20 • Pertolongan Untuk Vania

629 40 9
                                    

assalamualaikum🦋

up di hari raya idul adha nih, happy eid al-adha ya bagi yang merayakan.

may the blessings of Allah always shower upon you and your family.

Happy Reading All

🖤
.

Salsa yang tidak sengaja melihat ke arah Jessica yang tengah tersenyum smirk seraya terus menatap ke arah danau, membuat Salsa merasa yakin, bahwa ini pasti ulah Jessica. Salsa dengan penuh emosi melangkah menghampiri Jessica, Salsa langsung menampar kencang wajah Jessica hingga wajah Jessica tertoleh ke samping.

"NGAKU LO! INI SEMUA ULAH LO KAN!" Teriak Salsa lantang.

"Maksud lo apa?" Tanya Jessica pura-pura tidak tahu.

"Kenapa si, lo sampe segitunya sama Vania? Sebenci apa lo sama dia? Padahal dia ngga pernah ganggu lo duluan, dia ngga pernah buat masalah sama lo duluan. Tapi kenapa lo selalu dendam sama Vania? Cara lo kali ini kelewatan. Coba lo yang ada di posisi Vania sekarang, gimana perasaan lo. LO GA PUNYA HATI TAU NGGA! GUE BENCI SAMA LO!" teriak Salsa sudah habis kesabaran.

"Semoga Vania mati! Dia emang ga pantes buat hidup! Iya, gue yang dorong dia tadi, kenapa? Gasuka?" Disaat-saat seperti ini, masih sempat-sempatnya Jessica terlihat santai.

"MANUSIA IBLIS LO!" Teriak Salsa, marahnya kali ini benar-benar terlihat kesetanan, Salsa ingin membalas perbuatan Jessica saat ini juga namun Bian terus menahannya.

"Sal, udah. Biar yang lain yang urus dia." Karena menurut Bian Salsa terlalu lama, tanpa beban, Bian langsung menggendong Salsa ala bridal style, membawa Salsa ke tempat yang tenang.

Sungguh, untuk pertama kalinya, Bian peduli terhadap perempuan yaitu Salsa. Bian kali ini juga berbeda dari Bian yang sebelumnya, berwajah datar dan pendiam, tapi kali ini ia lebih hangat.

"Kasian Vania, padahal kan mereka udah saudara, bisa-bisanya Jess lo iri." Batin Bian.

•••Zelvano•••

Di dalam danau, Elvan tidak menemukan tanda-tanda Vania berada, Elvan terlihat prustasi. Elvan pun keluar dari dalam air, ia meraup udara sebanyak-banyaknya.

"Elvan!" Mendengar ada seseorang yang menyebut namanya, seketika Elvan mencari keberadaan orang yang memanggil namanya tadi.

"Arven! Vania!" Elvan segera berenang menghampiri Arven yang tengah berusaha menahan Vania agar tidak tenggelam lagi, mereka masih berada di tengah-tengah danau.

"Arven lo kenapa?" Tanya Elvan yang melihat Arven seperti menahan kesakitan.

"T-tadi, kaki gue digigit buaya. Gue nggapapa kok, ngga terlalu parah. Lo ga usah mikirin gue, cepet bawa Vania ke darat!"

"ARVEN, ELVAN CEPETAN BAWA VANIA NAIK KESINI! LO JUGA PADA NAIK! CEPET!" Teriak Aldo, dia menggunakan sebuah perahu untuk menghampiri mereka bersama Meli.

"Vania! Woi buruan bawa Vania kesini!" Desak Meli tidak sabaran kala melihat temannya yang seperti sudah tidak sadar.

Yang membawa Vania bergantian menjadi Elvan, Elvan dengan cepat, membawa Vania ke perahu yang ditaiki oleh Aldo dan juga Meli.

"Arven, Van! Arven! Dia ngga keliatan!" Seru Aldo panik kala ia tidak melihat Arven menyembulkan kepalanya.

"Lo pada cepet bawa dia ke sana! Kasih pertolongan pertama! Arven biar gue yang urus." Titah Elvan dengan tegas.

Aldo pun mengangguk, ia dengan cepat mengayuh lagi perahu nya ke daratan.

Elvan kembali menyelam lagi, membawa Arven yang tenggelam di bawah sana dan tidak sadarkan diri. Elvan sekuat tenaga, berenang dengan membawa Arven hingga ke tepi.

Elvan berhasil membawa Arven hingga ke tepi, benar, Arven tidak sadarkan diri. Elvan berusaha mengatur nafasnya. "Ar, sadar." Elvan menepuk-nepuk pipi Arven.

"Arven kenapa?" Tanya salah satu cowok.

"Kakinya digigit buaya, gue minta tolong, bawa Arven ke rumah sakit! Cepet!" Desak Elvan.

Para laki-laki berbondong-bondong untuk mengangkat Arven dan membawa Arven ke mobil untuk segera ke rumah sakit.

"Yan, gimana keadaan dia?" Tanya Elvan pada Bian. Maksud 'dia itu adalah Vania.

"Belum sadar." Jawab Bian seraya menggeleng pelan.

Elvan memaksakan lagi tubuhnya untuk tetap kuat, meski semuanya sudah basah kuyup dan Elvan merasa kedinginan, namun rasa khawatir Elvan terhadap Vania lebih besar. Elvan berlari menghampiri Vania yang tergeletak dan dikerumuni banyak orang.

Terlihat, disana Salsa menangis di hadapan Vania.

"Masih belum sadar?" Tanya Elvan yang rautnya benar-benar terlihat sangat cemas, ia melihat ke arah Vania yang dimana ada Meli yang tengah menekan dada Vania berkali-kali.

Salsa menggeleng menjawab pertanyaan Elvan.

"Minggir, Mel. Biar gue aja." Kata Elvan, Meli pun menggeser posisinya.

Elvan memeriksa denyut nadi Vania, nadi nya lemah. Elvan kembali melakukan menekan dada Vania berulang kali seperti yang dilakukan Meli tadi, dan ternyata tetap sama, Vania tetap belum sadar.

"Satu-satunya cara cuma napas buatan," ucap Elvan.

"Maksud lo?" Tanya Meli tidak mengerti.

"SEMUANYA MUNDUR! NGAPAIN PADA KERUMUNAN?! YANG ADA DIA JADI KESULITAN BUAT MENGHIRUP OKSIGEN! NGEJAUH LO PADA!" Teriak Elvan lantang, otomatis, orang-orang yang melihat Vania hingga berakhir berkerumun itu segera menjauh.

"Elvan lo mau ngapain?" Celetuk Meli yang melihat pergerakan Elvan yang mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Vania.

"Ngasih napas buatan, cuma ini satu-satunya cara." Jawab Elvan. Cowok itu kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Vania, kemudian menjepit hidung Vania dan mulai menempatkan mulutnya dengan mulut Vania.

Setelah memberi nafas buatan, akhirnya, Vania terbatuk-batuk dengan mengeluarkan air, Vania sudah sadar namun tubuhnya terasa lemah.

"Vania.." ucap Salsa terlihat berseri ketika melihat Vania sudah sadar.

Tepat saat Vania membuka matanya, Vania melihat wajah Elvan yang sangat dekat dengan dirinya, bahkan seperti tidak ada jarak. Vania bisa merasakan setiap hembusan nafas Elvan yang menerpa kulitnya.

"Alhamdulillah, akhirnya lo udah sadar." Lirih Elvan dengan tersenyum tipis.

"Kalian, bawa dia ke rumah sakit, dia keliatan lemah." Titah Elvan pada temannya Vania.

"Elvan, bawa Vania ke mobil ya." Pinta Salsa.

Elvan langsung saja menggendong Vania ala bridal style.

"Bian, ambilin jaket gue." Bian pun mengambil jaket Elvan yang tadi sempat Elvan jatuhkan saat hendak menyebur ke danau, Bian memberikannya pada Elvan.

Elvan menerimanya, ia langsung menaruh jaketnya ke tubuh Vania yang dimana, pakaiannya sudah basah.

"Bener kan, Elvan perhatian sama Vania." Ucap Vania dengan lemah, ia menatap ke arah Elvan yang tengah menggendongnya.

"Gausah banyak omong, beruntung gue mau nolongin lo."

•••Zelvano•••

TBC

Idih si Elvan, dalam keadaan kek gini pun, tetep aja masih judes🐈

Gimana sama part ini, bestie?

Jangan lupa spam next nya yang masih mau lanjut baca ke part berikutnya ➡️➡️

Jangan lupa vote buat jejak kalian, kalo kalian baca cerita ini, itupun kalo merasa suka, okey?

See u next chapter bestie....

Sudah direvisi ✓

ZELVANO [selesai]Where stories live. Discover now