HATE ● [EIGHTEEN]

1.1K 131 5
                                    

Beberapa bulan berlalu, usia kehamilan Minha semakin lama dan menua. Hal itu membuat semua orang menjaganya dengan ketat.

"Kakak?" Tanya Minho saat wanita itu masuk ke pavilionnya. Minho langsung bangun dan membantu wanita itu berjalan.

"Minho huh, aku lelah" katanya. Minho kemudian mengambil segelas air dan memberikannya pada sang kakak.

"Terima kasih, apa yang kau lakukan ?" Tanya wanita itu saat melihat kamar itu sangat berserakan.

"Aku membuat ini untuk anak mu" kata Minho sambil memperlihatkan sebuah sweater kecil yang dia buat. Minha mengambilnya dia benar-benar terharu melihat benda itu.

"Kakak suka?" Tanya Minho pada sang kakak.

"Iya terima kasih banyak Minho" katanya lalu dia memeluk adiknya itu dengan sayang.

***

Chan berjalan dengan cepat menuju ke rumah. Jantungnya berdetak kencang saat mendengar Minha akan melahirkan.

"Semoga semuanya lancar" kata Chan sambil mempercepat langkahnya.

Tangisan bayi itu terdengar di sebuah pavilion di rumah itu. Semua orang benar-benar bahagia saat melihat seorang anak laki-laki lahir dengan sehat.

"Jika Chan melihat ini pasti dia akan senang" kata sang ibu mertua menggendong cucunya. Minha tersenyum melihat mereka semua senang.

"Bagaimana keadaan kakak ya?" Gumam Minho sambil mengintip di jendela. Sejak saat kegugurannya yang terakhir kali, Chan benar-benar tak membiarkan Minho keluar dari sana.

Suara tangisan bayi itu dapat Minho dengar, air matanya menetes mendengarkan itu.

"Aku ingin ke sana" kata Minho.

Chan berkaca-kaca melihat seorang bayi kecil tengah tidur berbaring sambil menyusu pada ibunya. Semua orang benar-benar terharu akan momen bahagia itu.

"Ini benar-benar anak ku?" Gumam Chan. Sang ibu menganguk, Chan dengan ragu menyentuh pipi bayi lucu itu.

"Ini benar-benar seperti mimpi" gumam Chan sambil menangis.

"Kau tidak menemui Minho?" Tanya Minha pada suaminya. Saat ada bayi itu seketika dia melupakan Minho.

"Aku akan ke sana, boleh aku membawa dia?" Tanya Chan padanya.

"Iya bawalah" kata wanita itu sambil tersenyum. Chan menggendong bayinya lalu membawanya keluar dari sana.

"Minho" Panggil Chan sambil membuka kunci pintu itu. Dia benar-benar tak sabar melihat reaksi Minho. Tak ada jawaban dari dalam, Chan memutuskan untuk masuk ke sana.

Pria itu tersenyum saat melihat Minho sudah terlelap di sofa itu sambil duduk. Sepertinya dia menunggu seseorang di sini.

"Minho ayo bangun, lihat siapa yang aku bawa" kata Chan sambil mengusap pipi Minho dan dia duduk di sampingnya.

Si manis terbangun, dia mengucek matanya dan menguap beberapa kali.

"Kau?" Tanya Minho saat melihat Chan sudah ada di sana. Pandangan Minho teralihkan pada bayi kecil itu.

"Dia?" Tanya Minho sambil menatapnya lekat.

"Dia bayi kita" kata Chan sambil tersenyum. Minho langsung menggeleng dan berusaha membuat jarak.

"Dia bukan anak ku, dia anak mu dan kakak ku" kata Minho. Chan lalu memegang tengan Minho mencoba menjelaskannya.

***

Karena kelahiran bayi itu, sang kakak jadi sangat jarang mengunjungi Minho. Kesepian semakin menyelimuti si pria manis.

Chan juga sangat jarang pergi sana, dia lebih banyak bekerja akhir-akhir ini.

"Sampai kapan aku harus terkurung di sini?" Gumam Minho sambil merebahkan diri di kasur. Menatap langit-langit kamar adalah rutinitasnya sekarang.

"Minho" Panggilan seseorang membuat Minho terbangun di malam itu. Rupanya itu adalah Chan yang sudah duduk di depannya.

"Maaf aku membangunkan mu, tapi aku  ingin berpamitan pada mu Minho" kata Chan sambil memegang kedua tangan Minho.

"Kau mau ke mana?" Tanya Minho.

"Penjajah itu benar-benar kembali, aku harus pergi sekarang" kata Chan. Minho sebenarnya agak gelisah mendengar itu.

"Mungkin itu berita bohong, seperti waktu itu" kata Minho. Chan menggeleng lalu dia memeluk Minho.

"Aku hanya berpamitan dengan mu, aku tidak mau membuat orang-orang cemas" kata Chan. Minho lalu menunduk tak tahu harus berekspresi apa.

"Aku mencintai mu, sangat mencintai mu. Aku harap kau tidak akan pernah lupa wajah dan suara ku Minho" kata Chan. Hal itu membuat Minho mendongkakan kepalanya.

Chan lalu menautkan bibirnya pada Minho, dia melakukannya dengan sangat lembut agar Minho tak merasa kesakitan.

🔞

"Tolong izinkan aku menyentuh mu, aku takut tidak bisa melihat mu lagi" kata Chan sambil mengusap wajah si manis. Chan lalu membaringkan Minho kasur dan langsung membuka pakaian istrinya.

Chan membuat beberapa tanda di leher si manis. Pria itu benar-benar melakukannya dengan sangat lembut.

"Nghhh tunggu sebentar" kata Minho saat Chan memasukan dua jarinya ke dalam anal pria itu. Wajah Minho benar-benar sangat merah saat ini dan tubuhnya sangat panas.

"Aku akan masuk" kata Chan. Minho lalu memegang bahu Chan dan berusaha menahan sakit saat penis Chan masuk ke lubangnya.

"Ahh tunggu sebentar Minho" kata Chan sambil memegang pinggang ramping Minho. Suara desahan terdengar di pavilion itu.

Minho merasakan hal sangat berbeda dari permainan Chan malam ini. Dia melakukannya dengan lembut dan penuh cinta sehingga membuat Minho terbuai.

"Aku sangat mencintai mu Minho, aku berharap jika kita akan bersama sampai tua nanti" kata Chan sambil mencium bibir Minho.

Air mata itu tiba-tiba menetes di pipi si manis, seketika hal itu membuat Chan langsung  berhenti dan melepaskan penisnya.

"Maafkan aku jika aku menyakiti mu" kata Chan sambil mencium kening Minho. Chan dengan wajah sedihnya mengambil baju dan langsung memakainya.

"Jaga diri mu baik-baik Minho, aku pergi" kata Chan lalu dia pergi dari sana dengan berkaca-kaca.





TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang