19. From Everything to Nothing

1.5K 275 33
                                    


Vote sama komen yang banyak pokoknya!(maksa)

Tahu warnanya tomat? Tahu, 'kan? Nah! Wajah aku tuh kayak itu sekarang! Ya Allah! Aku syok banget pas ngaca. Aaaaaa! Mau teriak kencang ingat kejadian barusan. Malu, tapi aku suka! Eh? Gimana ini?! Huaaaa!

"Sof, udah belum ganti bajunya? Ditungguin tuh."

Spontan aku menatap pintu kamar mandi, takut tiba-tiba Oliver masuk.

"Udah, udah. Bentar lagi aku keluar."

"Oke."

Aku menepuk-nepuk wajah setelah memercikkan air sekali lagi. Panasnya sudah berkurang, semoga orang-orang juga nggak ngerasa aneh sama wajahku yang lebih merah.

Oke, jadi ceritanya gini. Di saat aku dan Oliver masih bergumul dengan rasa panas yang menciptakan candu, bel pintu rumah kami berbunyi berkali-kali, disusul sapaan dari suara yang familier. Bunda datang. Aku langsung panik dan ngedorong dada Oliver. Ngelihat senyum ceria Oliver dan bibirnya yang basah, aku refleks menutup bibir. Malu, Sist!

"Makasih, Sayang," ucap Oliver sambil mengelus kepalaku.

Astaga! Dia bilang makasih untuk hal itu? Apa aku juga harus bilang makasih?

"Suaranya ramai, mungkin nggak cuma Bunda yang datang. Kamu perbaiki pakaian dulu, ya."

Oliver menatap homedress-ku yang ternyata sudah terangkat sampai paha dan tiga kancing atasnya terbuka semua.  Aku memandang horor pada Oliver, lalu buru-buru mengambil pakaian di lemari dan secepat mungkin menuju kamar mandi. Astaghfirullah! KBL! KBL! Kaget banget loh! Ini sejak kapan sih penampilanku berantakan gini? Kok bisa? Kok aku nggak sadar? Malu bangetttt!

Oke, oke. Sudah ya flashback-nya, Sofie. Kamu bisa berubah jadi tomat beneran kalau bayangin itu terus.

Pas buka pintu kamar mandi, aku berjingkat karena sosok Oliver bersandar pada pinggiran kusen dan menghalangi jalanku.

"Heh. Kok kamu di sini?"

"Mau mastiin kamu nggak lupa benerin kancing."

Oliver tersenyum jahil. Dasar, ya!

"Tangan kamu nakal tahu."

Kudorong Oliver agar bisa lewat, tapi nggak berselang lama aku kembali membalik badan karena ucapannya yang bikin gerah.

"Mau tahu keahlian lain tanganku? Dengan senang hati aku tunjukkan, Sayang."

What? Bisa-bisanya Oliver ngomong begituan. Mimik wajahnya mendukung banget pula sebagai suami yang lagi godain istri buat diajak ke kasur.

"Mesum," desisku sambil melotot.

Terus tahu nggak Oliver malah ngapain? Dia mengecup keningku! Astaga! Astaga! Oliver benar-benar nggak sungkan lho buat sentuh aku.

Full of BetonyМесто, где живут истории. Откройте их для себя