[S2] CHAPTER 6: MAFIA BARU

1.8K 100 35
                                    

YOU POV

Mobil jeep yang membawaku, masuk ke sebuah ruangan berisi banyak sekali mobil mewah dan beberapa perangkat senjata api yang terpajang di dindingnya. Seorang anak buah Hyunjin menggendongku paksa dengan meletakkan tubuhku di atas bahunya dalam posisi menelungkup, beruntung tak ada seorang pun yang melecehkan ku di dalam mobil itu karena yang paling aku takutkan tak hanya Jay Park, tapi saat mereka membawaku paksa ke gedung ini lagi, aku hanya tak ingin mendapat pelecehan lagi.

Aku dibawa ke sebuah ruangan yang aku yakini adalah markas besar pengedar narkoba milik Hyunjin. Tubuhku di dudukkan pada sebuah sofa tepat ditengah keramaian para kriminal bersenjata yang dipimpin langsung oleh lelaki bersurai hitam. Keadaan wajahnya babak belur, bahkan ia mendapat beberapa jahitan di pelipis, dagu dan pinggir mulutnya, aku yakin itu luka yang Niki ciptakan bekas perkelahian yang melibatkan mereka, kemarin malam.

"Akhirnya tambang emas kita kembali!" ucap seorang lelaki tua yang duduk tepat di sebelah kiriku. Aku menoleh ke arahnya, masih dengan tangan dan kaki yang terikat serta mulut yang dilakban. Aku hanya menatapnya sesaat sebelum perhatianku tertuju pada lelaki berwajah babak belur yang kini telah berdiri di hadapanku.

Ia angkat daguku untuk mensejajarkan wajah kami, "Aku jadi penasaran dengan rasa gadis ini, kenapa Jay Park, Heeseung bahkan Jake Sim ingin memesannya ulang. Padahal dia bukanlah pelacur hasil bimbingan kita!" ucap Hyunjin sambil perlahan membuka lakban yang menutup mulutku. Ia membukanya dengan pelan agar tak menciptakan rasa sakit di tubuhku, sempat aku renggangkan mulutku sebentar sebelum bertanya, "Apa yang kau inginkan?!" tanyaku.

"Kekasihmu mati! Dia sudah mempermalukan ku di depan banyak orang dan aku tak akan terima begitu saja!" jawab Hyunjin semakin menambah rasa takut dalam diriku. Aku tatap mata lelaki itu penuh dendam sebelum seorang lelaki bersurai silver datang menghampiri kami dan memperhatikan wajahku dalam diam. Ia angkat daguku agar kami bisa saling bertukar tatapan. Lelaki itu memiliki kulit putih seperti salju dan beberapa tahi lalat di wajahnya yang membuat wajah lelaki itu sangat unik namun tampan.

"Kau menginginkannya, Hoon-ah?" tanya Hyunjin memecah tawa lelaki bersurai silver itu pelan. "Berapa?" tanya lelaki itu, langsung pada intinya. Tunggu, bisa-bisanya mereka melakukan transaksi di depanku secara langsung. Hyunjin yang bersemangat pun menjawab, "Berhubung ia telah menjadi primadona di club ini, dan baru beberapa kali berhubungan jadi aku kenakan harga yang cukup tinggi yaitu, 100 juta per jam." tawar Hyunjin sukses menyunggingkan senyuman di wajah lelaki yang masih menangkup wajahku menggunakan sebelah tangannya.

"Sudah aku katakan, aku bukan pelacur, bangsat!!" umpatku, berusaha melepaskan diri dari lelaki bersurai silver hingga aku merasakan Hyunjin yang menarik rambutku keras untuk mendongak menghadap lelaki bernama Hoon itu.

"Dia masih perawan saat bermain dengan Jay Park kemarin." jelas Hyunjin ditujukan untuk lelaki bersurai silver. Air mata kembali membasahi wajahku, sebisa mungkin aku tahan rasa perih dari luka yang tercipta di pergelangan tanganku saat ku berusaha untuk melepaskan diri. Lelaki itu pun tertawa lalu mengecup bibirku sekilas sebelum mengatakan, "Aku mau satu malam bersamanya, besok. Apakah bisa?" tanya lelaki itu yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala. Hyunjin dengan semangat menjawab, "Lusa, bagaimana? Malam ini dia akan bermain berempat bersama Jay Park, Heeseung dan Jake. Dia butuh waktu istirahat selama beberapa hari." ucap Hyunjin semakin membuatku terkejut.

Setelah ia lepaskan jambakan di rambutku, aku menoleh ke arah lelaki itu. "Apa maksudmu?" tanyaku, malah semakin memecah tawa dari lelaki itu.

"Ya, malam ini, kau akan bermain dengan Jay Park, Heeseung dan Jake. Mereka telah menyewamu satu malam dan berencana membawamu menginap di sebuah hotel." jelas Hyunjin sukses menempatkan ku dalam posisi sulit, bermain berdua saja sudah sangat menguras tenagaku apalagi berempat, ditambah Jay Park yang super duper kasar. Aku yakin ketiga lelaki itu berencana membuatku lumpuh dalam waktu semalam saja.

"Aku tak mau!!" teriakku berusaha menolak suratan takdirku dan terus berusaha memberontak agar bisa melepaskan diri dari mereka, namun lelaki bersurai silver itu malah menangkup wajahku untuk mencium bibirku secara tiba-tiba di depan semua orang. Aku yang ketakutan pun berusaha melepaskan diri darinya dan menghindari ciuman itu, hingga aku mendengar suara senjata api yang di reload dan ujungnya ia arahkan ke area dadaku, tepat ke arah jantungku. Detik itu juga tubuhku mematung dengan keringat dingin yang mengalir deras.

"Jangan tolak aku, aku tak suka penolakan, manis." ucap lelaki itu kemudian berniat menyatukan bibir lagi sebelum, "Namaku Sunghoon." lelaki itu memperkenalkan dirinya padaku. Aku yang tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pum berusaha membalas ciuman lelaki itu. Walaupun sekujur tubuhku rasanya sudah tegang karena merasa begitu takut, tapi sebisa mungkin aku turuti pintanya hingga aku mendengar tawa lumayan kencang dari beberapa lelaki tua yang duduk di dekat kami. "Anak muda jaman sekarang lebih suka gadis baik-baik ketimbang yang liar ya!" ucap seorang lelaki tua. Aku berusaha tak memperdulikannya dengan memejamkan mata sambil membiarkan Sunghoon mengemut bibir bawahku seperti permen yang ingin ia habiskan.

"Dia manis banget, bisakah aku merasakannya sebentar? Ketiga temanku kan menyewanya nanti malam. Kami masih punya beberapa jam untuk bermain." ucap Sunghoon sambil tersenyum ke arahku di akhir kalimat yang ia ucapkan. Tangannya masih menodongkan pistol ke jantungku, walau ia sedang mengajak Hyunjin berbicara saat ini. Hyunjin lihat sebentar jam di tangannya lalu menatap ke arahku penuh arti. Aku tanpa sadar memohon pada Hyunjin dengan nada yang lirih, "Hyunjin.." berharap ia peka dan tak memberikan izin untuk lelaki itu bermain denganku walau hanya sebentar, namun sadar akan mendapat penolakan, Sunghoon mengisyaratkan pada banyak lelaki tua yang berada di sekitaran kami untuk menodongkan pistol ke arah Hyunjin dan beberapa anak buahnya.

"Hey, calm down! Jangan main kasar, kau menginginkan primadona ku, bukan? Hanya dua jam, karena dia harus bersiap untuk melayani yang lain juga. Sabar!" detik itu juga tangisanku pecah sejadi-jadinya. Lelaki bernama Sunghoon itu masukkan pistol ke dalam saku celananya lalu membuka tali yang mengikat tangan dan kakiku. Aku pikir kesempatan ini bisa aku gunakan untuk kabur, namun ternyata masih terdapat banyak anak buah lelaki itu yang siap menembakku kapan saja.

Sunghoon berniat menggendong tubuhku dengan tubuh kurusnya itu sebelum aku ucapkan, "Kau ganggu kekasihku, aku bunuh diriku sendiri Hyunjin! Agar kau tak bisa mendapat apapun lagi!!" setelah memberi ancaman itu, Sunghoon bawa aku keluar dari ruangan itu untuk memasuki mobilnya yang terparkir tak jauh dari ruangan itu. Setelah seorang anak buahnya menyalakan mobilnya, Sunghoon bawa aku duduk di bangku belakang dalam posisi aku duduk di atas pangkuannya. Sunghoon berikan seluruh senjata yang ia miliki pada dua anak buahnya yang duduk di bangku depan sebelum ia perintahkan, "Bawa kami berkeliling kota sambil aku nikmati tubuh gadis ini di mobil ini, kalian jangan lengah dan rekam permainan kami!".

Aku yang ketakutan pun hanya menatap lelaki di bawah pangkuanku penuh arti, sebelum ia tersenyum manis sambil mengatakan, "Jangan gugup dan mendesah yang keras. Anggap dua anak buah ku tak ada di mobil ini, okay?" bagaimana bisa dia menyuruhku tak menganggap keberadaan dua anak buahnya!! Sialan!! Aku rasa, aku memang tidak ditakdirkan hidup tenang!

TBC

AN: ADEGAN SUNGHOON BISA DIBACA PADA LINK DI PROFILEKU

COLLYWOBBLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang