HATE ● [THREE]

1.4K 193 18
                                    

Minho berjalan dengan embernya kembali ke sungai hari itu. Tubuhnya benar-benar sangat sakit saat sang ibu memukulinya dengan sapu karena bangun terlambat.

"Arhh" pria manis itu meringis saat kakinya menyentuh air sungai. Rasanya benar-benar sangat perih dan sakit. Entah kenapa tetesan bening itu berjalan di pipi Minho, ya dia menangis.

"Minho maafkan aku ya" suara itu membuat Minho mendongkakan kepalanya. Rupanya itu Minha datang dengan wajah sedihnya. Dia mendekat dan langsung memeluk sang adik.

"Kakak, aku tidak apa-apa hehe" kata Minho seketika tertawa saat itu, dia sama sekali tidak mau membuat wanita itu cemas.

"Ayo aku akan membantu mu" katanya sambil mengambil baju kotor itu.



"Pria itu lagi" gumam Chan saat melihat seorang pria tengah mencuci di sungai. Setiap Chan lewat di sana pasti dia melihat pria manis itu.

"Aku kira dia adalah anak penjajah tapi sepertinya dia orang pribumi" ujar salah satu rekan Chan. Pria Bang itu tersenyum lalu dia mengangguk.

"Dia sangat cantik" kata Chan sambil menatap pria itu dari kejauhan.

"Chan akhirnya kau datang" kata sang ibu saat melihat putra sematawayangnya itu pulang. Mereka langsung berpelukan untuk melepaskan kerinduan satu sama lainnya.

"Mulai sekarang aku bertugas di sini ibu" kata pria Bang itu sambil tersenyum. Wanita tersenyum benar-benar merasa sangat senang, hampir lima tahun mereka tak berjumpa satu sama lain karena Chan bertugas di peperangan barisan terdepan.

"Kalau begitu kita habiskan waktu bersama ya nak" kata wanita itu sambil mengajak Chan masuk ke rumah mereka.

Karena keluarga Chan memang sangat kaya, mereka memiliki banyak sekali pelayan dan penjaga. Dulu ayah Chan juga adalah seorang kolonel dengan pangkat tinggi di pasukan tentara negara mereka, jadi tidak heran keluarga Chan sangat terpandang dan orang-orang mulai mengamdikan diri untuk keluarganya.

Saat Chan terbaring di ranjangnya, tiba-tiba walkie talkie di sakunya bersuara. Pria itu lalu kembali bangun kemudian dengan sigap mengambilnya.

"Pemberontakan penjajah kembali terjadi, di desa sebelah mereka sudah menghancurkan beberapa rumah warga. Tuan Kolonel Bang apa yang harus kita lakukan?"

Chan benar-benar tak habis pikir mendengar itu, padahal ini sudah 10 tahun pasca kemerdekaan tapi mereka belum puas dan menyerah untuk melakukan penjajahan.

"Aku saat ini berada di desa ku, tempat ini tak jauh dari dermaga dan desa sebelah jadi kirimkan pasukan darat kemari dan basmi semua pasukan penjajah. Aku dan rekan-rekan di sini akan melakukan pengetatatan" jelas Chan.

"Berita tentang pemberontakan itu membuat warga menjadi panik, mereka kembali takut melakukan pekerjaan di luar rumah. 50 tahun dalam penjajahan membuat mereka benar-benar sangat trauma.

"Kenapa kau diam saja? Ayo pergi ke sungai!" Kata wanita itu pada Minho.

"Ibu apa kau tidak mendengar jika telah terjadi pemberontakan di desa sebelah, jika mereka sampai ke sini bagaimana?" Tanya Minha pada ibunya.

"Tidak mungkin, lagipula Minho adalah bagian dari mereka" kata wanita itu dengan senyuman miringnya.

"Apa yang kau lihat? Ayo pergi! Ingat jangan sampai kau menghanyutkan pakaian ku" kata wanita itu sambil menyentil dagu Minho.

Minho dengan pasrah mengambil pakaian kotor itu dan pergi keluar rumah.

"Ibu kenapa kau melakukan ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Minho?" Tanya wanita itu dengan wajah kesal.

"Aku tidak peduli, jika dia mati ditembak penjajah itu lebih bagus bagiku. Dia hanya duri dalam hidup ku" kata wanita itu lalu kembali melakukan pekerjaannya.






Angin pagi itu menerpa kulit putih mulus milik Minho. Suasana desa tempatnya benar-benar sangat sepi dan sunyi tak seperti pagi sebelumnya yang begitu ramai.

"Apa benar ya penjajah itu kembali?" Gumam Minho dengan agak ketakutan.

Saat sampai di sungai, dia langsung mencuci dengan cepat agar selesai lebih awal dari biasanya. Saat Minho fokus mencuci, tiba seseorang berdiri di depannya.

Hal itu sontak membuatnya terkejut dan menjatuhkan bajunya ke air.

"Apa.." Belum selesai pria itu bertanya Minho langsung pergi berlari untuk mengambil bajunya yang hanyut.

"Hai!!" Teriak pria itu sambil mengejar si manis di dalam air.

"Baju ku hanyut!!!" Teriak Minho sambil berusaha menangkapnya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Sangat berbahaya berkeliaran di rumah. Apa kau tidak mendengar penjajah kembali?" Tanya pria itu pada Minho.

"Aku tidak peduli, yang penting baju ku tidak hanyut" kata Minho pada pria dewasa itu.

"Arrhh" Minho tiba-tiba terjatuh ke air saat berhasil meraih baju sang ibu yang nyaris hanyut.

"Ayo aku bantu" kata pria itu sambil menyerahkan tangannya. Bukannya mengambil Minho malah pergi keluar sendirian dari air.

"Ayo pulang! Di sini sangat berbahaya" bujuk pria itu pada Minho.

"Tuan saya tahu, setelah ini saya akan pulang. Jadi anda silahkan lanjutkan tugas anda" kelas si manis. Pria itu menghela napas pelan.

"Minho!! Pulang!!" Suara itu membuat kedua pria itu menoleh. Minho benar-benar terlihat ketakutan saat melihat wanita itu menunggunya di tepi sungai.

"Tunggu sebentar itu" kata Minho sambil bergegas mempercepat gerakannya. Dia langsung pergi tanpa mengatakan apapun pada Chan.

"Jadi karena itu dia pendiam" gumam pria itu saat melihat Minho dipukul oleh sang ibu di depan matanya.



TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang