[S2] CHAPTER 1: PISTOL

2.2K 151 22
                                    

SEASON 2

YOU POV

Keesokan harinya..

Aku terbangun dalam posisi tidur memeluk tubuh seorang lelaki bersurai blonde. Fokus pandanganku tertuju pada wajah lelaki tampan bernama Jake Sim, membuat kilasan kejadian semalam saat kami saling memanjakan tubuh satu sama lain bersama seorang temannya bernama Heeseung kembali terlintas dalam benakku. Tanpa sadar membuatku tertawa pelan. Entahlah, berhubungan badan dengan Jake rasanya sangat menyenangkan, seolah lelaki tampan itu memiliki daya tarik tersendiri yang mampu memikatku begitu cepat. Aku pun kembali memejamkan mata, sebelum mendengar ucapan seorang laki-laki yang mampu memecah tawaku untuk kesekian kalinya, "Aku tahu, aku tampan". Lelaki itu begitu percaya diri, namun wajar saja karena memang Jake memiliki daya tarik yang luar biasa. Aku yang malu pun berniat melepaskan pelukannya, namun dengan cepat Jake tahan agar aku tak beranjak dari sisinya.

"Mau kemana, ini hari sabtu." ucap lelaki itu, seolah dapat membaca isi pikiranku. Aku memutar otak untuk bisa bangkit dari kasur ini, "Aku mau pulang, aku tetap masuk kerja di hari sabtu." ucapku yang memaksa Jake membuka kedua atensinya. Lelaki itu bawa wajahku untuk menatap matanya sebelum ia layangkan satu kecupan manis di bibirku, "Izin saja, kau tak boleh pergi meninggalkan kami begitu saja." ucapan Jake itu mampu membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku berusaha mengalihkan pandanganku, namun Jake malah semakin gencar menggodaku dengan mendekatkan wajah kami. "Ta-tak bisa Jake." jawabku begitu gugup sampai tak sanggup berbicara.

Melihat reaksi gugupku tersebut, memecah tawa Jake penuh rasa gemas hingga lelaki itu mengatakan, "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang, tapi setelah selesai bekerja, nuna harus kabarin aku biar aku jemput, aku ingin mengajak nuna membeli beberapa barang." ucap Jake yang langsung aku terima begitu saja. Pokoknya, untuk saat ini aku ingin kembali dulu ke apartemenku, urusan bekerja atau menemani Jake nanti, belakangan karena tubuhku sangat lelah untuk terus tertidur dalam posisi memeluk tubuhnya. Apalagi, lelaki yang tidur di sampingku ini juga sesekali menggunakan tubuhku seperti guling. Rasanya, capek saja terus melayani orang lain.

Jake pun menuntunku bangkit dari kasur hingga membuat Heeseung mau tak mau terbangun dari tidur nyenyak nya. Lelaki itu menatapku sesaat sebelum bertanya, "Mau kemana?". Tak langsung aku jawab karena saat ini aku sibuk mengenakan pakaianku sebelum Jake ajak aku keluar dari kamarnya tersebut, sempat ku jawab pertanyaan Heeseung sat berada di muka pintu, "Aku pulang dulu." Sontak membuat Heeseunh bangkit dari kasur Jake dan berlari mengikuti kami yang berniat turun menuju lantai dasar menggunakan lift.

Sebelum pergi, Heeseung sempat memberikan aku satu tas belanjaan yang berisikan barang dengan merk Gucci. Sebelum ia ikut turun bersama kami dalam lift tersebut. Heeseung terus memperhatikanku dalam diam, membuatku memberanikan diri mengatakan, "Terima kasih untuk malam ini." yang langsung Heeseung jawab dengan anggukan kepala. Ia tetap tak mengatakan apapun sampai pintu lift terbuka di lantai yang kami tuju. Sebelum Jake mengajakku keluar dari lift tersebut, aku beranikan diri memberikan kecupan singkat di wajah Heeseung yang sukses membuat wajah lelaki itu memerah seperti kepiting rebus.

"Aku pergi dulu." setelah berpamitan, Jake ajak aku masuk ke dalam mobil miliknya yang telah dipanasi oleh seorang anak buahnya. Heeseung hanya mengantar sampai di dalam lift saja, setelah itu ia naik lagi ke penthouse untuk mengistirahatkan dirinya, lelaki itu bahkan belum mengenakan sehelai benang pun saat mengantarku tadi.

Sementara, Jake sempat mengajak anak buahnya berbincang sebelum mobil tersebut siap digunakan. Ia bantu aku masuk ke dalam mobil miliknya, suasana pagi ini sangatlah mendung dengan awan hitam dan angin kencang yang terasa menusuk tulang. Jake lepaskan jaket miliknya untuk aku kenakan sebagai pelapis dari sweater miliknya yang telah aku gunakan.

Jake terus mengulaskan senyuman di wajahnya saat ia mengajakku berbicara, mulai dari pembicaraan umum hingga yang menjurus ke arah lebih pribadi seperti tipe ideal dan makanan kesukaanku. Aku jawab semua pertanyaan Jake dengan semangat, tak lupa menanyakan balik hal-hal yang lelaki itu sukai hingga tanpa aku sadari Jake telah memasuki wilayah apartemen tempatku tinggal bersama Niki. Padahal, aku belum memberitahu lelaki itu mengenai alamat tempat tinggalku.

Sadar atas kebingungan yang aku rasakan, Jake pun berkata, "Hyunjin memberitahu segala hal tentangmu, mulai dari nama lengkap hingga tempat tinggal kedua orang tuamu". Sialan, ternyata kehidupan anak mafia sangatlah mengerikan. Seolah mereka dapat mengetahui segala hal tentangku dengan mudahnya.

Aku menoleh ke arah Jake untuk memberikan senyuman manis padanya sebelum berniat turun dari mobil ini. Baru aku ingin membuka pintu mobil, Jake tahan tanganku untuk memberikan cek dengan nominal sebesar 50 juta won padaku. Aku yang bingung pun meminta penjelasannya, "Apa ini?" tanyaku yang hanya dibalas senyuman manis oleh lelaki itu. "Uang jajan untuk nuna, pokoknya setiap kita bertemu, aku akan memberikan semua hal yang nuna sukai, jadi jangan menghindar dariku, okay?" pinta Jake sukses membuatku terdiam. Entahlah, jantungku semakin berdegup kencang setelah mendengar ucapan lelaki itu. Tanpa sadar, aku tersenyum malu lalu menganggukkan kepalaku, "Okay," jawabku begitu pelan.

"Nanti aku hubungi nuna. Jangan lupa akhiri hubungan nuna dengan kekasih nuna, karena mulai sekarang ayah dan ibuku tahunya nuna adalah kekasihku." ucap Jake membuatku menghembuskan napas berat. Aku usap wajahku menggunakan kedua tanganku sebelum aku putuskan keluar dari mobil tersebut. Jake hanya tertawa pelan melihat reaksiku dan ikut turun mengantarku sampai masuk ke dalam gedung apartemenku. Waktu ternyata masih menunjukkan pukul enam pagi, namun aku harus bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Setelah pintu lift terbuka, langsung aku berpamitan dengan lelaki itu dan naik menuju lantai tempatku tinggal bersama Niki. Aku berjalan dengan susah payah menuju pintu apartemenku lalu memasukkan kode untuk membuka pintunya. Baru aku masuk dan berniat melepaskan sepatu milikku, aku menyadari keberadaan seorang laki-laki yang telah berdiri di hadapanku sambil memegang senjata api di tangannya. Senjata itu tak diarahkan padaku, namun tetap saja hal itu membuatku terkejut setengah mati.

Tubuhku lemas seiring rasa takut yang perlahan memenuhiku, dengan penuh keraguan aku tatap lelaki yang berdiri di hadapanku, "Sudah pulang?" tanya lelaki itu dengan suara yang berat. Langsung aku anggukkan kepalaku seiring lelaki itu yang berjalan menghampiriku. Ia tarik tanganku untuk masuk ke dalam apartemen kami sebelum ia letakkan pistol ditangannya ke atas meja. Lelaki itu bawa aku ke dalam pelukannya erat seiring tangannya yang mengelus belakang kepalaku dengan pelan.

"Kau mencintaiku kan, nuna?"

Sangat Niki, tapi aku harus bagaimana jika semua hal berjalan diluar kendaliku? Langsung aku lepaskan pelukan kami untuk menjawab pertanyaan kekasihku tersebut, "Maaf Niki, lebih baik kita akhiri sampai disini saja." jawabku, sontak membuat Niki marah dan mengambil senjata api itu kembali. Ia todongkan senjata itu tepat ke pelipis kanannya dan berniat menembakkan ke kepalanya sendiri.

"Jangan tinggalkan aku, nuna."

TBC

COLLYWOBBLESWhere stories live. Discover now