HATE ● [NINETEEN]

1.2K 148 22
                                    

Warning ⚠️ *part ini agak aneh dan fiksi banget wkwkw. Kalau gak suka mending di skip aja wkwk


Suara keributan itu terdengar di semua penjuru desa. Hampir semua warga desa berlari pergi dari desa untuk mencari tempat yang aman.

Penjajahan itu benar-benar datang lagi, mereka membawa banyak sekali pasukan dari daratan dan laut.

Suara bom dan tembakan terdengar di mana-mana, hal itu membuat semua orang panik dan takut.

Minho hanya bisa melihat mereka yang di luar berlari sambil membawa barang-barang mereka. Pria manis itu berusaha menggedor pintu dan jendela untuk melepaskan diri.

"Mereka benar-benar melupakan aku" gumam Minho sambil menangis. Dia pasti benar-benar akan mati di tangan penjajah itu.

"Minho kau masih di dalam" Teriakan itu terdengar dari pintu.

"Kakak tolong aku, buka kak" kata pria manis itu.

"Aku akan membuka pintu, tunggu ya" kata wanita itu. Minho sambil mengusap air matanya menunggu di dalam sana.

"Minhaa apa yang kau lakukan ayo pergi dari sini, mereka akan segera datang" kata sang ibu mertua sambil membawa cucunya.

"Ibu Minho masih di dalam" kata wanita itu.

"Lupakan dia, ayo pergi. Bayi ini membutuhkan mu. Lagipula kuncinya sudah hilang" kata wanita itu itu menyeret Minha.

"Kakak!!" Teriak Minho pada sang kakak yang menangis di bawa pergi dari sana. Minho sudah sangat lelah menangis, semua orang benar-benar meninggalkan dirinya di sana.

"Sepertinya ini adalah akhir hidup ku" kata pria itu duduk di lantai. Pandangannya benar-benar kosong saat ini.

Suara bom itu membuat pavilion tempat Minho berada berguncang. Air mata mata itu kembali menetes dalam kebisuan Minho.

Suara mobil yang masuk ke pakarangan rumah Chan membuat Minho semakin bergetar, sepertinya itu penjajah. Minho menutup mulutnya sebisa mungkin, jika dia memang ditandirkan mati sekarang Minho tak masalah tapi dia harus berusaha bertahan hidup.

Suara tembakan itu terdengar di luar pintu Minho. Hal itu semakin membuat Minho bergetar ketakutan. Saat pintu dibuka, seorang pria dengan seragam lengkap tentaranya masuk ke dalam.

"Syukurlah kau selamat" kata Chan sambil berjalan ke arah Minho.

"Minho kita tak punya banyak waktu lagi, penjajah itu sudah sampai di hutan belakang. Ayo aku akan membawa mu ke tempat yang aman" kata Chan sambil membawa Minho ke luar.

"Kenapa dia ada pada mu?" Tanya Chan saat melihat bayi itu digendong oleh tentara lainnya.

"Ibu dan Minha sudah meninggal, mereka ditembak oleh para penjajah" kata Chan sambil berkaca-kaca memberikan bayi itu pada Minho.

"Kita tidak punya banyak waktu, ayo berangkat sekarang" kata Chan. Dengan menggunakan mobil itu Chan membawa Minho ke dermaga. Sepanjang perjalanan Minho terus menangis mengingat kakaknya yang sudah pergi.

"Minho kau cepatlah masuk ke kapal itu, rekan tentara ku akan membawa mu ke tempat yang aman" kata Chan sambil mengusap rambut si manis. Minho yang masih syok hanya terdiam saat itu.

"Aku tidak tahu bisa datang atau tidak, jika aku berhasil bertahan aku pasti akan menyusul kalian. Jaga diri mu dan anak kita ya. Mulai sekarang kau akan menjadi ibunya" kata Chan lalu dia mengusap pipi Minho dan pergi dari sana.

Minho dibawa masuk ke dalam kapal besar itu oleh tentara rekan Chan.

"Tuan tolong jangan menangis, bayi anda juga jadi ikut menangis" kata pria itu pada Minho. Minho benar-benar tak tahan lagi, semua orang yang dia sayangi benar-benar pergi.

"Tunggu di sini ya, saya akan ke atas untuk berjaga" kata tentara itu pada Minho. Di sana ada banyak sekali warga.

Suara tangisan bayi itu membuat semua orang menandang ke arah Minho.

"Ayo susui dia, dia sepertinya lapar" kata salah satu wanita tua itu pada Minho.

"Aku tidak bisa" jawab Minho sambil berkaca-kaca. Wanita itu lalu mendekat ke arah Minho.

"Bukankah mau ibunya?" Tanya wanita itu sambil mengusap pundak Minho. Si manis lalu mengangguk dengan ragu.

"Sepertinya kau masih muda karena itu kau tidak tahu caranya menyusui" kata wanita itu.

"Ayo coba, kasihan dia. Di sini tidak ada makanan" kata wanita itu. Minho lalu menatap bayinya. Bayi itu menangis dengan keras.

Dengan ragu Minho membuka kencing baju atasnya dan mendekatkan bayi itu ke putingnya.

"Ini tidak akan berhasil" kata Minho. Wanita itu terus memberikan motivasi pada Minho. Sampai pada saat bayi itu berhenti menangis dan mulai menyusu padanya. Ini benar-benar keajaiban menurut Minho.

"Biarkan dia seperti itu, lihatlah dia mulai terlelap" kata wanita itu pada Minho. 

"Tuan ayo kita sudah sampai" kata tentara itu berusaha membangunkan Minho. Pria manis itu membuka matanya dan melihat cahaya senja dari lubang lubang yang ada di dinding kapal.

"Ayo kita turun" katanya. Minho mengangguk lalu dia bangun. Sebelum pria manis itu bangun, tentara yang bernama Seo Changbin itu membenahi pakaiannya.

 Sebelum pria manis itu bangun, tentara yang bernama Seo Changbin itu membenahi pakaiannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Maaf aku terlihat sangat tidak sopan" kata Minho. Changbin menggeleng pelan sambil membenahi pakaian Minho.

"Saat seorang ibu menyusui bayinya mereka akan terlihat sangat sopan" kata Changbin.

Minho agak ragu melihat rumah itu, rupanya sangat berbeda dengan di desanya.

"Saya sudah menyiapkan semua keperluan anda Tuan Minho, ini adalah rumah Tuan Kolonel dia membuatnya khusus untuk anda" kata pria itu pada Minho. Minho hanya mengangguk sambil menepuk bokong bayi yang dia gendong.

Walaupun hanya satu lantai tapi rumah itu benar-benar sangat nyaman untuk di tempati dan rumah satu dengan rumah lainnya berjalan agak dekat.

"Apa benar dia membuatnya untuk ku?" Gumam Minho sambil menatap ke jendela.


TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Where stories live. Discover now