Lembar Keempat belas

98 34 18
                                    

Lagi lagi aku mengacaukan.

Nilai, hasil belajar, jerih payahku. Kacau. Semua kacau. Aku gagal. Gagal lagi dan lagi.

Berdiam di dalam bilik kamar mandi untuk menghindari semua orang, aku menunggu agar sekolah sepi. Sekaligus menyiapkan hati untuk pulang, aku tidak punya nyali memberi hasil belajarku pada ibuku.

Rasanya sangat memalukan.

"Lo lihat Kayleen nggak?"

Sayup sayup aku mendengar suara dari luar kamar mandi. Seseorang yang akhir akhir ini menjalani kisah asmara denganku. Seseorang yang menghabiskan banyak waktu di dekatku dalam beberapa waktu terakhir.

Abimanyu.

Aku menahan tangis ketika masih mendengar suara Bima di depan toilet perempuan. Belum menyerah bertanya pada setiap anak di sana meski aku yakin, dia sudah dipandang aneh karena berkeliaran di dekat toilet perempuan.

"Lo tau Kayleen?"

"Lo lihat Kayleen nggak?"

"Kayleen IPA, iya. Lihat?"

"Nggak, dia nggak ada di kelasnya. Kata temennya dia udah kabur dari pelajaran terakhir."

"Kayleen Amanda, iya yang cantik. Lo lihat?"

"Lo ketemu Kayleen nggak?"

"Lo yakin dia nggak di dalam?"

"Kayleen!"

"Apa sih? Gue nyari pacar, bukan orang mesum!"

"Ck, ya udah! Kalo lihat Kayleen kabarin gue!"

Aku tidak merasa cukup diri untuk bertemu dengan seseorang sekarang. Menangis juga sepertinya sudah tidak sanggup. Terasa berlebihan tapi memang sepayah itu.

Diam dalam senyap untuk sekian menit ke depan, hingga merasa keadaan benar benar sepi, aku memutuskan untuk keluar. Membasuh wajah sembabku dan berjalan keluar toilet dengan lesu.

"Kay!"

Aku tersentak. Seketika mendongak untuk melihat siapa yang ada di depanku.

Abimanyu. Dia tidak beranjak dari sini.

"Lo kenapa...?"

Suaranya lembut, terlebih tangan hangatnya yang berusaha menggenggamku khawatir. Gawat, kalau begini caranya aku bisa kembali menangis.

"Kayleen?"

Menyebalkan. Bima selalu tahu kelemahanku.

Aku kembali hancur, menangis memeluk Bima tanpa mengatakan apapun. Meminta maaf kepada setiap orang yang memberikan cintanya untuk manusia sepertiku, aku merasa tidak pantas.

Aku merasa buruk.

Aku tidak pernah merasa cukup.

Aku selalu kecewa dengan diriku.

Ini menyebalkan.

Aku—

"Nggak apa apa, Kay." Suara Bima menembus pendengaranku sejenak, membuat tangisku berangsur angsur reda. Bisiknya, "Nggak apa apa. Kayleen udah hebat, lo keren, Kay. You are enough, I promise. Berhenti merasa gagal, ya?"

Bima, jujur saja. Kamu punya kekuatan untuk membaca isi hatiku, kan?

 Kamu punya kekuatan untuk membaca isi hatiku, kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sastra Rasa dari Karsa [✔]Where stories live. Discover now