EMPATBELAS 🌷❤️

12 1 0
                                    

H a p p y R e a d i n g
|<3 |


"Kak, pengen ke rumah Mama." Dyra tengah memberesi baju-baju kotornya beserta milik suaminya.

Asatya sedang bermain ponsel bersandar di sandaran ranjang, ia mendongak. "Mau kapan?"

"Sebisanya Kak Asa aja."

Asatya hanya diam. Sementara Dyra masih memilah baju-baju yang akan ia cuci. Yang berwarna putih ia bedakan karena takut kelunturan. Namun, tak lama ia menemukan sebuah celana dalam milik lelaki.

Sudah ia tebak itu punya Asatya. Sebenarnya agak gimana setiap kali Dyra memegang benda keramat itu, tapi mau bagaimana lagi. Toh itu milik suaminya sendiri.

Namun, sebentar. Ada yang aneh. Ada cairan putih butek di benda itu, haruskah ia bertanya pada Asatya?

"Kak Asa. Celana ini kenapa? Kok ada putih-putihnya? Baunya ... huek, kok gini?"

Pandangan Asatya langsung beralih menatap Dyra spontan terkejut bukan main. Bagaimana bisa ia menaruh celana itu di sana? Bodoh banget.

Ia harus menjawab apa ini, masa iya jujur? Malu, dong.

"B-bukan apa-apa, kalo lo jijik gapapa biar gue cuci sendiri nanti. Udah taro lagi di situ, jangan dicuci." Demi apapun Asatya malu.

"Gak, gapapa aku yang cuci. Emang ini apa?" Dyra menyentuh bekas lengket cairan itu.

Asatya menepuk dahinya tak habis pikir. Sumpah ia tak tahu harus berbuat apa. Seseorang tolong jelaskan pada Dyra.

"Dyr, lo udah gede, kan? Jangan pura-pura gak tau, ya," ucap Asatya berusaha menyadarkan Dyra. Yakali Dyra gak paham itu apa? Polos banget.

"Sperma?"

ADUH, DYRA! MALAH DIPERJELAS.

Asatya beranjak melompat dari duduknya menghampiri Dyra. Ekspresi Asatya saat ini sulit untuk dijelaskan.

"Siniin. Lo mah, ah." Asatya merebut celana itu lalu ke kamar mandi dan cepat cepat menyiramnya dan mengucek asal agar cairan itu hilang.

Kemudian keluar dan memberikannya kembali pada Dyra yang masih terpaku diam tak paham. Dyra mengedip-edipkan matanya. "Dibalikin?"

Asatya mengangguk. "Cuci lagi yang bener."

Dyra masih ngelag, ia hanya bisa mengangguk menyetujui perintah suaminya.

"Kak Asa habis ngapain, sih?"

Jalan Asatya terhenti yang berniat keluar kamar karena malu. "Senam lima jari."

Males ah kode-kode an. Langsung jeplak saja biar Dyra jadi bocah yang gak polos.

"Maaf, ya."

SUMPAH DYRA PAHAM?

WOAH.

Asatya speechless. Apa ini tanda-tanda Dyra udah siap ....

"Pikiran lo, Sat, bangsat bener."

"Maaf kenapa?" ucap Asatya.

"Aku tahu apa yang Kak Asa lakuin. Aku maklumin, Kak Asa udah gede juga. Hal kayak gitu wajar terjadi katanya. Hormon cowok emang tinggi katanya."

"Tapi, Kak. Dyra kan istri Kak Asa. Kenapa gak sama Dyra aja? Kak Asa jijik, ya?" lanjut Dyra tersenyum getir.

Asatya ternganga. Dyra bisa juga ngomong kayak begitu?

"Dyr ...," ucap Asatya akhirnya.

"Kak Asa gak anggap aku jadi jstri kakak? Makanya kak Asa gak pernah mau deketin Dyra. Kata Ruru, kalo orang abis menikah pasti malemnya langsung main. Buat adik bayi katanya."

Oh, jadi gara-gara Ruru. Awas aja ya, Ruru, batin Asatya.

"Main apa, Dyr?"

Pipi Dyra seketika memerah. "Main itu."

DYRA UDAH GAK POLOS, GES.

APA DARI DULU EMANG GAK POLOS?

Haha.

"Apa?" Asatya mendekat.

Dyra menatap Asatya bergidik ngeri. Semakin ditatap malah Asatya semakin mendekat. "Lo mau gue ngelakuin itu sama lo?"

"E-emang gapapa?" Sekarang posisi mereka sudah sedekat itu, keranjang baju yang Dyra pegang pun sudah jatuh.

Asatya mengelus anak rambut Dyra. "Kita bisa aja ngelakuinnya, tapi gue takut ...."

"... gue takut kalo gue ngelakuinnya bukan karna cinta, tapi nafsu."

"Tunggu gue cinta sama lo dulu ...?"

"Aku juga masih sekolah, kak."

"Pinter." Asatya menyentil hidung Dyra.

"Bisa bikin gue bangun cinta sama lo?"

Dyra yang semulanya bergetar dag dig dug langsung sumringah lega. "Bisa, dong."

Kalau udah gini mah gampang banget, apalagi Asatya sendiri yang memintanya. Tak diminta pun ia sudah akan berjuang untuk mendapatkan hati Asatya. Sekarang sudah menikah, tinggal sat set aja godain.

"Ayo ke rumah Mama."

"ASIK."

....

"Turun di sini aja, kak."

Dyra melepas sabuk pengamannya kemudian hendak membuka pintu mobil yang ternyata masih terkunci. "Bukain."

"Lo yakin turun di sini?"

Dyra mengangguk. "Emang kenapa?"

Asatya menatap lurus ke depan. "Lo gak mau orang tau?"

"At least mereka tau kita cuma pacaran."

Deg.

Aseli, jantung Dyra sekarang berpacu tidak jelas.

"A-apasih, kak. Jangan, nanti kak Asa yang malu."

Asatya tersadar akan omongannya, ia langsung menggelengkan kepalanya. "Yaudah, turun."

Asatya membuka kuncinya, dan Dyra turun di halte tak jauh dari sekolahnya. Ia tak habis pikir dengan kakak kelasnya itu yang sekarang agak berubah sikap padanya.

Bukannya dulu dia yang paling menghindar dari dirinya? Si paling gak suka sama Dyra? Si paling ngatain Dyra lebay, alay. Sekarang? Malah pengen orang tau.

Asatya melajukan kembali mobilnya sambil melihat kaca mobil untuk mengecek posisi Dyra, gadis itu berjalan santai dengan loncat-loncat sedikit seperti tak ada beban.

"Gak, Sat. Lo kan gak suka sama dia, dulu lo yang paling benci sama dia. Lo gak boleh suka sama tuh bocah. Gak boleh!" racaunya sendiri.

"Tapi, lucu." Asatya memandang kaca mobil lagi berharap Dyra kelihatan, tapi nihil. Jarak mereka sudah jauh.

"ARGH, BOCIL SIALAN. BISA-BISANYA GUE DIJODOHIN SAMA BOCAH LUCU GITU."

"Eh, inget. GAK BOLEH SUKA."

Asatya sedikit stress ya teriak-teriak sendiri di dalam mobil.

***

Abis, wkwkw.
Maap random bgt ini cerita.

Btw, buat Asatya:
Itu Dyra cuma selisih setahun sama lo, ogeb. Dia bukan bocil, dia cuma kecil aja badannya dari lo.
Inget, CUMA SELISIH SATU TAHUN.

HAHAHA udah ah papay!!

Lov yuuu
<3




My (ICE) Husband [Revisi]Where stories live. Discover now