Lembar Keempat

204 51 17
                                    

"Apa? Siapa??"

"Ibu lo. Pasti nyariin."

"Aduh. Tapi dia belum bangun. Apa gue bawa pulang?"

"Heh blegug!"

"Ya terus gimana?!?"

"Tungguin—OH DIA SADAR!"

Aku mengernyit risih mendengar bising di sekitarku. Meski masih menutup mata, cahaya di depanku sepertinya cukup terik.

Sedikit mengintip sembari menyesuaikan penerangan, aku mengernyit. Perawakan seorang pemuda menghalangi sinar matahari sekarang.

"Nggak apa apa?" tanyanya.

Aku mengerjap pelan, berusaha duduk meski pusing. Tapi sebuah tangan melingkar di belakangku dengan sigap, membantu agar aku tidak kesulitan bangun.

Menggeleng untuk menjawab pertanyaan, kini ganti aku yang mengamati si pemuda. Pandangannya masih belum lepas dariku daritadi. Khawatir.

Dilihat lihat, dia orang yang sama dengan pemuda yang terakhir aku lihat di bawah jembatan layang. Si pangeran tampan yang jatuh dari papan luncurnya.

"... Beneran nggak apa apa?"

Aku mengangguk kukuh ketika dia kembali bersuara. Menunduk sebentar dan menyadari kalau aku dibawa sampai halte bus yang sepi.

Ah, rokku kotor.

Tanganku reflek menepuk nepuk pelan bagian rok abu abuku yang terlapisi debu jalan. Tidak sengaja, mataku melirik kaki pemuda tadi.

Celana abu abunya mirip dengan milikku. Dia anak sekolah juga, ya?

"Yakin udah nggak apa apa?"

Aku akui, pemuda ini tampan. Tapi mulutnya sangat cerewet. Berapa kali aku harus bilang kalau aku tidak apa apa?

"Terima kasih," ucapku, berusaha berdiri. "Aku duluan, sudah telat."

"... Oke..."

Menggaet tasku dan berjalan pelan untuk menyambut bus berikutnya, si pemuda dan temannya masih di belakangku. Mereka diam mengamati, terutama si pemuda cerewet tadi.

Entah aku harus risih atau salah tingkah.

Ketika pintu bus sudah terbuka dan aku hendak menapak masuk, suaranya kembali memanggil di belakangku.

Berujar lantang katanya, "Lo tau, istirahat tuh nggak ada salahnya!"

Berujar lantang katanya, "Lo tau, istirahat tuh nggak ada salahnya!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sastra Rasa dari Karsa [✔]Where stories live. Discover now