LFS-22

430 27 0
                                    

“Dok, gimana keadaan Tutor?”

Baru tiba di rumah sakit, berlarian ke sana kemari hingga akhirnya tiga orang yang sedang terpuruk itu berhenti di depan ruangan yang telah di tunggu oleh dokter di depannya.

“Kalian keluarga pasien?”

“Kita orang terdekat nya,”

“Kecelakaan yang terjadi pada pasien cukup parah, tapi hanya terjadi sedikit benturan di kepalanya, kemungkinan besok atau lusa akan segara sadar. kalau gitu saya tinggal dulu ya.”

Zee dan NuNew yang masuk lebih dulu ke dalam sedangkan Yim masih merasa takut sekaligus gugup untuk masuk ke dalam sana.

“Yim? Ayo masuk.”NuNew menghampiri Yim, mengandeng masuk temannya itu.

Yim duduk di kursi samping ranjang Tutor, entah apa yang di lakukan mantan pacarnya ini sehingga membuat nya kecelakaan dengan parah.

Bahkan hujan di luar juga masih begitu deras, ketiga nya masih sama sama menggenakan pakaian yang basah.

“Yim, kayaknya kami pulang dulu deh ya? Ganti baju sekalian ngambilin Lo baju.”

Yim menoleh ke arah sumber suara, di sana sudah ada NuNew yang sedang bersiap-siap untuk kembali pulang dengan Zee. Sepertinya kedua nya sudah kembali berbaikkan?

Tak menjawab apapun, hanya mengangguk sebagai isyarat. Kedua pasangan tadi langsung berjalan keluar dari ruangan meninggalkan Yim sendirian di sini. Walaupun ada Tutor tapi pria itu sama sekali tidak membuka matanya.

Hening, tak ada suara apapun selain deru nafas Yim di ruangan ini.

Matanya menatap wajah Tutor yang begitu tenang di sana, dengan kepala yang di perban saja darah nya masih mengalir. Nggak kebayang gimana sakitnya.

“Ini semua karna aku kan ya Ka?” dengan senyum getir nya, Yim merebahkan kepalanya di samping tangan Tutor.

Rasanya melelahkan, ingin menyerah namun masih ada Tutor yang menjadi tujuan hidupnya, walaupun mungkin status mereka bukan lah pacaran lagi tapi hanya sebuah mantan pacar tapi tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya.

“Maaf...”

...

Pagi ini, harusnya Yim pergi ke sekolah. Tapi karna harus menjaga Tutor tidak memungkinkan untuknya pergi ke sekolah, apalagi Tutor tidak punya keluarga lain selain dirinya, mungkin.

Yim terusik dari tidurnya, merasa ada tangan yang selalu mengusap kepalanya. Mengangkat perlahan kepalanya, sedikit susah karna matanya masih begitu mengantuk di tambah lagi kepala nya terasa berat.

Samar samar, matanya melihat Tutor yang sedang tersenyum manis ke arahnya, bentar bentar? Dia nggak lagi mimpi kan?!

“Ka? Kaka? Kaka udah sadar? Kapan sadarnya? Kok aku nggak di bangunin?!” bukannya senang saat melihat Tutor sadar, ia malah menyerang nya dengan bertubi-tubi pertanyaan juga marah marah.

Uh! Sangat menggemaskan di mata Tutor. Seperti kucing gembul yang sedang marah marah!

“Aku bangun bukannya seneng malah di marahin gimana sih?” Dengan gemas tangan nya mencubit hidung Yim membuat nya jadi semakin kesal.

“Ka udah dong! Sakit nih. Sini aku cubit juga hidung nya!”Yim mencubit hidung Tutor dengan keras membuat pria nya jadi meringis sakit.

“emmm! Rasain sakit kan? Siapa suruh main cubit cubit hidung orang di kira apa gitu main cubit cubit aja.”Yim menjauh, ia masuk ke dalam kamar mandi. Pengen cuci muka,

Tutor menghela nafasnya, rasanya seperti tidak ada yang terjadi malam tadi. Walaupun nyatanya Yim lah yang membuat nya jadi terbaring di atas brankar ini, tapi apa boleh buat? Tutor sudah di butakan dengan rasa cinta nya terhadap Yim.

Selesai mencuci mukanya Yim keluar dari dalam kamar mandi, mendudukkan kembali dirinya di kursi asalnya.

Telepon nya berbunyi, entah siapa yang menelepon nya di pagi pagi seperti ini.

“Halo, kenapa Nu?”

“Ka Tutor gimana? Udah sadarkan?”

“Udah nih, udah bisa lari maraton juga.”

“Anjirt.”

“To the point, mau ngomong apa?”

“Malam ini mau ikut ke bar? Sekalian menyambut kedatangan teman lama kita yang sekolah di luar negeri itu.”

“Oh, balik hari ini?”

“Iya! Gimana ikut?”

“Kenapa di bar ngerayain nya?”

“Nggak papa, biar sekalian minum minum aja. Udah lama juga kan nggak minum minum?”

“Iya siーYim nya nggak bisa Nu ajak yang lain aja ya!”

Tut!

Langsung di matikan begitu saja setelah nya berucap, membuat Yim jadi geram. Padahal ia memang akan menolak ajakan NuNew tapi ia ingin bilang jika saat ke bandara akan ikut.

“Nyeselin banget! kamu anak siapa sih Ka?!”

“Bapak dari anak anakmu.”

“Apaan nggak jelas banget, Aku cowok. Mana bisa hamil!” Tutor yang mendengar nya jadi tertawa kecil.

“Bayi tabung bisa, atau pinjem rahim.”

Mendengar jawaban Tutor membuat pria dengan nama Yim itu membulatkan matanya, dikira nya semudah itu apa? Enggak lah!

“Dikira pinjam rahim kaya pinjam duit apa, mana bisa semudah itu.”Yim sampai terheran heran mendengar nya.

“Bisa, nanti kan bisa aku sogok.”

“Udahlah Ka, nggak usah basa basi lagi. Lagian kita juga udah putus kan?”

Benar, apa yang di ucapkan Yim sepenuhnya benar. Tapi Tutor belum mengkonfirmasi apapun bukan tentang masalah putus atau tidaknya ia terima, harusnya putus itu di konfirmasi oleh dua belah pihak? Bagaimana bisa kalo hanya sepihak saja.

“Yim, kamu serius mau akhirin hubungan kita di sini? Nggak mau menetap dulu?”

Pertanyaan Tutor membuat Yim terdiam, rasanya pengen menjawabnya tapi mulutnya begitu kaku. Bahkan untuk sekedar menatap mata pria itu juga rasanya sangat berat untuk Yim.

To be continued.

Love From School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang