DUABELAS 🌷❤️

24 2 0
                                    

Note: Sudah direvisi

H a p p y  R e a d i ng
🌻

BUG!

BUG!

DUAGH!

KREK!

"Bangsat, maksud kalian apa!?"

"Lo pura-pura bego, ya?" sarkas Asatya.

"Semuanya bisa diomongin baik-baik."

Asatya bolak-balik meninju perut lawannya, "Dari dulu lo ngomong begitu mulu, basi. Akhirnya apa?"

Beberapa teman geng Asatya ambruk, begitu pula tim lawannya. Kekuatan mereka imbang, hingga sampai detik ini belum ada yang dinyatakan menang perang.

"Lo dan tim lo cupu. Dimana tanggung jawab kalian?" Asatya semakin emosi mengingat kematian Leo.

"Dan lo gak seharusnya nyerang kita kaya begini." Lelaki bertubuh tinggi itu menentang.

"Kalau gak gitu, apa lo bakal sadar sama apa yang temen lo lakuin?"

"Gue tau, gue sadar. Kami seharusnya minta maaf ke kalian dari kemarin-kemarin, biar gak kejadian kaya gini." Lelaki itu melepas jaket kulitnya, dan mengambil sesuatu di sakunya.

Elang. Ia menyerahkan sebuah pisau kecil pada Asatya. "Kata maaf aja gak cukup, itu kan yang mau lo bilang? So, bunuh gue sebagai ganti nyawa Leo."

Mengapa Elang tahu yang terbunuh adalah Leo? Jawabannya, karna geng keduanya sudah cukup mengenal satu sama lain. Dan ketika kabar itu terdengar, Elang langsung mencari informasi. Berhasil.

Asatya mematung di tempat, ia bingung harus berucap apa. Jiwa kemanusiaannya mana tega membunuh orang yang tidak bersalah. Jelas ia tahu, bukan Elang yang membunuh Leo.

"Bodoh."

Elang menaikkan sebelah alisnya.

"Gue pengen yang mati itu si pembunuh Leo, bukan lo. Gak usah sok jadi hero, yang ada temen lo itu bakal ngelunjak."

"Lo masih SMA, tapi otak lo cerdas."

Asatya tersenyum miring, "Lo baru sadar?"

Kedua cowok itu tertawa pelan, lalu melihat keadaan sekitarnya. Teman-teman mereka semuanya K.O.

"Kenapa lo gak lemah aja kaya mereka?" heran Asatya menatap Elang picing.

"Harusnya itu pertanyaan gue ke lo."

"ANJ*NG, SAT. ROW MIMISAN."

Otomatis Asatya menoleh.

Darah segar mengucur dari kedua lubang hidung Row, keadaan cowok itu masih sadar dengan mata yang sudah sayu melemah.

"Kena tonjok?"

"Enggak. Dia jatuh kesandung batu," ucap Zicko menunjuk sebuah batu besar.

Semua orang yang masih sadar di sana langsung menepuk dahinya menggeleng.

Oke, mereka adalah jamet receh berkedok geng motor.

My (ICE) Husband [Revisi]Where stories live. Discover now