HATE ● [NINE]

1.2K 163 6
                                    

Chan berusaha berbicara dan membujuk Minho di kamar mereka. Pria itu benar-benar diam seperti patung saat Chan bicara. Hadiah yang akan Chan berikan juga tidak jadi, karena saat Chan jatuh bunga mawar itu pun jatuh ke tanah dan diinjak oleh Minho saat dia berlari.

"Ayo kita makan ya, sepertinya kau sangat lapar" kata Chan sambil mengusap rambut berantakan Minho. Sebenarnya dia sangat sedih melihat  Minho seperti itu. Bahkan satu kali pun Chan belum pernah wajah cantik itu tersenyum padanya.

"Tidak mau, aku ingin mandi" kata Minho lalu bangun dan pergi meninggalkan Chan. Chan hanya bisa mengangguk pelan agar Minho tak merasa tertekan lagi.

Pria Bang itu sudah berganti pakaian sekarang, dia juga sudah merapikan kamar mereka yang berantakan.

"Minho apa kau sudah selesai?" Tanya Chan sambil mengetuk pintu kamar mandi itu. Tak ada jawaban dari dalam, karena merasa cemas pria itu kemudian membukanya untuk melihat keadaan sang istri.

"Maafkan aku, tapi aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja" kata Chan. Minho hanya diam tak menjawab dan menoleh, dia masih sibuk menyiram tubuhnya dengan air.

Dari belakang Chan hanya melihat punggung Minho, punggung itu benar-benar tak semulus dipikirkan Chan. Banyak sekali memar dan bekas luka di sana.

"Ini kenapa?" Tanya pria itu tiba-tiba.

"Apa bisa anda keluar sebentar?" Tanya Minho yang akhirnya membuka suara. Chan langsung menganguk dan dia berbalik keluar kamar mandi.

"Wajah mu sangat cantik Minho, mulailah berdandan. Aku akan membelikan semua yang kau butuhkan" kata Chan saat melihat si manis sisiran di depan cermin. Bukannya mengangguk atau menjawab pria itu hanya diam seperti batu.

Chan lalu mendekat dan berdiri di belakang si manis. Dia memeluk Minho dari belakang dengan sayang.

"Kenapa kau terus ingin kabur?" Tanya Chan padanya. Minho seketika langsung menangis mendengar pertanyaan itu.

"Apa kau ingin pulang? Besok aku akan mengantar mu pulang" kata pria itu berusaha membujuknya.

Chan benar-benar mengeratkan genggaman tangannya di perjalanan. Semua menatap pasangan baru itu saat berjalan memasuki desa Minho. Mereka benar-benar memberikan hormat pada sang pemimpin pasukan perang itu.

"Ayo masuk ini rumah mu" kata Chan saat sambil di depan rumah yang sangat sederhana itu. Si manis tanpa berpikir panjang melepaskan tangan Chan dan berlari masuk ke dalam.

"Kakak! Ibu! Ini Minho" katanya dengan sangat bersemangat. Tak lama setelah itu pintu pun terbuka memperlihatkan seorang perempuan muda membukanya.

"Minho! Kau pulang? Dengan siapa?" Tanya wanita itu sambil memegang wajah sang adik. Dia lalu menoleh ke depan dan melihat Chan berdiri di sana.

"Ibu!! Tuan Chan datang bersama Minho" Teriak wanita itu.

Chan benar-benar tersenyum melihat Minho benar-benar sangat berbeda saat bersama sang kakak. Dia sangat berharap suatu saat nanti senyuman itu juga dia dapatkan darinya.

"Tuan Chan kenapa repot-repot ke sini? Apa anda tidak bekerja?" Tanya Ibu keluarga itu. Chan langsung menggeleng.

"Aku meliburkan diri untuk hari ini, Minho sangat merindukan kalian. Jadi dia terus ingin pulang" kata Chan.

"Saya minta maaf jika dia menyusahkan anda, dia memang anak pembangkang Tuan Chan" kata sang ibu dengan wajah sedihnya.

"Tidak masalah, dia masih sangat muda, maafkan aku juga telah menikahi dia di usia yang sangat muda" kata Chan.

Setengah hari mereka habiskan di sana, Minho benar-benar terlihat lebih baik daripada kemarin. Dia selalu tersenyum saat bersama sang kakak.

"Sudah waktu mu untuk pulang Minho, Tuan Chan orang yang sibuk jadi jangan pernah membuat dia kerepotan" kata sang kakak sambil mengusap rambut Minho. Minho langsung berkaca-kaca, bagaimana pun juga dia masih belum siap untuk kembali ke rumah itu.

"Kami akan kembali nanti" kata Chan sambil menggenggam tangan istri manisnya dan pergi dari sana.

Di perjalanan suasana menjadi hening, tak ada yang membuka pembicaraan. Wajah Minho pun juga sudah kembali murung dan sedih.

"Apa kau mau pergi ke suatu tempat?" Tanya Chan pada pria manis itu. Minho masih diam saja saat itu sama sekali dia tak menjawab.

"Sepertinya tidak" jawab Chan yang mulai kehilangan kesabaran.

"Ayo makan Minho" kata Chan yang berusaha menyuapi si manis. Tapi Minho terus menolak dan menjauh dari Chan.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan hah? Aku benar-benar sudah berusaha untuk bersabar dengan mu" kata Chan yang mulai kesal.

"Berhenti menangis dan makan semua ini" ujarnya sambil memberikan piring itu pada Minho. Chan langsung keluar pavilion dan duduk di luar untuk merokok.

Dari luar sana dia mendekat suara tangisan dari dalam. Hal itu bukannya membuat Chan menjadi tidak tenang, dia benar-benar sangat frustasi.

Saat tangisan itu berhenti, Chan berusaha memberanikan diri untuk masuk kembali ke kamar. Dia melihat piring makanan itu masih tersisa sedikit yang menandakan Minho mau makan.

"Kau benar-benar membuat ku gila" kata Chan sambil membehani posisi tidur sang istri. Dia melihat mata lebam itu terpampang di wajah cantik Minho.

"Aku ingin sepuasnya melihat wajah mu Minho, karena besok aku akan pergi ke luar kota untuk melihat keadaan di sana. Jadi saat aku pergi tolong kau berhenti menangis dan bersenang-senang lah di sini" kata Chan sambil mencium dan memeluk istrinya itu.





TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

HATE    ||    BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang