Lembar Kedelapan

136 39 32
                                    

Jalan yang dimaksud Bima lebih seperti berpetualang. Diajak menyusuri kota dengan bus dan jalan kaki, membawa serta papan luncur untuk menemukan taman papan luncur baru.

"Kenapa nggak ajak temenmu kalo mau hunting begini?" dengusku, agaknya sudah lelah.

Bima terkekeh, "Anaknya Pak Yanto sibuk, gue ga ada temen hahaha. Tara apalagi, dia jam jam segini pasti masih tidur."

"Anak Pak Yanto siapa?"

"Yordan, temen gue. Pernah kok ketemu sama lo, mungkin ga inget soalnya lo pingsan waktu itu."

"Oh... Yang di halte bus dulu...?" tanyaku ragu.

"Iya."

Memalukan.

Berputar putar di kota sampai menemukan taman papan luncur di dekat taman bunga, Bima tersenyum lebar seketika. Bahkan tanpa aba aba menarikku ke sana untuk berlari. Katanya selagi sepi, sebelum ramai.

Katakan Bima dan papan luncur adalah sepasang kekasih. Aku di sini hanya sebagai kamera pengabadi momen mereka dalam benak. Dari Bima yang kesana kemari dengan senyum lebar, sampai papan luncurnya meluncur sendiri hingga harus dikejar.

Aku duduk, mengamati dalam diam, sesekali diselingi tawa. Abimanyu begitu menawan ketika bersangkutan dengan favoritnya.

Tawanya, senyumnya, sorot matanya. Aku cabut perkataanku soal tawa renyahnya yang aneh. Sejujurnya, aku gengsi, karena suara tawanya itu selalu terselip di kepalaku dalam diam.

"Tampan," gumamku tanpa sadar.

Aku harap dia tidak mendengarnya. Tapi sepertinya itu hanya harapan belaka. Karena sekarang, Bima berhenti di depanku dengan papan luncurnya, lengkap dengan sekuntum bunga kecil—entah dia dapat darimana.

Pemuda itu menunduk dengan senyum lebar, "Makasih," katanya.

Rasanya jantungku turun ke perut untuk sekian detik. Bahkan saat Bima menyodorkan bunga, meletakkannya di atas pangkuanku, aku masih bergeming.

"Gue boleh jujur nggak, Kay?"

"... Apa?"

"Ini." Dia menunjuk dada kirinya sendiri, masih dengan senyum menjelaskan, "Rasanya gue mau meledak setiap lihat elo. Kayaknya gue suka sama lo, deh."

"..."

"Gue suka lo, Kayleen."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sastra Rasa dari Karsa [✔]Where stories live. Discover now