Lembar Kedua

390 57 16
                                    

Mulanya, aku merasa baik baik saja lembur agak lama di depan meja belajar. Tapi semakin kesini, kepalaku pusing. Penat. Namun waktu tidak memberi jeda. Aku harus mengejar.

Mengejar ekspetasi.

Ini mauku, tenang saja. Aku hanya ingin mengembalikan 'Kayleen si Kebanggaan Ibunda'.

Lagipula, kalau dihitung ini tidak seberapa dibanding apa yang ibu lakukan untukku. Tugasku cuma menjadi yang terbaik, kan?

"Kay, nggak mau makan dulu?" Suara perempuan manis menggema di telingaku. Sasa, si teman sebangku.

Aku menggeleng, "Tanggung."

"Tanggung apanya sih? Kamu belajar dari pagi non-stop nih, sampai istirahat mau habis. Berhenti sebentar, Kay, makan."

Sasa memang begitu. Suka mengomel dengan nada ibu ibu, apalagi tangan yang berkacak pinggang. Lucu.

"Sebentar, Sa, serius."

"Sebentar sebentar, ck, bohong. Nanti makan, ya? Harus pokoknya."

"Iyaa, nanti aku laporan ke kamu."

"Ya udah, aku duluan, Kay." Sasa beranjak, meninggalkan aku dan buku buku yang bercecer di atas meja.

Tugasku sudah selesai, sekarang tinggal menguasai materi. Sepertinya tidak akan cukup untuk menguasainya di waktu istirahat yang sempit, jadi aku berencana melanjutkannya di rumah.

Atau di dalam bus kalau bisa.

Lagipula, ujian akhir semester sudah di depan mata, waktuku tidak cukup.

Aku, yang tidak merasa cukup.

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Sastra Rasa dari Karsa [✔]Место, где живут истории. Откройте их для себя