10. Tugas Pertama

4.6K 476 6
                                    

Wah terimakasih 200 pembaca pertama ♥️

Vipril beberapa hari ini merasa cerita ini mendapat sambutan hangat dari kalian 🤗 sudah terlihat beberapa orang yang vote dan masukin cerita ini ke dalam reading list🧘🏻‍♀️

Jadi untuk yang masih malu-malu untuk vote jangan takut 😐 ayo mari sama-sama vote dulu sebelum baca💅



Happy reading 🧘🏻‍♀️

∅⁰∅⁰∅





"Maaf bibi seperti aku harus menemui adikku," ucap Julius lalu berlalu pergi dari topik pembicaraan mereka.

Zelena yang mendengar itu tersenyum kecut. Julius benar-benar anak yang tertutup, sebagai putra mahkota pasti semua gadis mengharapkan sosoknya. Jangankan untuk memilih putri mahkota, posisi selir juga pasti ramai peminat.

Terkadang memiliki segalanya malah menjadi tekanan batin yang kuat. Zelena saja lelah melihat pekerjaan Julius yang tersusun tanpa berhenti, belum lagi ditambah dengan sikapnya itu.

Rexi memutar bola matanya, ibunya benar-benar hanya bisa menanyakan hal tak penting seperti itu. "Aku harus menemui para tuan-tuan muda, ibu tetaplah di sini aku akan mengutus seseorang untuk memanggil ayah.

Zelana menyetujui hal itu, dia membawa putrinya ke tempat makanan. Dia sangat bersemangat menyendok prasmanan berisi daging-dagingan. Makanan seperti ini adalah hal yang ditunggu semua orang.

"Ibu aku tak suka daging asap," kata Serena saat ibunya menaruh daging di piringnya. Dia dengan wajah tertekuk melayangkan protes.

Dengan capitan yang masih ditangannya ia menjawab. "Sudah ibu akan memakannya, kau suka sup jamur wortelkan?" Sebenarnya Zelena tahu hal itu, tapi ia tak bisa mengambil banyak lauk dengan piring penuh, dia harus tetap menjaga nama baiknya sebagai menantu kaisar dan seorang duches.

Mereka berdua duduk dibangku dengan postur tubuh sempurna. Serena memakan supnya dengan anggun, ia menyendok sup itu dengan perlahan lalu mengarahkan bagian bawah sendok ke ujung pinggir mangkuk agar tak ada kuah yang menetes mengotori gaun yang dipakainya.

Dalam etika bangsawan, mereka terbiasa tidak meniup makan karena bisa mengurai postur sempurna dan kesopanan. Biasanya makanan panas mereka akali dengan cara mengaduk-aduk sendok perlahan lalu menyendok sedikit demi sedikit.

Mereka juga jarang menghabiskan satu porsi, biasanya hanya akan makan setengah atau seperempat.

"Selama ibu pergi, kau harus menyempatkan diri berkunjung ke istana kerajaan. Bibi Karina bisa membantumu untuk belajar menjadi putri kekaisaran," saran Zelana dengan mengiris daging menggunakan pisau dan garpu.

Serena menagguk. "Bibi juga meminta hal itu. Ia bilang sepertinya kakek akan memulai tugas kami dalam waktu dekat. Tapi apakah aku akan mengunjungi kuil suci dalam tugas?"

Zelana berpikir sejenak. "Mungkin, tapi ibu tidak tahu kapan. Kau tau kami sangat sibuk, beberapa minggu belakangan ini bahkan ayahmu sampai marah karena tidak bisa menemui ibu," jelasnya dengan wajah merona. Yah hubungan mereka ternyata bisa dibilang cukup romantis.

Dengan wajah tak suka Serena menatap tajam ibunya. "Aku mau jadi anak bungsu," tekan Serena pada ibunya dalam bentuk protes keras.

"Semua itu terserah diriku." Tiba-tiba saja duke Yuran bergabung dengan istri dan anaknya. Ia tak sengaja mendengar bahwa kelinci kecilnya sedang protes.

"Dia masih kecil, kau tak boleh begitu!  lihat dia mulai menangiskan," ucap Zelena meninggalkan piringnya lalu menggendong tubuh putrinya.

Tapi Serena kira ia akan duduk dipangkuan ibunya, nyatanya ibunya malah memberikannya pada ayahnya. Yah sepertinya harapannya terlalu tinggi. Ibunya sama-sama tidak peka!

RoosWhere stories live. Discover now