HATE ● [TEN]

1.2K 154 17
                                    

"Ibu aku akan bertugas di kota selama sebulan. Tolong ibu jaga Minho dengan baik ya" kata Chan pada sang ibu pagi itu.

"Kau akan berangkat sepagi ini?" Tanya wanita itu dengan cemas. Chan langsung menganguk, kapal sudah menunggunya di dermaga siap untuk menyebrangi lautan.

"Iya, tolong ibu hibur dia ya. Aku tahu dia tidak menyukai ku, setidaknya dia nyaman di sini bersama mu" kata Chan pada ibunya. Wanita itu mengangguk sambil memeluk anaknya, anak semata wayang yang benar-benar membanggakan dirinya.

Setelah berpamitan dengan sang ibu, Chan kembali ke kamarnya untuk melihat keadaan Minho. Pria manis itu masih tertidur pulas saat ini.

"Minho ayo bangun sebentar" kata Chan sambil menepuk pipi pria manis itu. Mata besar itu terbuka perlahan dengan silau.

"Aku akan pergi ke luar kota selama satu bulan, jadi kau diam baik-baik di sini ya. Ada ibu yang akan menemani mu" kata Chan sambil mencium pria manis itu.

"Aku akan pergi sekarang" katanya lagi sambil memeluk sang istri dengan sayang.

***

"Bangun kau! Kenapa kau sangat malas?" Tanya wanita itu kesal pada menantunya. Minho langsung membuka matanya lagi.

"Ayo keluar! Ini sudah siang. Menantu apa yang bangun sesiang ini?" Tanyanya dengan nada kesal. Minho hanya mengangguk saat itu.

"Cepat mandi! Berpakaian yang bagus dan pergi ke tempat ku" kata wanita itu. Tapi Minho hanya diam saja tak menjawab.

"Kau bisu ya? Aku ini bukan Chan, jadi jangan macam-macam dengan ku ya" katanya. Minho lalu menganguk pelan.

Wanita itu menyuruh Minho melakukan pekerjaan rumah. Ibu mertuanya itu benar-benar sangat tegas padanya. Selama Chan pergi dia mengajarkan semuanya pada Minho.

"Kau makan dulu, setelah itu kerjaan yang lain. Aku sudah mengajarkan mu semuanya kan?" Tanya wanita itu pada menantunya.

"Baik ibu" kata Minho lalu pergi ke dapur. Saat melihat makanan itu membuatnya menjadi mual.

"Tuan apa ada masalah?" Tanya seorang pelayan yang sadar dengan apa yang terjadi pada Minho. Si manis hanya menggeleng pelan lalu kembali makan.

"Apa Tuan harus mencuci sebanyak ini Nyonya besar?" Tanya pelayan itu pada majikannya.

"Dia seorang istri dari Kolonel, tentu dia harus bisa mengerjakan semuanya. Aku juga melakukan itu dulu" katanya.

"Kau jangan banyak bicara, sebaiknya kau antar saja dia mencuci" kata wanita itu yang mulai kesal.

Panas matahari membuat Minho benar-benar semakin lelah. Rasa mual itu juga semakin keras dia rasakan.

"Kakak tunggu sebentar ya" kata Minho berusaha mencari semak-semak dan mengeluarkan isi perutnya di sana.

"Tuan Minho apa anda baik-baik saja?" Tanya pria itu pada Minho. Minho terlihat sangat pucat setelah dia muntah tapi dia berusaha kembali membawa baju kotornya itu.

"Aku baik-baik saja kakak, ayo pergi!" Kata Minho.

Wanita itu benar-benar cemas melihat Minho yang semakin pucat saat itu. Saat dia berusaha menggantikan Minho, pria itu terus menolak.

"Kakak tunggu sebentar ya, aku ingin istirahat dulu" kata Minho sambil duduk di samping keranjang cucian bersihnya.

"Kakak kenapa perut ku sakit ya?" Tanya Minho tiba-tiba pada wanita wanita itu.

"Mungkin karena anda lapar, ayo kita kembali Tuan" kata wanita itu sambil membantu Minho untuk bangun.

Saat Minho menjemur pakian itu dengan beberapa pelayan dia merasakan tiba-tiba kepalanya sangat pusing.

"Tuan Minho ada apa?" Tanya mereka para pelayan saat melihat Minho memegang dahi. Saat mencoba membuka mata pandangannya kabur dan dia pun pingsan.

Saat Minho membuka mata, rupanya dia sudah berada di pavilionnya.  Pria manis itu merasa basah di pantatnya saat dia akan bangun matanya berbelalak melihat kasur penuh dengan darah.

"Ada apa ini?" Gumam pria itu sambil berusaha bangun. Sejak tadi perutnya memang terasa nyeri dan sakit.

Dengan kekuatan yang dia miliki, Minho berjalan ke luar untuk meminta bantuan.

"Tuan Minho apa yang terjadi?" Seorang pelayan melihat Minho dengan keadaan penuh darah kakinya.

"Aku tidak tahu, saat aku bangun darahnya keluar" kata Minho ketakutan. Tiba-tiba pria itu meringis sambil memegang perutnya.

"Tunggu Tuan saya akan meminta pertolongan" kata sang pelayan.

"Bagaimana dengan dia?" Tanya Ibu mertua Minho pada dukun itu. Saat ini mereka berdua tengah berdiri di luar pavilion milik Minho.

"Tuan mengalami keguguran" bisik dukun itu. Wanita itu menghela napas, seperti apa yang dia pikirkan juga.

"Jangan pernah katakan pada Chan, kalian juga semuanya. Chan akan sangat sedih jika dia tahu" kata wanita itu pada dukun dan semua pelayan di sana.

"Jangan beritahu dia juga, sepertinya dia tidak tahu bahwa itu keguguran. Kalian katakan saja dia mengalami gangguan pencernaan" kata Ibu mertua Minho. Semua orang sepakat dan pergi dari sana.

Ibu Chan lalu masuk ke dalam pavilion itu untuk melihat keadaan menantunya.

"Besok kau istirahatlah di sini, jangan lakukan pekerjaan rumah" kata wanita itu pada menantunya. Minho kemudian mengangguk kecil lalu kembali tidur.

***

"Tuan Kolonel Bang, apa anda benar-benar akan pulang sekarang?" Tanya seorang Mayor pada Chan. Pria Bang itu menunduk memberikan hormat pada atasannya.

"Apa anda tahu, dia baru menikah" kata Letkol Kim berusaha menggoda atasannya.

"Benarkah? Pantas saja dia segera ingin pulang. Biasanya Tuan Bang yang paling bersemangat saat bertugas ke sini" kata sang Mayor. Chan hanya terkekeh mendengarnya, jujur dia sangat merindukan Minho saat ini.

"Letkol Kim kapan kau akan menikah?" Tiba-tiba pertanyaan itu Seungmin dapatkan. Pria itu nampak langsung diam tak bisa menjawab. Hal itu benar-benar membuat semua yang ada di sana tertawa.




TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang