HATE ● [TWENTY FOUR] ● END

2.2K 137 23
                                    

Minho saat ini tengah duduk di ruangan tamu rumah Felix. Sejak Chan pergi bertugas dia selalu ke sana untuk sekedar mengobrol dengan istri Seungmin.

"Kapan kau akan melahirkan?" Tanya pria manis itu sambil mengusap perut Minho. Si manis menggeleng, dia juga belum siap melahirkan saat ini karena takut.

"Hochan!" Panggil Minho saat melihat bayi itu merangkak ke dalam. Saat Minho akan bangun Felix langsung melarangnya.

"Duduk saja, aku akan membawanya ke sini" kata pria itu pada Minho. Felix benar-benar kasihan melihat Minho terus berjalan delam keadaan hamil besar.

"Maaf ya aku merepotkan" kata Minho yang menjadi tidak enak.

"Tidak apa, anak ku jadi punya teman" kata Felix sambil menggendong Hochan.

"Yosung jaga adik ya" kata Felix pada putranya yang berumur tiga tahunan itu. Anak laki-laki itu mengangguk dan berusaha mengajak Hochan bermain.

Mereka berdua mengobrol sangat lama, karena keasikan mengobrol hari sudah mulai gelap.

"Apa kau tidak pulang?" Tanya Felix pada pria manis itu. Minho terlihat agak cemas dari tadi jika dilihat-lihat.

"Felix" kata Minho pada pria manis itu. Felix langsung menaikan salah satu alisnya.

"Perut mu sakit?" Tanya Felix dengan cepat menebaknya.

"Bukan itu, apa melahirkan itu sakit?" Tanya Minho. Felix langsung menggeleng berusaha menenangkan si ibu hamil.

"Tidak, jangan khawatir Minho" katanya pada pria yang seumuran dengannya itu.

"Terima kasih ya, aku akan pulang sekarang" kata Minho sambil menggendong Hochan yang tengah tertidur itu.

Semakin lama Hochan semakin berat, hal itu benar-benar membuat Minho sangat kewalahan menggendongnya. Karena perutnya yang sudah besar juga membuat dia sulit untuk menggendong si kecil.

Dari kejauhan Minho melihat seorang pria tengah berdiri di depan rumahnya. Pria itu langsung menoleh saat melihat Minho.

"Minho dari mana?" Tanya Chan berlari ke arah Minho. Si manis terlihat sangat lelah saat ini.

"Kenapa kau sudah pulang?" Tanya Minho kebingungan. Seingatnya Chan mengatakan dia akan pergi selama seminggu, tapi ini tiga hari Chan sudah di rumah.

"Ada yang ketinggalan ya?" Tanya Minho lagi. Chan kemudian menggeleng sambil mencium Minho.

"Aku mencemaskan mu Minho" kata Chan.

"Aku baik-baik saja seperti saat-saat sebelumnya" kata Minho sambil menggenggam tangan Chan dan masuk ke dalam.

🔞

"Ahhh Chan nghh" Minho memegang tangan Chan dengan sangat erat. Chan memegang perut Minho dan menurunkan tubuh Minho agar semakin dalam.

"Sakit?" Tanya Chan pada Minho. Si manis menggeleng pelan, sambil memegang tangan Chan dengan erat. Cairan itu memenuhi tubuh Minho membuat kedua orang itu semakin panas.

"Aduh tunggu Chan ah" kata Minho tiba-tiba memegang perutnya. Chan langsung melepaskan penisnya.

Minho terlihat kesakitan saat ini, Chan lalu menggendong Minho ke kamar yang berbeda dengan tempat Hochan tidur saat ini.

"Perut ku sakit sekali" kata Minho sambil menangis. Chan benar-benar sangat panik, dia lalu berlari ke luar untuk meminta bantuan.

Hari kelahiran tiba, Minho berusaha Mungkin untuk menahan sakit sambil mencengkram tangan Chan dengan sangat erat.

Melihat Minho kesakitan seperti itu membuat Chan juga menangis dan terus mengusap keringan di kening Minho.

"Iya sedikit lagi" kata dokter itu pada Minho. Setelah beberapa saat berjuang akhirnya suara bayi itu terdengar dengan jelas.

"Dia perempuan" kata dokter itu lalu menyerahkannya pada Minho. Minho menangis bahagia melihat putri kecil mereka yang sudah lahir itu.

***

"Bagaimana rasanya? Apa sangat lega?" Tanya Chan saat melihat Minho tengah berkaca di depan cermin. Si manis terkekeh sambil memegang perutnya yang sudah agak rata.

"Tentu, aku merasa lebih ringan" kata Minho lalu dia berbalik dan baik ke pangkuan Chan.

Cup

Chan mendapat kecupan singkat dari sang istri tercinta. Karena kegiatan manis yang ringan itu membuat Chan bergairah.

"Ssst jangan, nanti mereka bangun" kata Minho saat Chan menidurkannya ke ranjang. Pria Bang itu lalu menatap kedua anak mereka yang sudah terlelap.

"Ayo kita buatkan mereka adik lagi" kata Chan. Minho terlihat merona, dia langsung memalingkan wajahnya dari Chan. Padahal hampir empat tahun mereka menikah Minho masih saja malu.

"Aku merasa kita seperti pengantin baru" kata Chan sambil menaikan baju Minho dan mencium tubuh sang istri.

"Sudah lah, aku ingin tidur" kata Minho sambil berusaha untuk bangun. Chan benar-benar kehilangan akal saat bersama pria manisnya itu. Dia hampir lupa jika dia juga seorang ayah beranak dua.

"Hmm sayang mau ke mana? Apa kau sengaja mengindari aku?" Tanya Chan yang ikut berbaring di samping Chan. Minho menggeleng dan memeluk kedua anaknya sambil memberikan susu pada si kecil cantik itu.

"Chan apa yang kau lakukan?" Tanya Minho saat Chan menurunkan celananya.

"Aku tidak tahan, kau tadi menggoda ku. Saat aku tergoda, kau meninggalkan aku" kata Chan kesal. Minho lalu meremas celana Chan saat pria itu memasukan dua jarinya.

"Ini tidak akan sakit, lagipula lubang mu agak longgar sekarang" kata Chan.

"Ini semua kan karena ulah mu" kata si manis sambil menutup mulutnya dengan erat.

"Lepaskan saja dia, dia sudah tidur" kata Chan saat melihat bayinya terlelap. Minho lalu agak menggeser tubuhnya dari mereka. Dia harus memenuhi keinginan Chan dulu, jika tidak mau terus diganggu oleh suaminya.

"Ahhh kau kasar" kata Minho saat Chan menindih tubuhnya.

"Untung aku membeli kasur yang besar" ujar Chan sambil memasukan kepalanya ke tengkuk Minho dan membuat kissmark di sana.

"Aku sangat menyukai ini, bagaimana pun kita harus terus seperti ini sampai tua" kata Chan.

"Apa? Maksud mu?" Tanya Minho sambil membuka kakinya membiarkan Chan untuk masuk.

"Saling mencintai tanpa kebencian" kata Chan sambil mencium bibir Minho.

END
Jangan lupa vote dan komen!!


Akhirnya Minho bahagia juga, padahal sejak lahir dia benar-benar menderita banget 😭😭

Makasih ya udah baca cerita ini sampai habis. Semoga bisa menghibur kalian ya.

Yuk berikan review kalian tentang cerita ini, pengen banget dengernya.

See you gaisuuu

HATE    ||    BANGINHO ✔Where stories live. Discover now