ENDING : [2/2] 5ST Lavender : Endergebnis

1.2K 103 39
                                    

"I'll fall in love withthe little things"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"I'll fall in love with
the little things"

.

.

.

Berlin, Jerman 2028
Suite im Sony Center am
Potsdamer Platz

"Kamu manggung di mana malam ini, tidak ada keinginan berhenti?" tanya sang pria kepada suaminya.

"Seperti biasa, North Andes," jawab nya sambil mengulurkan tangan meraih biola yang terletak di atas ranjang mereka. "Aku tau kita tidak kekurangan uang, pekerjaan ini sebagai hobi ku, kau mengajar di siang hari, Joy juga sekolah membuatku sedikit merasa bosan."

Sang pria tak memiliki pertentangan, coat berbulu dari buluan domba tersebut ia baluti di tubuh suami tercintanya, hangat dari coat ini lumayan mengimbangi dari penghangat kamar mereka. Dia tercenung sejenak, sudah tiga tahun lamanya mereka tidak menyapa Thailand. Resiko, kecintaannya pada prianya jauh lebih besar daripada kerinduan pada Negara Thailand, dia menunggu kesiapan dari suaminya sendiri, itu semua terserah pada suaminya, apapun itu.

Apa suasana hati prianya sudah berubah? Setitik kecil netranya melihat juntaian lavender yang telah layu, jejak harum Lavender pun memudar. Sayang, buket Lavender dari toko langganan mereka kehabisan stok, stok terakhir adalah satu-satunya Lavender di atas pusara yang mereka hadiahkan teruntuk orang terkasih suaminya selama 6 tahun ini. Matanya melembut memperhatikan suaminya disibukkan mencari-cari Turntable atau pemutar piringan hitam, dari itu ia dengan sigap meraih tangan suaminya.

"Bagaimana persaanmu, lebih baik?"

"Aku selalu baik, kau saja terlalu berlebihan."

"Aku senang mendengarnya."

Ditatapnya lembut sorotan indah itu, dia dapat melihat tatapan balik nutrisi cinta yang meluap-luap. Perlu mengingatkan diri sendiri kondisi seperti ini apa ia bisa meminta keringan hati tuk bermuara pada kesenjangan malam manis setelah hampir dua minggu mereka tidak melakukan. Sebisa mungkin dalam pengaruh sihir cinta yang tak akan habis, dengan amat keintiman jari-jemari tersebut memutar di sepanjang rahang tak setegas miliknya.

Dia mengamati lamat. "Panic attack mu sudah membaik?" Wajah yang sedari tadi memenuhi otak kini pertanyaan tersambut oleh jawaban sang labium tersenyum seperti ke eleganan dari mekarnya kuntuman mawar merah.

Kenapa prianya selalu menarik?

Kedua tangan putih itu kini merangkul sempurna di perempatan lehernya, Di bawah pengaruh keindahan ia simpulkan malam ini adanya sebuah kesempatan, ia mutlak berbisik tanpa malu tanpa kecanggungan.

"I want you."

Mata prianya menyipit, kemudian ia menyeringai. "Yes or No?" hormonnya mengalir kencang senyumnya pun melebar. Sengaja ia menggerakkan ibu jarinya menelusuri wajah prianya, berakhir pada belah bibir bawah prianya.

✔ [2] My Hot Lecture [M]Where stories live. Discover now