40 • Kehilangan

777 35 6
                                    

Happy Reading All

🖤
.

"Dek.. kenapa kamu tinggalin Abang sendirian disini, dek? Kenapa kamu pergi duluan?" Fazar menatap sendu sang adik yang terbaring lemah di atas brankar. Wajah sang adik dipenuhi perban.

Fazar merasa gagal menjaga adiknya, seharusnya dirinya lebih ketat menjaga sang adik. Seharusnya dirinya tidak terlalu mementingkan pekerjaannya ketimbang sang adik. Fazar benar-benar merasa gagal, dunia Fazar hancur detik ini juga. Sudah tidak ada gunanya dirinya untuk tetap hidup. Selama ini Fazar bertahan demi sang adik, adik satu-satunya yaitu Vania.

Jika dibilang selama ini Fazar orang yang kuat karena sampai detik ini, Fazar bisa mengurusi pekerjaan dan sang adik dengan baik, tapi dibalik itu semua, Fazar rapuh, Fazar lelah, Fazar berkali-kali pernah mengeluh. Semenjak sepeninggalan kedua orangtuanya, dari situ Fazar sudah paksa dirinya sendiri untuk bisa dewasa, meski belum waktunya. Tapi dewasa tidak dilihat dari umur.

Fazar pernah ada niatan menyerah, tapi dia selalu memikirkan sang adik. Jika dirinya menyerah, lalu bagaimana nasib sang adik? Hidup tanpa kedua orang tua bukanlah hal mudah.

Fazar harus bisa lebih dewasa daripada adiknya. Ia harus bisa menggantikan peran kedua orangtuanya teruntuk sang adik sampai sekarang.

"Abang berharap banget.. semoga Vania bangun, meski itu mustahil karena sekarang Vania udah tenang ya disana? Disana enak ngga, dek? Abang pengen ikut kamu. Pasti kamu udah ketemu sama Mama dan Papa ya? Ih ngga ngajak-ngajak."

"Ini pertama kalinya Abang nangis di depan kamu. Bukannya kamu pengen banget ya, liat Abang nangis? Kamu pernah bilang, kalo kamu pengen liat Abang sedih. Karena selama ini, Abang selalu keliatan kuat di depan kamu. Ini Abang lagi sedih karena kehilangan kamu, Abang mau ikut kamu.. dunia jahat ya, dek?"

Layar monitor tidak menunjukkan garis lurus dan bunyi tanda orang masih ada tanda-tanda hidup meski lemah membuat Fazar terdiam. Ia tidak salah lihat dan salah dengar, kan? Fazar halu? Tapi kenapa bisa? Kenapa rasanya begitu nyata?

"Permisi, apa dia kembali hidup lagi? Jantungnya berfungsi meski lemah. Masyaallah.. ada keajaiban.." Dokter Davi yang tadi menangani Vania sebelum dinyatakan tiada, membuat dokter Davi segera memeriksa Vania.

Fazar keluar ruangan dengan perasaan yang tidak percaya. Adiknya kembali hidup? Dia tidak jadi meninggal? Berarti Fazar masih bisa bareng-bareng bersama adiknya? Fazar benar-benar tidak menyangka dengan takdir Allah..

"Bang Fazar, kenapa?" tanya Salsa yang ternyata dia masih setia duduk di depan pintu ruang IGD bersama Meli, yang dimana di dalamnya ada Vania.

"Vania.. ada tanda kehidupan.." ujar Fazar terlihat senang.

"M-maksud bang Fazar?" tanya Salsa lagi karena kurang mengerti.

"Sekarang Vania lagi diperiksa sama dokter."

"Masyaallah.. Vania hidup lagi? Demi apa?!" Salsa juga ikutan senang jika apa yang barusan ia katakan, itu kenyataan.

"Doain aja semoga iya." balas Fazar tidak henti-hentinya bersyukur dalam hati jika Vania masih diberi kesempatan untuk hidup lagi.

Tidak lama kemudian, Dokter Davi keluar dengan tersenyum.

"Gimana, dok?" tanya Fazar tidak sabaran.

"Alhamdulillah, ternyata Tuhan masih memberi kesempatan untuk Vania hidup. Vania nanti akan dipindahkan ke ruang rawat. Doakan saja, semoga Vania bisa sembuh kembali. Untuk saat ini, pasien belum sadar, dia butuh istirahat yang cukup. Kita pindahkan dulu ya Vania nya," dokter Davi pun melangkah masuk lagi ke dalam dengan sopan.

ZELVANO [selesai]Where stories live. Discover now