Bab 6

7 0 0
                                    

"Nghh.. Sean laperr." Ucap Ana pelan dan ia masih menutup matanya.

Ia tidur di kostan Sean dan kini ia terbangun karena merasa lapar. Ana menguap dan melihat sekitar yang masi sepi seperti tidak ada tanda tanda Sean sudah pulang.

Jam menunjukan pukul tujuh malam, ia sudah izin pada Alita bahwa menginap di rumah teman, jadi tak apa bila ia bangun di kostan Sean jam segini.

Ana terduduk dan merogoh tasnya mengambil ponsel miliknya lalu menghubungi Sean namun tidak di jawab oleh si pengguna.

"Sean kemana si ko belum pulang? Ini kan udah malem mana aku laper."

Ana berjalan memegang knop pintu dan menggeraknnya namun di kunci, ia jadi menyesal menyuruh Sean menguncinya tadi.

"Uh laper banget, ada makanan ga ya disini?."

Ana berjalan ke dapur mencari sesuatu yang bisa ia makan.

"Wah ada nasi sama sosis, bisa masak nasgor kalo gitu."

Ana memotong sosis dan menyalakan kompor lalu memulai memasak nasi goreng. Nasi yang cukup bisa menjadi porsi dua orang, Ana memasak dengan cekatan dan cepat karena cacing perutnya benar benar sudah meronta ingin segera di beri makanan.

Lima belas menit kemudian nasi gorwng yang ia buat sudah jadi dan ia langsung menuangkannya di piring dan langsung melahapnya dengan cepat.

"Ana aku pulang." Sean panik saat melihat di tempat tidur tidak ada Ana disana.

"Ana kamu dimana?."

"Aku di dapur." Teriak Ana.

"Aku kira kamu kemana."

"Kamu dari mana aja sii? Aku telfon gabisa aku kan laper banget. Untung ada nasi sama sosis aku bisa masak nasgor, nih nasgor buat kamu."

"Maaf ya, aku tadi banyak pesenan jadi telat pulang. Makasi udah di masakin."

"Iya, yaudah makan dulu mumoung masi anget dah iti terus mandi istirahat oke."

"Serasa kayak suami istri ga si kita?." Ucap Sean terkekeh.

"Amin hehe."

🍑🍑🍑

3 bulan kemudian.

"Indah banget langitnya."

"Kalo bintang ga ada langit ga akan se indah ini, kayak kamu ga ada di kehidupan aku ga akan indah ini." Ucap Sean.

Keduanya sedang berada di atas roftop melihat indahnya langit dan bintang di malam hari. Angin malam yang dingin tidak membuat mereka mengurungkan niat untuk melihat keindahan langit malam saat ini.

"Kamu bisa aja."

"Aku serius, kalo kamu ga mesen ojol dan ga buat perjanjian saat itu munkin kita bertemu hanya selewat aja."

Ana mengangguk "Makasi ya udah nemenin aku dari waktu rencana konyol sampai sekarang."

"Iya sama sama aku juga banyak terimakasi sama kamu, kamu sering masakin aku di kostan dan sering ajak makan malam sama keluarga kamu."

Ana mengangguk lagi dan diam masi setia menatap langit yang indah di malam hari ini.

"Baru kali ini aku merasakan jatuh hati yang sesungguhnya, kalo misalnya kita udahan mungkin aku ga akan bisa ngelupain kamu gitu aja atau aku punya pasangan dengan mudah." Ana menarik nafasnya dan melanjutkan kalimatnya.

"Dan aku ga ada niatan lupain kamu, karena aku ingin selalu mengingatmu bukan melupakanmu. Ya meski suatu saat nanti kalo kita udahan dan kamu punya wanita lain itu sakit tapi ga apa yang penting kamu bahagia dengan cara kamu, kamu bahagia dan selalu tersenyum itu adalah kebahagiaan buat aku juga." Lanjut Ana dengan senyuman dan pandangannya masi setia ke atas melihat langit.

SEANADonde viven las historias. Descúbrelo ahora