23. Malam Hari

2.2K 239 5
                                    

Jumpa lagi♥️

Vote and Komen dulu yuk ♥️

Jangan lupa untuk follow akun ViPril_Aprilia supaya bisa terhubung dengan penuh sama penulis🔜






Happy reading 🧘🏻‍♀️

∅⁰∅⁰∅



Jerry turun dengan mengusap kepalanya. Bibirnya mengeluarkan ringisan-ringisan kecil.

Kaisar Verdus tersenyum jahat. Tadi saat di kereta ia memukul kepala Jerry dengan sebuah tongkat emas yang ia simpan di kereta.

"Aku tak akan mengatakan hal itu jika tahu ia memiliki tongkat sekeras itu," geram Jerry. Ternyata kakeknya mempunyai tongkat panjang dengan bahan dasar emas asli yang memiliki volume yang padat.

Bernan dan Serena menatap negeri benjolan yang muncul di dahi Jerry. Sangat jelas terlihat bahwa itu berwarna merah seukuran jeruk nipis. 

"Apakah itu bisa mengecil dalam waktu dekat?" tanya Bernan tak yakin. Pasalnya Jerry terlihat belum menyadari bahwa ada benjolan di kepalanya.

Menatap kasian pada Jerry yang hanya fokus mengelusi kepala bagian depannya saja. Serena datang dan menghampiri. "Kakak kepalamu benjol,"  ungkap Serena menarik-narik tangan Jerry yang masih asik mengelus.

Menaikkan arah usapannya tiba-tiba Jerry mematung. Ia menemukan sesuatu yang besar. "KAKEK!" teriak Jerry penuh kemurkaan.

Taman istana diubah menjadi tempat perjamuan kecil. Sebuah meja panjang digelar dengan beberapa bangku yang disusun melingkar. Sedang terjadi perbincangan santai kaisar dengan keluarganya. Ya ini bisa dibilang sebuah tradisi yang rutin dilakukan setelah melakukan tugas kerajaan yang melibatkan seluruh keluarga.

Yuran menatap teh yang masih mengepul di depannya, sekitar dua menit yang lalu seorang pelayan baru saja menuangkannya dari teko. "Bukannya bagus jika pergi ke padang pasir," sarannya.

Zorten meminum teh yang tersaji untuknya. "Kau pikir kita akan berperang, hentikan obsesi itu. Ini akan menjadi liburan keluarga," tolaknya manaruh kembali cangkir tehnya.

Karin dan Zelena memilih duduk terpisah di sebelah ujung. Mereka membicarakan tentang pakaian yang cocok untuk berlibur.

"Semua itu harus kakak pilih sesuai tempat yang akan kita kunjungi," cegah Zelena saat kakak iparnya bersemangat untuk memborong banyak baju.

Seakan sadar Karin langsung sedikit mengubah rencananya. "Bukannya gaun tipis sangat cocok untuk pergi ke pantai. Aku sangat suka mendapati angin meniup gaunku," beber Karin dengan santai.

Zelena tertawa canggung. Itu terlihat dari mata dan sudut bibirnya yang tidak terbuka secara alami. "Ah, kakak harus hati-hati bahwa pelukis terkadang sering membuntuti secara diam-diam," saran Zelena agar ratu Karin menggalakan rencananya.

Melepaskan pena yang ia pakai, Karin menunduk ia sedih karena tak bisa memakai pakaian yang ia suka. "Padahal aku ingin memiliki ruang bernafas sedikit," ringis Karin dengan perasaan sedih.

Serena yang terpaksa diseret ikut dalam pembicaraan gaun ini hanya memakan kue dengan tenang.

"Tidak-tidak, mungkin jika ingin memakainya kakak bisa membuatnya untuk dipakai di penginapan," kata Zelena mencoba menghibur. Ia tak bisa melihat sosok yang tengah bersemangat menjalani tak berselera.

RoosWhere stories live. Discover now