LFS-20

443 32 3
                                    

“Yim, Maaf ya Aku telat datangnya tadi. Makanya kamu jadi kayak gini.”

Kedua pasangan yang baru saja jadian ini, berada di dalam mobil menuju kembali ke mansion Tutor.

Yim sejak pulang dari rumah sakit hanya diam, tak berbicara apapun membuat Tutor jadi khawatir pada pacarnya.

“Nggak papa, bukan salah Kamu.” Yim memalingkan pandangannya ke arah lain, menatap jalanan yang begitu ramai malam ini.

Selangkangan nya saja belum sepenuhnya berhenti sakit, eh malah di tambah kaki nya yang terluka karna pecahan kaca. Mungkin kalau Ibu nya masih hidup, bisa di marahi karna main air malam malam. Dengan keadaan yang gelap, makanya tidak bisa melihat dengan jelas.

Hening, tak ada yang berbicara di antara keduanya. Tutor bingung mau bicara apa untuk membujuk Yim sedangkan sang empu hanya diam sambil menatap jalanan.

“Yim, kepalanya jangan di keluarin gitu bahaya.”Menarik perlahan tubuh kekasihnya agar kembali duduk dengan tenang, Yim kalau marah ataupun ngambek tapi dia bakalan tetap nurut selagi itu menguntungkan bagi kesehatan nya.

Yim menoleh, menatap wajah Tutor membuat Tutor yang di tatap begitu jadi ikut menoleh ke arah Yim sesekali. “Kenapa sayang? Ada yang aneh sama muka aku? Atau karna terlalu ganteng?” jujur, berbicara sambil menyetir dan sesekali menatap wajah orang di samping nya itu susah. Tapi demi Yim Tutor bisa melakukan semuanya.

“Ka, kalo mau balikkan sama Ka Vina nggak papa. Aku bisa terima.”

Meminggirkan mobilnya perlahan, Tutor menatap wajah Yim memiringkan tubuhnya. “Yim Kamu ngomong apa? Kenapa ngawur gini.”

Yim menggeleng, ia hanya mengikuti apa yang sedang ada di pikirannya. Takut kedepannya Tutor bakalan meninggalkan nya sendirian dengan penuh luka karna sudah mencintai, Jika sampai terjadi begitu. Bukan kah lebih baik berpisah dari sekarang?

“Nggak, Aku serius Ka. kalau di liat dari sudut pandang mata Kaka juga Aku tau, Kaka nggak bisa lupaiin Vina kan?” Sungguh terkejut dengan apa yang di dengar nya, Tutor tidak percaya apa yang di lontarkan oleh Yim ini. Bagaimana bisa?

“Yim nggak gitu, Nggak mungkin kan Aku gagal move on sama cewek modelan Vina.”

“Ka, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini.”

Terdiam. Mulutnya seketika kaku untuk berbicara kembali, ucapan Yim begitu menusuk hatinya. Bahkan, Tutor sendiri tidak tahu bagaimana perasaan nya sekarang ini.

“Aku tanya sekali lagi. Kaka beneran suka Aku?”

Tidak menjawab sama sekali, Tutor hanya diam sambil menunduk. Membuat Yim seakan faham dengan semua ini.

“Kaka kejar Vina lagi aja ya? Nggak papa Aku sendirian. Kita udahan aja, Lebih baik kita jalanin masing masing daripada saling menyakiti satu sama lain?”

Tutor membelalakkan matanya kaget. Bagaimana mungkin? Dirinya telah memperjuangkan Yim sejak lama namun saat baru berstatus sebagai sepasang kekasih udah mau putus aja? Nggak bisa gitu.

“Nggak gitu Yim, Yiー Kamu mau kemana?” Melihat Yim yang langsung turun dari mobil dengan berjalan tergesa gesa, walaupun sesekali meringis mungkin karna kakinya yang masih terasa nyeri.

Tutor turun dari mobilnya, mengejar Yim yang sedang berusaha menjauh. “Yim! Kamu mau kemana? Kenapa nggak coba dengerin penjelasan dari aku dulu?”Tutor menahan tubuh Yim, Memegang kedua pundak pria di hadapannya dengan erat.

Hujan turun dengan deras, membuat keduanya langsung di basahi. Yim meringis saat merasa kaki nya terasa dua kali lipat sakitnya.

“Jelasin apa Ka? Semua nya udah jelas! Status kita itu cuman sebagai teman sekarang,ー”

“Yim tapi aku sama sekali nggak suka sama Vina! Serius! Aku cuman suka sama kamu sekarang.”

“Sekarang? Berarti kedepannya tidak? Ka. Kaka itu cintanya sama Vina bukan aku. Pikiran Kaka doang yang bilang cinta tapi hati Kaka nggak!”Lagi, Yim kembali berjalan meninggalkan Tutor yang berdiri mematung di tengah derasnya hujan yang turun.

Dengan air mata yang terus mengalir, Yim tak mementingkan dirinya yang kebasahan. Terus berjalan hingga berdiri di depan hotel yang jaraknya tak jauh dari tempat ia dan Tutor berdebat, memutuskan hubungan yang belum sampai satu hari.

“Itu Tutor bukan sih?”

Zee dan NuNew yang emang rencananya lagi ngedate malam ini. Sedang berusaha untuk kembali pulang karna hujan deras tapi di tengah tengah perjalan pulang malah bertemu Tutor yang berdiri mematung di bawah hujan.

Zee turun dari mobil dengan payung di tangannya, “Bangke! Ngapain Lo di sini Tor. Balik, Yim pasti nyariin.” Sedikit berteriak agar Tutor mendengar perkataan Zee, hujan yang begitu deras serta petir yang berkali kali terdengar membuat suara Zee tak begitu jelas.

Tutor yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya diam, kini perlahan mengangkat nya. Menatap wajah Zee dengan mata merahnya, “Zee... Gue bikin Yim sakit hati nggak ya?”

Apa maksud Tutor? Dirinya tidak mengerti sama sekali, berdiri di tengah hujan seperti ini sendirian lalu berkata dirinya menyakiti Yim?

“Apa maksud Lo?”

“Gue udah bikin Yim sakit hati..”

Plak!

NuNew yang baru saja turun dari mobil sambil memegang payung juga di tangannya, mendengarkan ucapan Tutor lantas terkejut dengan fakta yang di dengar. Di pukul nya dengan keras wajah Tutor.

Bagaimana bisa pria itu menyakiti hati temannya seenak jidat begitu? Benar benar membuat nya kesal.

“Gila! Lo nggak usah dekat dekat sama temen Gue lagi Ka. Kalau sampai Gue liat Lo deket dekat Yim lagi habis Lo Gue buat.”Berjalan menjauh dan masuk ke dalam taksi yang lewat, membuat Zee yang melihat itu lantas melongo.

NuNew marah dengannya juga? Benar benar di luar dugaan nya. Padahal ia tak berbuat apa apa, temannya lah yang berbuat salah di sini, kenapa diri nya juga kena?

“Brengsek Lo Tor, Gue udah bilang kan? Jangan pernah mempermainkan perasaan orang lain, Tapi apa? Lo malah kaya gini sama Yim. Dia nggak punya siapa siapa di sini Tor?!”

“LO PIKIR GUE MAU KAYAK GINI? NGGAK ANJING!”

Saling meneriaki satu sama lain di tengah hujan, membuat emosi keduanya turun naik. Di tambah lagi dengan masalah yang akhir akhir ini datang dengan banyak.

To be continued.

Berat ya? Mau nggak di lanjutin aja?:)


Love From School Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon