[S2] CHAPTER 5: KHILAF

2.4K 110 35
                                    

YOU POV

Aku tuang alkohol pembersih luka ke sebuah kapas lalu mengusapkan dengan perlahan kapas tersebut ke luka di pinggiran bibir Niki. Tak banyak kata yang aku ucapkan untuk mewakili perasaanku saat ini, namun aku juga tak bisa menutupi kekesalan yang aku rasakan dengan terus diam saat Niki melayangkan berbagai pertanyaan padaku. 

"Maafkan aku nuna." Niki akhirnya mau mengalah atas egonya sendiri. Ia bahkan tak memekik kesakitan saat alkohol menyentuh luka di tubuhnya. Seolah lelaki itu dapat mengatasi rasa sakitnya ketimbang amarah yang memenuhinya. Dapat aku rasakan Niki yang menggenggam pergelangan tanganku begitu kuat guna menghentikan kegiatanku. Aku hembuskan napas kasar, "Kau tahu, nuna tak suka dibentak di depan umum!" gumamku tanpa menatap wajah kekasihku tersebut.

Niki anggukkan kepalanya dan bergantian menangkup wajahku menggunakan kedua tangannya. "Nuna tak penasaran kenapa wajahku babak belur seperti ini? Tanganku sakit sekali, tapi lebih sakit hatiku yang melihat langsung saat lelaki itu memasangkan kalung di leher nuna." ujar Niki, membuatku terdiam. Jadi, ia melihat semua yang Jake lakukan padaku?

"Maaf Niki, maafkan nuna karena telah membukakan pintu untuk Jake Sim." ucapku akhirnya mau meruntuhkan egoku untuk lelaki itu. Aku memang salah dan labil karena begitu tergoda oleh lelaki bernama Jake Sim itu, aku tak boleh melupakan Niki yang berstatus sebagai kekasihku begitu saja. Ia bahkan rela melakukan apapun agar aku terbebas dari perdaya Hyunjin dan tiga anak mafia itu, lalu aku dengan suka rela menyerahkan diriku begitu saja pada mereka? Bagaimana Niki tidak kesal denganku? Aku sadar atas kebodohanku itu.

"Aku tak akan kasar jika nuna mau menuruti perkataanku." ujar Niki yang langsung ku jawab dengan anggukan kepala. Memang salahku juga, makanya aku mau meruntuhkan egoku untuk meminta maaf atas kesalahan itu, namun aku masih belum terima diperlakukan kasar seperti tadi di depan apartemenku sendiri. Aku beranikan diri menatap mata Niki di hadapanku, "Kau bisa mengatakannya baik-baik, nuna pasti akan mendengarkanmu." ucapku yang langsung dibalas, "Tapi nuna tak mau menurutinya dengan tetap membukakan pintu untuk Jake Sim?" pada akhirnya perdebatan kami hanya akan berputar pada masalah yang sama. Aku yakin Niki tak akan mau mengalah begitu saja sehingga aku hembuskan napas kasar, "Iya, maafkan nuna. Nuna tak akan mengulanginya lagi." ucapku, langsung dibalas anggukan kepala oleh lelaki itu. 

Ia kecup bibirku singkat sebelum mengatakan, "Hyunjin tidak akan mengganggumu lagi nuna, ia sudah berjanji padaku." ucap Niki sambil menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahku. Jarak wajah kami sangat berdekatan yang membuatku dapat merasakan hembusan napas lelaki itu menerpa wajahku, walau darah telah aku bersihkan dari tubuhnya, namun ada sedikit sisa darah yang mengalir membasahi luka di wajah Niki. 

"Siapa yang menciptakan ini di wajah kesayangan nuna? Apakah si brengsek Hyunjin?" tanyaku, berniat mencairkan suasana di antara aku dan Niki, sambil sebelah tanganku menyeka sisa darah yang terus-terusan mengalir. Niki anggukkan kepalanya, lalu membawa tubuhku ke dalam pelukan hangatnya, "Nuna, tanganku sakit sekali, tolong pijitin yahh nanti.." dan pada akhirnya yang paling bisa membuatku luluh adalah sikap manja seorang Nishimura Riki, walaupun tadi aku sempat menaruh kekesalan yang besar padanya, berkat pelukan ini perlahan senyuman terukir di wajahku. Senyuman yang menyukai saat lelaki itu mulai bersikap manja padaku. 

"Iya nanti nuna pijitin, tapi sini nuna obatin dulu wajahmu." ucapku yang mau tak mau melepaskan pelukan Niki di tubuhku. Tak Niki biarkan aku mengoleskan obat di wajahnya, lelaki itu malah mencium bibirku berulang kali, "Nuna harus berjanji terlebih dahulu, untuk tidak meninggalkanku apapun yang terjadi?" pinta lelaki itu yang langsung aku setujui, "Iya nuna tidak akan meninggalkan Nishimura Riki apapun yang terjadi." dapat dengan mudah memecah tawa lelaki itu penuh rasa malu. Dapat ku lihat telinganya yang memerah dengan ekspresi wajahnya yang mulai kembali seperti manusia normal pada umumnya yang merasakan sakit akibat luka di wajahnya, tak lama ia merengek lagi, "Sakit nunaaa.." aku ingin sekali tertawa melihat kekasihku itu, namun aku tahu, aku tak boleh melakukan itu, "Ututuu yang mana yang sakit?" tanyaku persis seperti merespon seorang anak bayi.

"Disini.." Niki menunjuk ke area samping matanya yang membiru, sepertinya ia harus istirahat selama beberapa hari untuk menyembuhkan luka di wajah serta tubuhnya, tak mungkin  NIki masuk sekolah dalam keadaan seperti ini.

"""""""""""""""                

Keesokan harinya..

Berhubung hari ini adalah hari minggu, aku putuskan untuk membersihkan kamar yang aku tempati bersama Niki dan dilanjutkan merawat berbagai tanaman yang aku tanam di balkon apartemenku. Setelah mengganti sprei dan menjemur pakaian, aku hampiri Niki yang sedang membantu memasak nasi untuk makan siang kami berdua. Padahal, ia sudah aku suruh untuk beristirahat dulu dari seluruh kegiatan yang biasa kami lakukan. 

Sambil Niki mencuci beras yang akan ia masak, aku buka kulkas untuk menyiapkan bahan makanan yang ingin aku masak. Siang ini, aku ingin memasak semur iga pedas karena stok iga yang aku miliki masih terhitung banyak. Namun, ada satu bahan yang kurang yaitu bawang putih cincang yang ternyata tidak cukup untuk melengkapi masakan yang ingin aku buat, sehingga aku putuskan untuk membelinya sebentar ke supermarket yang berada tak jauh dari gedung apartemenku sembari merendam iga yang masih beku. 

Baru aku masuki supermarket tersebut, seorang lelaki berperawakan tinggi besar menghampiriku dan bertanya, "Dimana Ni-ki?" padaku. Aku yang curiga pun refleks mengambil jarak darinya kemudian memperhatikan lelaki itu, sepertinya ia merupakan anak buah dari Hyunjin karena wajahnya tak asing bagiku, apalagi setelah ia menanyakan tentang keberadaan Niki.

"Ada apa?" tanyaku, bersiap untuk kabur jika lelaki itu memiliki niat buruk denganku. Namun, lelaki itu malah memberikan handphone miliknya yang telah tersambung pada sebuah panggilan telepon dengan seseorang, lalu menyuruhku untuk menjawab panggilan tersebut,"Hallo?" orang diseberang telepon memastikan keberadaanku. Dengan ragu aku menjawab, "Iya?" sambil melirik suasana sepi dalam supermarket itu. Dapat ku pastikan ada beberapa lelaki bertubuh tinggi juga yang berjaga di luar supermarket itu sambil terus memperhatikanku. Sial! perasaaanku jadi tak enak!

"Y/n?" panggil lelaki diseberang telepon. Aku yang tak ingin membuang waktu pun menjawab, "Iya, ada apa?".

 "Kenapa kau tak menjawab pesan dari Jay Park? Ia ingin bertemu denganmu nanti malam jadi ikutlah bersama anak buahku!!" ternyata lelaki yang berbicara itu tak lain adalah Hyunjin. Namun, bukankah ia sudah berjanji dengan Niki untuk tidak lagi menganggu hidup kami. Bagaimana aku bisa menjawab pesan darinya jika Handphoneku dipegang oleh Niki. Ia berubah menjadi sangat posesif semenjak kejadian semalam.

"Niki sudah mengalahkanmu tadi malam dan kau sudah berjanji untuk tidak menganggu kami lagi. Berhenti memintaku untuk melayani anak mafia itu, Hwang Hyunjin!" ucapku, kini mulai bertukar tatapan dengan kasir yang berjaga untuk meminta bantuan, namun seolah diancam, ia malah mengalihkan pandang sambil berusaha menyibukkan diri dengan kegiatan lain.

"Persetan, aku tak peduli, bocil sialan! Awas saja, aku bunuh kekasihmu itu jika kamu tak ingin ikut dengan anak buahku!!" ancam Hyunjin malah membuatku tertawa pelan, sempat ku umpati lelaki itu dari panggilan telepon, "Persetan kau Hwang Hyunjin!!" setelah mengatakan itu, aku banting handphone tersebut ke lantai dan langsung bergegas keluar dari minimarket tersebut dan berusaha menghindari kejaran para anak buah Hyunjin. Namun belum beberapa meter ku berlari, aku merasakan jaketku yang ditarik oleh mereka yang membuatku dapat dengan mudah dibawa masuk ke dalam sebuah mobil Jeep. Mereka menutup mulutku dengan lakban lalu mengikat tangan dan kakiku menggunakan lakban pula dalam keadaan yang sangat sempit dan bau oleh tubuh mereka. Wajar saja, ada lima orang dalam mobil jeep tersebut dan tubuh mereka besar semua yang membuatku tak bisa lagi untuk sekedar memberontak. Aku rutuki semua yang terjadi padaku hingga aku menyadari ada seseorang yang menodongkan pistol ke arah pelipisku,

"Diam!! jangan bergerak atau memberontak jika kamu tak ingin pelipismu ini bolong akibat kesalahanmu sendiri!!" ancaman itu mau tak mau aku turuti dengan berat hati. Entah apa yang membuat Hyunjin begitu gigih memberikanku pada Jay Park, apa ia mendapatkan komisi yang sangat banyak dengan menjualku dengan lelaki itu? atau ada hal lain yang melatarbelakangi kegigihannya itu?

TBC

Kalian mau endingnya sama siapa?

COLLYWOBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang