06 • Satu Botol Berdua ?

780 45 0
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Gue bilang juga gausah, kalo udah gini kan jadi nyusahin."

"Maaf.." lirih Vania.

Elvan berdecak, ia tidak tahu sekarang harus berbuat apa.

"Aduh dek, itu darah nya dia semakin banyak. Cepet bawa dia ke uks. Masalah ini, biar ibu saja yang bersihin." Tiba-tiba wanita paruh baya yang tak lain adalah penjual makanan yang tadi di beli oleh Elvan itu mendekati Elvan dan Vania, dia mulai membersihkan pecahan beling tersebut.

Elvan yang merasa tidak enak jika menolak, alhasil ia membantu Vania berdiri, menuntun gadis itu keluar kantin menuju uks.

"Ini semua gara-gara lo. Lebih baik lo berenti ganggu gue, lama kelamaan gue risih dengan kehadiran lo di hidup gue." Ujar Elvan dengan sangat jujur. Masa bodo jika perkataannya menyakiti gadis ini. Bukankah itu akan lebih baik jika gadis itu tersakiti olehnya, sehingga gadis itu tidak lagi mendekati dirinya. Elvan akan tenang jika hal itu terjadi.

"Vania minta maaf.." lirih Vania.

Elvan tak menghiraukan ucapan Vania. Sekarang, banyak yang menatap dirinya dengan Vania, membuat Elvan tidak suka. Elvan memberhentikan langkahnya sehingga langkah Vania pun ikut terhenti.

"Lo ke uks sendiri bisa kan? Gue males jadi bahan tontonan gini." Tanpa Vania menjawab pun, Elvan langsung melangkah pergi, tidak menuntun lagi Vania ke uks. Membiarkan Vania pergi sendiri ke uks, tanpa rasa bersalah sedikitpun di hati Elvan.

Vania menatap sendu kepergian Elvan, ia menghela nafas panjang. Melanjutkan kembali langkahnya dengan sendirian. Meski rasanya perih mendengar ucapan Elvan tadi, tapi Vania tetap tidak akan patah semangat untuk memperjuangkan cintanya terhadap Elvan. Mungkin, jika lama kelamaan, Elvan pasti akan baik padanya.

Vania tersentak kaget saat merasakan seseorang menyentuh pundaknya, ia menoleh ke belakang dan mendapati Arven yang berdiri di belakangnya. Sejak kapan?

"Biar gue aja yang anter lo ke uks, gue pengen liat kalo lo beneran ke uks. Takutnya lo ngga ke uks. Ayo buruan, itu darahnya udah keluar banyak." Arven menarik pergelangan Vania satunya lagi yang jarinya tidak terluka.

"Arven, lama-kelamaan Elvan pasti bersikap baik kan sama Vania kalo Elvan udah percaya sama Vania?"

•••Zelvano•••

Elvan saat ini kembali ke kelas, di kelas hanya ada dirinya seorang. Elvan duduk di kursinya berada, ia menatap lagi kotak bekal pemberian Vania itu. Jujur, saat ini dirinya sedang lapar. Tadi di kantin tidak jadi makan karena ia harus mengantar Vania tadi ke uks.

Ntah sadar atau tidak, cowok itu mengambil kotak bekal berwarna biru muda itu, membuka tutupnya dan menatap isinya.

Itu roti berwarna hijau yang rasa pandan, Elvan sangat menyukai roti itu. Kata di kertas yang di tulis Vania, itu isinya selai rasa cokelat kacang. Elvan ingin sekali memakannya, tapi ia gengsi.

"Ck, tapi gue laper. Bodo ah." Elvan mengambil roti itu lalu memakannya.

"Nih cewek ngga kasih gue minumnya sekalian apa ya?" Tanya Elvan pada dirinya sendiri. Elvan tidak membawa minum, tenggorokannya sangat membutuhkan air minum setelah menghabiskan tiga roti itu.

Elvan pun mencari botol minum di tas temannya, tapi percuma, teman-temannya juga tidak pernah membawa minum. Ingin ke kantin untuk membeli minum, tapi ia terlalu malas keluar lagi.

Saat melihat ke arah meja Vania, disana ada botol minum dengan penuh air. Elvan pikir, mungkin itu minuman nya belum diminum oleh pemiliknya. Dengan tersenyum tipis, ia menghampiri botol itu lalu meminumnya. Tanpa sadar, ia meminum air itu dengan botol yang mengenai bibirnya.

ZELVANO [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang