LFS-7

937 74 10
                                    

“Ayo mau jajan apa, ambil aja. Gue yang bayar.”Ucap Tutor sambil memegang keranjang belanja nya.

Mereka berada di lorong Snack sekarang ini, Yim sebenarnya tak enak tapi karna Tutor membayarnya dia jadi semangat ngambil Snack nya. Lumayan buat stok di rumah ia juga kadang harus mikir dua kalo buat jajan nih, soalnya takut nggak kebeli beras.

Apalagi uang nya pas pas an banget, sisa dari peninggalan Mama nya sebelum meninggal. Ayah sama Kaka tirinya juga nggak pernah ngasih dia uang atau jengguk ke rumah.

“Bayarin yaa~”

Yim mulai memasukkan Snack nya, keranjang jadi hampir penuh gara gara Snack yang di ambil banyak.

Tutor jadi panik, masa Yim mau makan Snack sebanyak ini. Atau mungkin mau stok? Maybe kayaknya ya.

“Bentar Yim, ini nitip kasir dulu. Gue ambilin keranjang baru aja.”Tutor langsung berjalan meninggalkan Yim, berjalan menuju kasir untuk nitip.

Di pikir pikir kalo belanja banyak jajan gini nggak bakalan bikin Yim, sehat. Mending sekalian beliin bahan makan buat di rumah.

“Mbak, di sini ada troli nggak?”Tanya Tutor pada penjaga kasir.

“Waduh, Maaf Mas. Alfamart kami tidak menyediakan troli hanya keranjang.”

“Tapi ada nggak?” Tanya nya lagi membuat wanita itu mengangguk.

“Nah yaudah sini, pinjem dulu.”

Mau tak mau, wanita itu mengambilkan troli nya sebentar ke belakang.

Tutor menunggu nya sambil melihat lihat benda di kasir, matanya tertuju pada kotak kotak kecil warna warni yang ada di sana.

Buset itu kondom apa permen karet? Warna warni begitu.’

Tak lama dari pikiran nya begitu, wanita tadi datang sambil mendorong troli. “Ini Mas.”

“Thanks.”

Tutor langsung mendorong troli nya dengan cepat menghampiri Yim.

“Sorry, lama ya?”

Yim menoleh, ia kaget. Dapet darimana tu cowok troli begitu? Lagian buat apa dah. “Nggak kok, itu ngapain ngambil troli? Apa kamu mau belanja bulanan?”

“Nggak, ini buat lo.” Tutor tiba tiba saja menunduk dan langsung mengambil sekarung beras dengan harga yang paling mahal di antara yang lain. Memasukkan nya ke dalam troli, membuat Yim melongo.

“Loh beras? Buat apa?”

“Buat Lo di rumah sama Mama Lo.” Lagi, tangan Tutor mengambil sari roti dan sekaleng susu.

“Mama udah nggak ada.”

Tutor mendongak kaget, “Maaf ngak bermaksud..”

“Nggak papa, santai aja. Kita sama sama yatim piatu.”

Tutor tertawa kecil, “Iya, cocok ya?”

“Hah? Apa?”

“Nggak, lanjutin aja mau ngambil apa lagi.”

Setelah hampir setengah jam mereka berdua muter muter kini kembali duduk anteng di mobil sambil terus berjalan menuju rumah Yim.

“Awas belepotan.”Tegur Tutor saat melihat Yim yang memakan dua es cream sekaligus dengan antusias seperti itu.

“Lo di rumah tinggal sama siapa? Bokap tiri?”

“Nggak, gue nggak tau tuh mereka di mana. Masih hidup atau nggak.” Jawabannya membuat Tutor bingung, tapi nggak mau pikir panjang mending iyaiin aja.

Mobil berhenti tepat di depan rumah minimalis dengan pagar putih di depannya, ada ayunan dan taman kecil di depan sini.

“Ini rumah Lo Yim?”Tanya Tutor, yang kagum dengan pemandangan di luar rumah nya, begitu bagus.

“Iya Ka, mampir bentar yuk. Gue buatin teh.”Yim membuka seat belt nya kesusahan, macet.

Tutor yang melihat itu lantas mendekati nya, dan membantu membuka seat belt nya. Benar saja. Seat belt itu macet.

“Gue nggak minum Teh Yim, kalau mau kopi aja.”Bisiknya, tepat di telinga Yim.

Membuat jantung nya berdetak tak karuan, wajah mereka dekat begini gimana bisa Yim nggak salting coba? Walaupun dia nggak suka Tutor kan.

“Ah gitu ya? Boleh. Tadi juga ada beli kopi kan?”

“Iya, Gue masukkin tadi kalo nggak salah. Siap siap aja siapa tau Gue mau mampir ke rumah Lo.”Tutor turun dari mobil menyusul Yim yang sudah lebih dulu berjalan membuka pagar.

Membuka bagasi dan mengangkat sekerdus barang di belakang sana, membawanya masuk ke dalam rumah Yim. Bagian dapur.

Buset ini rumah atau apa? Rapi banget! Adem rasanya. Kagum Tutor.

“Rapi banget rumah lo.”

Tutor mendudukkan dirinya di kursi meja makan, benar benar rapi rumah Yim. Banyak barang barang nya juga.

“Iyalah, orang Gue rajin bersih bersih. Tiap hari, jangan bilang kalau rumah Lo berantakan?!” Kaget Yim sambil terus mengadukan kopi di dalam gelasnya.

Tutor tertawa, bukan berarti orang yang memuji kebersihan itu berarti dia kotor bukan?

“Nggak dong, Gue ada art yang datang tiap Minggu nya buat bersih bersih. btw ini kopinya Gue minum ya.” Mengambil dan mulai meneguk kopinya, Ternyata Yim buat kopinya enak banget padahal biasanya pas di rumah dia bikin nggak seenak ini, padahal kopi nya sama, cara buat dan bahannya juga sama semua.

“Iya, minum aja.”

“Jadi,rumah Lo di bersihin seminggu sekali?”Sambung Yim lagi, matanya melirik ke arah jam yang tertempel di dinding sana.

Pukul setengah sepuluh malam! Ia pikir baru jam tujuh atau delapan tapi sudah jam segini saja.

“Mm, bisa di bilang gitu Yim.”

“Kopi buatan Lo ternyata jauh lebih enak ya? Biasanya Gue buat nggak gini.”Pujian Tutor berhasil membuat Yim tersipu malu.

Yim memang jarang membuat kopi, tapi mungkin karna ia pintar masak dan lainnya. Sudah seperti istri. Jadi kalo dia yang buat mungkin hawanya agak beda.

“Iyadong, makanya kalo bikin apa apa itu pake rasa cinta! Biar enak.”Jawabnya.

“Jadi? Lo cinta sama Gue?”

To be continued.

Love From School Where stories live. Discover now