BAB 10 : Wanna Play?

1.6K 190 29
                                    

"Love's a gameWanna play?"- Taylor Swift

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Love's a game
Wanna play?"
- Taylor Swift

.

.

.


Salah satu kesialan terbesar bagi Gun, ia tidak bisa keras kepada Off. Semakin sial, Gun yang tak suka menjadi pusat perhatian kini di sepanjang jalan banyak Mahasiswa yang memerhatikannya. Karena, Gun merasa frustasi membasuh mukanya secara keseluruhan hingga foundation yang terpasang ia bersihkan, gigi kawatnya pun ia lepaskan. Gun maklum mereka yang melihat mungkin merasa asing akan dirinya.

Merubah mood dengan memutar musik adalah pilihan ter tepat. Ia memasang headset pada ponselnya dan mendengarkan lagu-lagu dari Michael Bubble-Sway. Lagu ini salah satu lagu favoritnya entah itu dalam suasana hati yang baik dan buruk, terlebih lagu ini membangkitkan jiwa malamnya keluar.

Selang empat menitan lagu berganti, sekarang Gun hampir memasuki parkiran mobil. Berjalan tak melihat ke arah depan, Gun sibuk membalas pesan Jane.

Di belokan kiri, secara tak sengaja Gun menyenggol kuat seseorang hingga tubuhnya tersorok ke depan tetapi untungnya Gun tidak sampai terjatuh.

Jantung Gun berdebum keras saat melihat pria yang tak sengaja ia tabrak. Tepat, sepenggal lirik dari Ariana Grande-stuck with you, terus mengalir. Moment yang sangat pas, Gun terbawa suasana tubuhnya terdiam, terpaku dan melayang masuk ke dalam musik yang ia putar.

"Kau tidak apa?"

"Ya," balas Gun singkat diiringi anggukan kepalanya.

Sial, Gun tidak bisa menahan matanya yang bersinar, apalagi mencoba berkata-kata panjang ketika pria itu menatap. Perasaan manis mengalir melalui pembuluh darah jantung pun seirama dengan gelegak petir menyambar.

"Hati-hati jangan terlalu fokus pada ponselmu," kata pria itu.

Gun menatap pria itu, matanya bersinar pria itu tersenyum, sesaat kemudian pria itu pergi meninggalkannya dan hanya tersisa Gun dalam udara yang tenang, sebelum perhatiannya kembali ke pesan Jane dalam hitungan detik, ia berhasil membidik pemilik punggung tegap yang melangkah jauh.

Gun merasa ada yang aneh, "Kenapa aku memotretnya?" Matanya tidak bisa membantah, mulutnya tak bisa melawan bahwa pria itu-tampan. Gun tak menyadari, secara perlahan ada yang pudar dalam dirinya.

Ada sesuatu yang kurang-Gun lupa meminta maaf.

***

Off memandang Tawan yang sudah 3 menit tak menjalankan mobilnya, Off heran lalu bertanya. "Apa yang kau tunggu?" tanya Off.

"Maaf, Tuan, saya menunggu adik anda."

"Dia ikut? Kemana dia sekarang?"

"Toilet."

✔ [2] My Hot Lecture [M]Where stories live. Discover now