LFS-18

507 31 11
                                    

Sekarang, dua pasanganー dua orang tanpa status yang jelas sedang duduk santai di taman kota sambil berfoto foto.

Suasana malam dengan pemandangan yang indah terlihat sempurna untuk di abadikan sebagai momen, maka berfoto fotolah.

“Udah Ka, sekarang Lo duduk di seluncuran ini gue yang fotoin.”Yim berseluncur ke bawah, lalu berjalan mendekati Tutor yang sedang memotret dirinya tadi.

Mengerutkan keningnya heran, nggak mungkin kan Tutor naik seluncuran itu lalu foto? Kayak anak kecil.

“Kamu serius mau aku foto di seluncuran? Kayak anak kecil tau.” Membayangkan nya saja sudah membuat nya bergidik ngeri apalagi berfoto di sana, apa kata teman temannya nanti?

Seorang ketua geng,idola mahasiswa kampus, berfoto di seluncuran. nah bisa hancur martabat nya.

“Serius lah! Buruan sana. Atau tidur di luar malam ini.”

“Iya iya, apasih yang nggak buat calon pacar.” dengan lesu dan berat hati, Tutor menundukkan kepala juga punggung nya agar bisa masuk baru bisa berfoto di atas sini, trus seluncuran.

“Nah udah, diem di situ. Trus gaya.” Yim mulai memotret setiap gaya yang di lakukan oleh Tutor.

Bukannya marah atau apa, Tutor malah menuruti perkataan Yim untuk bergaya di sana.

“Udah ah, cape.”

Mendengar keluhan yang di keluarkan di mulut Tutor, lantas Yim menatapnya tajam, tak percaya. “Nggak sampe dapet sepuluh foto. Masa cape?!”

“Aku kan bukan kamu yang hobinya foto foto, udah tau aku anti kamera. Lagian juga, ngapain malam malam gini ke taman? Katanya kakinya sakit? Jalan aja masih kayak begitu.”Berceloteh panjang lebar hingga akhirnya tatapan tajam di lontarkan oleh Yim.

Tutor menatap nya sambil meneguk saliva, turun secara perlahan dari seluncuran itu. “ehehe, aku salah ngomong ya?”

“foto foto bukan hobi gue, gue cuman suka aja mengabadikan momen lewat foto lagian apa susahnya? Cuman gaya doang kan? Trus, gue jalan gini juga karna siapa? Karna Lo Ka! Coba deh, Lo rasain rasanya jadi Gue, pasti Lo juga bakalan ngajak jalan biar nggak bosen di rumah..” Setelah menyelesaikan kata katanya, tanpa menunggu jawaban lain dari Tutor. Yim langsung berjalan meninggalkan keberadaan Tutor yang masih mematung di sana.

Berjalan dengan cepat menuju ke pinggiran pantai, berhubung taman kota dekat dengan pantai makanya arah nya ke sana. Berlari sekuat tenaga nya, walaupun sakit.

Tutor masih berdiri diam, ia mencerna semua ucapan Yim. Jujur saat melihat Yim berucap seperti itu sedikit melukai hatinya, di tambah lagi sepertinya adeknya itu menangis.

Hampir sepuluh menit lebih Tutor terdiam di sana, bahkan menjadi tatapan orang orang. Hingga akhirnya kesadaran nya kembali dan langsung berlari dengan cepat ke pantai untuk menyusul Yim.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Tutor mendudukkan dirinya di samping Yim yang sedang melamun di bibir pantai, air terus membasahi kaki mereka, begitu juga dengan angin yang kencang menggoyangkan rambut rambut serta pakaian.

“Maafin Kaka ya?”

Yim tak menjawab, menyandarkan kepalanya di bahu Tutor. “Kenapa ya Ka? Hidup aku gini banget.”

Mendengar kata ‘Gue-Lo’ yang kini telah di rubah ‘Aku-Kamu’ membuat senyuman tipis terukir di sudut bibir Tutor. Tangan nya memeluk pinggang ramping Yim.

“Kamu capek?”

Yim mengangguk, hidup di dunia memang berat Yim. Tapi belum pasti kalo di akhirat kita bakalan tenang? amal kita masih kurang.

“Sabar ya? Kamu boleh ngeluh capek, kamu boleh bilang kamu nggak semangat, boleh pukulin aku buat lampiaskan amarah kamu, boleh cerita ke aku juga. Tapi kamu nggak boleh nyerah buat terus lanjutin hidup.”

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Tutor membuat Yim menoleh ke arah wajah nya yang begitu dekat.

Tampan.

“Kaka sejak kapan suka aku?”

Tutor mencium bibir Yim, hanya mengecup nya saja tidak lebih, kalo mau lebih nanti di rumah.

“Sejak pertemuan pertama kita, saat di sekolah.”

“Yang mana?”

“Waktu kamu telat Yim, masa udah lupa aja.”

“Dari banyaknya orang yang suka sama Kaka, yang cinta sama Kaka. Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang Kaka suka?”

Pertanyaan Yim membuat Tutor langsung menatap matanya dalam dalam, “Yim. Kamu itu spesial di mata aku, kamu beda sama yang lain. Kamu selalu bikin aku tertarik buat kenal kamu lebih dekat, kamu juga bikin akー”

Cup!

Yim menempelkan bibirnya di bibir Tutor, menatap mata Tutor lebih dekat, tanpa berkedip. Perlahan matanya di pejamkan saat merasa Tutor mulai melumat bibirnya.

Yim membalas ciuman nya.

Mmph!ーhhh..” Dengan kesusahan Yim mengambil nafasnya banyak banyak, benar benar si Tutor ini. Udah untung dia mau ngasih ciuman malah di kasarin.

“Yim, jadi pacarku ya?”

Lagi, Yim membuang muka nya. Menatap ke arah air laut yang saat ini terus bergelombang.

“Kalo aku jawab enggak, Kaka bakalan gimana?”

Tutor ikut memalingkan wajahnya, menatap ke arah air. “Aku bakalan terus suka dan cinta sama kamu, aku harap juga. Kamu bakalan nemuin seseorang yang lebih baik buat gantiin aku, akー”

“Aku mau.”

Cup!

Berdiri dari duduknya, Yim langsung berlari di pinggiran pantai dengan kaki yang tak menggunakan sendal, sengaja biar kakinya bisa main air.

Tutor tercengang, tak percaya dengan apa yang terjadi. Mulutnya tersenyum sambil menatap Yim yang kini sedang berlarian main air.

Ikut berdiri dan berlari, Tutor mengejar Yim membuat langkah kaki yang di depan semakin kencang hingga akhirnya berhenti sambil mengambil nafasnya.

“Tuhkan capek. Makanya pacar aku nggak boleh lari lari.” Menghampiri dan langsung memberikan air minum kepada Yim.

Mengambil dan langsung meneguknya hingga habis, “Kaka ih! Aku malu tau.” Yim lagi lagi membuang mukanya, takut pacarnya itu melihat wajahnya yang kini memerah karna malu sekaligus salting.

“Ciee malu kann? Salting juga tuh kayaknya!”Goda Tutor, mungkin saat ini ia akan menggoda pacarnya sebagai hobi baru. Jujur melihat wajah malu dan salting ataupun marah Yim itu benar benar mengemaskan di mata Tutor.

“Sok tau Kaka ih!”

To be continued.

siapa yang pantengin cerita ini dari lama tapi TutorYim nya baru jadian? wkwkwk

Love From School Место, где живут истории. Откройте их для себя