anak buah Hyunjin, tapi mereka malah sama-sama ingin membawaku kabur dari club malam ini. Dapat ku lihat, keadaan di bawah yang telah kacau saat anak berbaju sekolah terus memukul para penjaga di club malam ini.

Aku lihat satu sosok yang menjadi pencetus kekacauan yang terjadi antara siswa dan para brandal dalam club malam ini, lelaki itu berhasil menangkap keberadaanku walau sudah berusaha Hyunjin bantu untuk Jake dan Heeseung bisa membawaku pergi dari club malam tersebut. Kami turun melewati lift yang ternyata sudah dibuat barikade untuk mengamankan Jake dan Heeseung, tapi sesorang berteriak kencang yang mampu menghentikan kekacauan yang terjadi saat ini. 

"Berhenti!" itu Niki yang berbicara. 
"Lepaskan kekasihku!!" ujar Niki berniat menghambur barikade tersebut namun Hyunjin mengancam untuk, "Pergilah bersama Jake dan Heeseung jika kau tak ingin melihat kekasihmu dan teman-temannya itu mati di tanganku!!" tepat di telinga kananku.

Aku yang merasakan tak bisa lagi melepaskan diri pun berkata pada Niki, "Niki-ya, maafkan nuna.." setelah itu aku ajak Jake dan Heeseung untuk melanjutkan perjalanan kami keluar memalui pintu samping club tersebut sebelum Niki berteriak kencang yang memancing suasana semakin kacau dalam ruangan ini. Banyak teman-teman Niki yang digebuki oleh para anak buah Hyunjin, walau jumlah mereka lebih sedikit tapi mereka berhasil membalik keadaan dengan memukul balik para siswa yang menganggu ketentraman club tersebut. 

Setelah berhasil keluar dari club malam ini, langsung aku berlutut di hadapan Hyunjin untuk meminta lelaki itu, "Jangan bunuh Niki, ku mohon. Maafkan Niki, Hyunjin, aku akan melakukan apapun untukmu!" namun bukannya menyetujui hal tersebut, Hyunjin malah meninggalkanku begitu saja untuk kembali masuk ke dalam club malam itu. Tangisanku pecah seiring seorang lelaki yang mengangkat tubuhku agar kembali berdiri menghadapnya. 

"Dia kekasihmu?" tanya Heeseung yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala. Jake usap air mata yang mengalir membasahi wajahku setelah berhasil menyingkirkan tubuh Heeseung yang sebelumnya membantu aku untuk bangkit dari keterpurukan ini. "Dia sangat mencintaimu, ya?" tanya Jake sebelum ia mengambil handphone miliknya untuk melaporkan pada pihak kepolisian mengenai keributan dalam club malam tersebut. 

"Jangan khawatir, kekasihmu akan baik-baik saja." setelah meyakinkanku, Jake bawa aku masuk ke dalam mobil lamborghini miliknya sedangkan Heeseung berada dalam mobil yang lain. Lelaki itu bantu aku memasang seat belt di tubuhku sebelum ia beri kecupan manis di bibirku, "Bersiaplah, akan aku membawamu menikmati adrenalin yang tak bisa pacar brondongmu itu berikan!"

TBC

COLLYWOBBLESWhere stories live. Discover now