[S2] CHAPTER 14: LELAH

898 69 50
                                    

YOU POV

Keesokan harinya..

"Nuna, ingin aku buatkan teh hangat?" tawar Niki yang tengah sibuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri di area dapur. Sempat aku menoleh ke arah lelaki itu lalu tersenyum ke arahnya, "Boleh sayang, tolong ya." jawabku begitu lembut. Aku fokuskan kembali kegiatan menyantap sarapan pagiku di atas kasur rumah sakit sambil menyaksikan tayangan di televisi. 

Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi saat seorang perawat datang sambil membawa kantung cairan infus yang baru untukku. Setelah makanan buatannya jadi, yaitu sebuah omelet dan roti bakar, Niki suguhkan teh hangat buatannya di atas meja makanku kemudian mengecup dahiku dengan lembut. Perawat yang menyaksikan kemesraan tersebut hanya bisa tertawa pelan sambil menatap kami secara bergantian. 

"Setelah sarapan, nona Y/n akan melakukan konsultasi bersama psikiater di lantai dua. nanti kabari kami saja jika telah siap ya." ucap perawat itu pada Niki. Niki yang mengerti langsung menjawab dengan, "Baiklah." sambil menganggukkan kepalanya. Niki raih tangan kiriku saat ia dudukkan dirinya di bangku tepat samping kasur rumah sakit. Seolah menunggu sampai perawat itu selesai mengganti cairan infus milikku.

Niki sempat bertanya aturan obat yang belum ia ketahui pada perawat tersebut lalu setelah perawat itu keluar dari kamar rawat, Niki bertanya padaku, "Aku suapin ya, nuna?" untuk menawarkan hal yang sedari tadi tak bosan ia ucapkan. Langsung aku pukul pelan lengan Niki yang ingin menyuapkan bubur rumah sakit padaku, sukses memecah tawa geli dari lelaki itu.

"Gapapa, sesekali aku juga pingin memanjakan kekasihku sendiri." gumam lelaki itu tak gentar meluluhkanku. Akhirnya aku runtuhkan seluruh egoku untuk menerima suapan darinya, sukses mengembangkan senyuman di wajah tampan kekasihku tersebut. Senyuman malu yang selalu Niki berikan saat aku menggoda dirinya, tapi keadaannya saat ini terbalik. 

"Sini, makan sama nuna!' ajakku, menarik meja di kasur tersebut untuk memberikan tempat duduk pada Niki, namun Niki dengan isengnya malah membawa piring berisikan makanan yang telah ia buat itu menuju kursi samping kasurku. Kami habiskan waktu untuk menikmati sarapan kami dengan saling melemparkan godaan satu sama lain, bercanda gurau bahkan saling berbincang mengenai berita yang terjadi di negara ini. 

Banyak sekali perubahan yang aku lihat dalam pribadi Niki, dia menjadi lebih perhatian bahkan untuk hal-hal kecil yang tidak aku sadari, seperti cuci bekas makannya sendiri hingga membantu ku bangkit untuk membersihkan diri di kamar mandi. Niki bantu aku mencuci muka dan menyikat gigiku sambil sesekali ia berikan godaan untukku. Dengan hati yang gembira, aku lakukan hal yang sama dengan membantu lelaki itu mencuci muka menggunakan sebelah tanganku yang tidak terdapat selang infus. Niki bantu aku merapikan rabut panjangku, setelah kami siap, Niki bawa aku keluar menggunakan kursi roda yang tersedia dalam kamar tersebut menuju ruang psikiater yang akan perawat itu tunjukkan pada kami. 

Aku merasa sangat disupport dari berbagai sisi oleh kekasihku tersebut hingga aku dapat melupakan status usia kami yang terpaut cukup jauh. Entahlah, namun aku sadar benar, angka tersebut lah yang selalu menjadi penghalang terbesar dalam hubungan kami selama ini. Aku berniat menyingkirkan berbagai keraguan itu demi mempertahankan hubunganku bersama Niki. 

Mulai sekarang, aku akan menaruh seluruh harapanku pada kekasihku tersebut, agar aku tak mudah berpindah ke lain hati. Aku juga sadar benar atas kelabilan yang aku alami. seperti ketika ada seseorang yang dapat membuatku merasa nyaman, dengan mudahnya aku melupakan kenangan dan status percintaanku dengan Niki. Aku juga tak ingin memiliki sifat seperti ini sehingga, tak lupa aku konsultasikan seluruh permasalahan yang aku alami pada psikiater, kecuali kenyataan buruk yang sedang menimpaku saat ini, menjadi gadis incaran para anak mafia yang suka bermain gila.

COLLYWOBBLESWhere stories live. Discover now