HATE ● [FOUR]

1.3K 186 10
                                    

Minho menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia benar-benar sangat lelah dan tubuhnya sangat sakit.

"Kenapa aku hidup seperti ini?" Gumam pria itu sambil menatap dirinya di cermin. Wajah campurannya membuat pria itu benar-benar marah dan kecewa.

"Aku tidak mau dilahirkan jika harus seperti ini" katanya lagi. Tapi tiba-tiba pikiran lain muncul di benaknya.

"Tidak Minho, kau harus sabar" katanya sambil memegang dada.

Semakin lama sikap sang ibu semakin semena-mena dan sangat kasar pada Minho. Dia hanya diberikan makan dua kali saja dan itu adalah makanan sisa darinya.

Tak hanya dari sang ibu, semua warga kampung memperlakukan Minho dengan sangat buruk. Hal tersebut membuat Minho menjadi seseorang pendiam dan tidak banyak bicara apalagi tersenyum.

"Diam di sini! Nanti keluarga calon suami Minha akan datang. Kau tidak boleh menghancurkan semuanya anak haram" kata wanita itu pada Minho. Pria manis itu hanya menunduk sambil mengangguk perlahan.

Suara kunci pintu itu terdengar saat sang ibu keluar dari sana. Minho benar-benar ingin sekali menangis.

"Kakak akan menikah? Lalu bagaimana dengan ku? Siapa yang akan bersama ku?" Gumam Minho dengan berkaca-kaca. Jika wanita itu tidak ada entah bagaimana hidup Minho nanti, apa dia akan bisa hidup lebih lama?

Minho langsung terbangun saat air itu membasahi tubuhnya. Kasur satu-satunya tempat Minho tidur juga ikut basah karena air itu.

"Siapa yang menyuruh mu tidur? Bangun kau" kata sang ibu sambil membawa ember kosong. Minho langsung bangun dan mendekat.

"Maaf ibu, tadi sangat lama jadi aku tak sengaja..." tiba-tiba wanita itu mencengkram dagu Minho.

"Keluar dan bersihkan sampah-sampahnya" kata wanita itu. Minho benar-benar membersihkan semuanya, mulai dari memungut sampah hingga mencici gelas-gelas kotor itu.

Saat keluar dari dapur, pria manis itu tak sengaja melihat pintu kamar sang kakak terbuka. Minho tersenyum lalu dia mendekat ke sana.

"Kakak!" Panggil Minho sambil mengetuknya. Mata Minho terbelakak saat melihat wanita itu duduk di lantai sambil memeluk kedua kakinya.

"Kakak ada apa?" Tanya Minho masuk ke dalam. Tiba-tiba wanita itu menatap Minho sambil tersenyum.

"Minho kau sudah makan?" Tanyanya dengan wajah ceria dalam sekejam. Tapi keceriaan itu hanyalah sebuah pengalihan menurut Minho. Dia tahu wanita itu tengah sedih sekarang.

"Kakak akan menikah ya" kata Minho sambil memegang tangan sang kakak.

"Iya Minho tidak disangka ya" gumam wanita itu.

"Selamat ya kak, semoga kakak selalu bahagia di sana" kata Minho sambil memeluk kakaknya dengan erat. Wanita itu membalas pelukan Minho sambil mengusap rambut si manis.

"Aku senang jika kakak senang" kata Minho lagi dengan mata berkaca-kaca dengan masih memeluk wanita itu.

"Bagaimana calon suami Kakak?" Tanya pria manis itu berusaha mengalihkan suasana.

"Aku tidak tahu, tadi hanya ibunya yang datang" jelas Minha.

"Minho sebenarnya aku tidak senang dengan perjodohan ini" kata wanita itu. Minho langsung melepaskan pelukannya.

"Jangan mengatakan itu kak" kata Minho berusaha menangkannya.

"Bagaimana dengan mu?" Tanya Minha sambil memegang tangan Minho.

"Aku akan sangat senang jika kakak bahagia di sana" kata Minho. Tapi apa yang Minho katakan sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan saat ini.

Seperti biasanya, Minho mencuci pakaian di sungai. Dia benar-benar bangun sangat pagi agar bisa menyelesaikan semuanya sebelum sang kakak meninggalkan Minho ke rumah suaminya. Karena Minho dari keluarga miskin upacara hanya dilakukan di rumah calon suami sang kakak.

"Astaga" gumam Minho saat melihat rumahnya sudah sangat ramai. Dengan pakian lusuh dan keranjang cuciannya Minho masuk ke rumah lewat pintu belakang.

Setelah menaruh keranjang itu, Minho langsung keluar untuk melihat sang kakak untuk terakhir kalinya.

"Hai! Kenapa kau di sini?" Bisik sang ibu saat melihat Minho keluar dari dalam.

"Aku ingin melihat kakak" jawab Minho. Semua orang menatap Minho saat itu, hal itu membuat Minho menjadi menunduk dan berdiri di belakang ibunya.

"Tuan Bang saya merasa sangat senang jika anda akan menjadi calon suami Minha. Tolong terima kekurangan anak saya" jelas wanita itu pada pria yang yang menjadi suami anaknya.

"Bibi sepertinya ada kesalahpahaman, saya bukan ingin menikahi Minha tapi Minho putra kalian" kata pria itu. Seketika semua orang terkejut termasuk Ibu Chan yang berdiri di sampingnya.

"Apa? Chan kau tidak salah kan?" Tanya sang ibu. Pria Bang itu kemudian mendekat dan menarik tangan Minho.

"Sepertinya ibu salah mendengar namanya, namanya Lee Minho" kata Chan sambil menatap wajah si manis di depannya itu.

"Tidak! Aku tidak mau menikah dengan mu" kata Minho sambil menarik tangannya. Tiba-tiba orang-orang Chan mengepung Minho.

"Sebuah kehormatan dipilih secara langsung oleh Tuan Bang, jadi kau tidak bisa menolak" kata mereka. Chan langsung menggeleng saat melihat Minho sangat ketakutan.

"Dia akan menikah dengan ada Tuan, benar kan Minho?" Tanya sang ibu tiba-tiba pada anaknya. Wanita itu menatap Minho dengan tajam, oleh karena itu tak ada alasan Minho untuk menolak pria berkuasa itu.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang