SEPULUH 🌷❤️

34 2 0
                                    

Note: Sudah direvisi

H a p p y  R e a d i n g
🌻

Esoknya, mereka kembali bersekolah. Walaupun penat melanda tubuh, tetapi sekolah harus tetap diprioritaskan. Mereka juga hanya izin satu hari, karna tidak mau dicurigai nantinya.

Pihak sekolah tidak tahu-menahu tentang pernikahan Dyra dan Asatya. Teman-temannya juga bungkam tak ada yang berani lapor atau sekedar bercerita.

"Lo bisa pulang sendiri gak nanti? Gue mau ada urusan."

Dyra mengunyah rotinya sampai tertelan, "Mau kemana emang?"

"Bukan urusan lo."

Dyra menghela nafas berat, ternyata sikap Asatya masih sama. "Yaudah, silakan."

Ada rasa janggal dalam hati Asatya, padahal ia berharap gadis itu akan marah atau protes padanya. Tapi, mengapa tidak sesuai ekspetasi begini.

"Hm," balasnya seperti biasa.

Mereka berangkat bersama dengan motor gede milik Asatya. Ingin sekali rasanya Dyra memeluk pinggang cowok itu, tapi ia takut Asatya risih. Jadilah Dyra duduk agak berjarak dari Asatya.

"Turun di sini aja, kak. Gak usah sampe dalem parkiran." Dyra ingin bersadar diri saja.

Ia sudah sangat cukup dengan memiliki Asatya. Untuk rasa Asatya padanya, ia hanya bisa berharap agar hal itu segera datang.

"Bener?"

"Iya." Entahlah, Dyra menjadi tidak mood akhir-akhir ini. Mungkin karna ia merasa sudah berhasil memiliki Asatya sebagai suaminya. Jadi, hasratnya untuk mengejar Asatya sudah hilang.

Ya, karna yang dikejar sudah tertangkap.

"Yaudah." Asatya hanya pasrah tak berprotes, karna tidak etis ya kalau ia marah hanya karna Dyra minta turun sebelum di sekolah.

Di halte sebelum sekolah, Asatya berhenti dan secara pelan-pelan Dyra turun dari motor yang tinggi itu.

Asatya menyodorkan dua lembar uang seratus ribu. Dyra menaikkan satu alisnya tak paham, "Buat? Aku udah ada uang, kak."

"Lo istri gue sekarang, dan tugas suami menafkahi istrinya."

Blush!

Dyra diam mematung, ia masih membeku mencoba memahami semuanya. Telinganya tidak rusak, kan? Yang di dengar olehnya benar-benar diucapkan Asatya?

Dyra mengerjap beberapa kali, tangannya perlahan mengambil alih lembaran itu dari tangan Asatya. Bahkan tangannya bergetar saat menerimanya.

"M-makasih, kak." Sudah. Hanya itu yang mampu Dyra ucapkan. Namun, kupu-kupu dalam hatinya saat ini sedang berterbangan dahsyat.

Masih speechless.

"Ya."

***

Pulang sekolah, Asatya melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Membalap beberapa mobil besar sudah biasa baginya. Waktunya mepet sekarang, tidak cukup untuk menunggu.

My (ICE) Husband [Revisi]Where stories live. Discover now