Special Chap-END

664 34 11
                                    

“Ini kita langsung ke Resto Jimmy atau pulang dulu?”Tanya Yim pada Tutor, tangan nya kini memegang punggung Choco yang sedang tertidur sambil memeluk tubuhnya.

“Iya, langsung aja sayang. Kalo pulang nanti jadi lama.”

“Oke.”

Padahal tadinya, Choco mau di rebahkan di belakang karena ada tempat khusus untuk anak itu yang telah di sediakan Tutor jika saat mereka bepergian dan anaknnya tertidur, tapi nggak bisa karena keranjang tidur itu di isi dengan banyaknya mainan Choco.

Bilangnya pas di rumah, Tutor tidak membelikan mainan yang harga nya ratusan juta pada anaknya,namun nyatanya memang benar. Hanya saja Tutor membelikan mainan nya yang murah sekitar dua atau tiga juta satunya di tambah dengan barang lainny jadinya hampir seratus juta.

Yim sampai di buat pusing dengan kelakuannya, bahkan kamar khusus bermain Choco sudah hampir penuh gara gara mianan nya yang terus bertambah. Bahkan semalam juga Tutor membelikan seluncuran yang harganya bukan main. Masalahnya adalah, Yim masih belum memperbolehkan anaknya main seluncuran!

“Ka, kebayang nggak sih. Kalau dulu pas Kaka lamar aku itu aku tolak. Kayaknya sekarang aku bakalan masih kerja.” Yim memulai pembicaraan nya, membahas masa lalu mungkin.

Tutor sesekali melirik istrinya di samping, “Nggak, aku nggak pernah mau bayangin kamu nolak aku.”

“Ck, udah tua. Masih gombal ingat umur! Anak udah ada.”

“Serius sayang, bukan gombal.”

Yim hanya diam, “Yim, Kaka tiri kamu itu gimana kabarnya?”Tutor bertanya membuat Yim langsung menoleh nya dengan mata elangnya.

Masalah nya yang di pertanyakan oleh suaminya ini, adalah mantan kekasihnya! Bagaimana ia tidak kaget coba.

“Kenapa? Kangen sama mantannya?!”Yim bertanya sambil mengeraskan suaranya, membuat Choco yang tidur di pelukannya jadi bergerak karena terusik.

“Tuhkan, ngomong nya pelan pelan aja. Nanti Choco kebangun kamu yang riweh. Aku nggak kangen sama Vina, cuman nanya aja sayang. Lagian aku udah ada kamu. karna mau gimanapun juga dia saudara tiri kamu bukan?”

Benar apa kata suaminya, dia dan Vina tetaplah saudara, dalam mimpi wanita itu.

Yim hanya diam, tak menjawab. Masalahnya ia juga tidak tahu bagaimana kabar Vina dan ayahnya itu, bahkan keberadaan nya di mana juga tidak tahu.

Lampu di perempatan jalan berganti warna menjadi merah, mobil Tutor perlahan berhenti.

Di tengah tengah menunggu lampu di atas sana berubah menjadi hijau. Kaca mobil mereka di ketuk membuat Tutor jadi membukanya.

“Pak.. sedekahnya pak..saya belum makan udah tiga hari..”

Tutor mengeluarkan uang merahnya dari dompet memberikan dua lembar uang ratusan ribu pada pengemis ini, “NihーLoh Vina?!” Terlonjak kaget dengan apa yang di lihat olehnya. Bahkan Yim ikut menoleh.

Wanita pengemis dengan nama Vina itu hampir saja berlari karna Tutor mengetahui nya. Bukannya ia mau kabur atau apa hanya saja ia malu dengan Yim.

“Vin, jangan lari. Kita ngobrol dulu di sana. Gue menepi bentar.”Tutor menunjuk ke arah bawah pohon yang jaraknya tak jauh. Menepikan mobilnya.

Yim meninggalkan Choco di kursi khusus untuk anaknya, lalu berjalan keluar menyusul Tutor.

“Ka Vina? Kenapa bisa jadi kayak sekarang? Ayah gimana kabarnya?”Yim bertanya sambil membawa sebungkus roti dan Aqua di tangannya.

Yim tetaplah Yim, sekalipun orang itu sangat teramat membenci dirinya. Tapi Yim sama sekali tidak bisa membenci seseorang.

Vina menyambut pemberian Yim dengan senang hati, memakan roti dan meminum minuman nya dengan cepat. Benar benar kelaparan.

Love From School Where stories live. Discover now