LFS-19

430 34 12
                                    

Tutor tertawa, ia melepaskan jaket yang ia pakai lalu di pasangkan di tubuh Yim agar pacarnya tidak masuk angin, Masalahnya mereka berada di pantai malam malam begini angin nya kencang di tambah lagi Yim pakai crop top. Padahal udah di larang sama Tutor, untuk pakai celana panjang kalo tadi Yim pakai celana pendek sudah pasti mereka tidak akan tiba di sini.

“Oh jadi, setelah putus sama Gue Lo jadi gay dan pacaran sama anak pembawa sial ini?”

Deg!

Yim tahu siapa pemilik suara ini, Ya, Vina! Kaka tiri nya yang telah merenggut semua harta peninggalan Mama nya.

Tutor langsung menarik Yim untuk berada di samping nya, “Bukan urusan Lo. Dan lagi jaga mulut Lo itu sebelum Gue bikin Lo nggak bisa ngomong!”

Vina tertawa meremehkan, “Jelas urusan Gue. Pacar Gay Lo ini adek tiri gue.”

Kaget? Tentu saja! Jantung Tutor hampir loncat keluar dari tempatnya. Kepalanya menoleh ke samping menatap pacarnya yang sedang menunduk memainkan kaki kakinya.

“Yim? Beneran?”

Yim tak menjawab, hanya mengangguk. Kepalanya di angkat lalu menatap ke arah Tutor, “Aku tunggu di mobil ya. Ngobrol aja.” Sambil tertawa kecil, Yim langsung berjalan meninggalkan Tutor.

Tutor kembali menatap Vina, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

“Tor, Lo kenapa si? Gue kurang apa coba. Kenapa kita nggak balikan aja? Dari pada Lo Gay kan. Lebih baik sama Gue, kita coba perbaiki lagi.” Vina meraih tangan Tutor namun langsung di tepis dengan kasar oleh sang pemilik.

“Nggak! Lagian Gue juga lebih nyaman sama Yim di banding Lo yang kayak jalang.”

“Ck, Yim nggak ada apa apa nya di banding Gue. Lo nggak bisa samaiin Gue dan Yim. Kita beda.”

Tutor mengerutkan keningnya, “Beda apaan? Kelamin? Gue tau ya anjing. Lo nggak usah banyak basa basi, Gue mau pulang.” Langkah kakinya langsung berjalan untuk menyusul Yim yang sudah jauh.

“Gue beda sama Yim! Gue bisa hamil! Bisa ngasih Lo anak, dia nggak bisa sama sekali.” sedikit berteriak, Vina menggucapkan kata katanya dengan penuh penekanan.

Tutor yang mendengar lantas terhenti dari langkah kakinya, terdiam. Membuat Vina yang berada tak jauh di belakang nya langsung berlari menghampiri.

“Lo yakin nggak mau balik sama Gue?”Tanya Vina entah untuk yang keberapa kalinya.

Tutor menghela nafasnya, Sekali lagi matanya dengan tajam menatap wanita di hadapannya ini. “Nggak! Walaupun Yim nggak bisa hamil. Tapi dia rumah kedua Gue, keluh kesah Gue. Tempat pertama yang selalu jadi tujuan Gue. Masalah anak, kita bisa adopsi.”

Vina terdiam, dia memang bisa segalanya. Tapi yang dia tidak bisa adalah memiliki Tutor kembali. Namun bukan Vina namanya kalo cepat menyerah seperti sekarang ini.

“Tor, Nggak papa kalo Lo mau jadiin Gue selingkuhan. Gue ikhlas kok.”Ucapnya, sambil meraih tangan Tutor dan menatap nya dengan penuh permohonan.

“Gila! Lo nggak puas sama bokap Gue? Makanya balik lagi ke anaknya?! Jangan ngarep Lo! Di hati Gue cuman ada Yim ingat itu! Cuman YIM!.”

Sekarang, Yim masih berjalan di bibir pantai, karena mobil di parkir di parkiran taman kota terpaksa ia harus melewati bibir pantai ini baru bisa naik tangga dan menuju taman kota kembali.

Entah apa yang di pikirkan nya, sampai sampai tak melihat jalan, hanya air yang ada sisinya yang terus di lihat.

Yim menoleh ke belakang, tidak ada tanda tanda Tutor mengejar nya. “Jadi beneren ngobrol, aku kira bakalan di kejar.hhh, ngarep banget kamu Yim!”

Aww! Aduh..”

Terduduk, dirinya langsung lemas tak berdaya, pakaian nya juga jadi ikut basah karna terduduk di air.

Kedua kakinya terluka, tak sengaja menginjak banyaknya pecahan kaca botol di sana. Bahkan masih ada yang menancap di kakinya.

Yim nggak berani nyabut sama sekali, matanya terus mengeluarkan air mata, bahkan buat sekedar bicara aja nggak kuat.

“Hiks...”

“YIM! ASTAGA!” Tutor yang baru saja tiba benar benar terkejut dengan apa yang di lihatnya. Bagaimana tidak coba orang air di sekeliling Yim aja udah jadi merah karna darah di kakinya yang terus menerus mengalir. Di tambah lagi ada beberapa yang sobek mungkin.

Tutor duduk di samping Yim, tangan nya terulur untuk mencabut tiga buah kaca yang masih tertusuk di kaki kanan dan satu di kaki kiri.

Yim menangis, ia sama sekali tak menggubris kedatangan Tutor.

“Kak jangan! Sakit!”

Tutor tak mendengarkan ucapan Yim, ia terus menarik kacanya secara perlahan membuat Yim menangis kejar. Sakit, sakit banget.

Baru kena kaca aja udah sesakit ini, gimana nanti kalo Tutor selingkuh. Pasti rasanya jauh lebih sakit.

“Ahh! Hiks...”

“Yim jangan ngedesah di sini, suara itu boleh di denger sama aku aja.” berhasil! Dua kaca telah lepas dari kaki pacarnya sisa dua lagi.

“Aku kesakitan Ka! Bukan desah..”

Benar benar di luar dugaan Tutor, lukanya parah. Bahkan bekas kaca yang baru di cabut juga kayaknya tertusuk dalam.

Setelah semua kacanya lepas, Tutor langsung membuang nya ke air.

Wajah Yim benar benar penuh dengan air mata, Terlihat juga pacarnya itu begitu lemas. Tutor langsung mengangkat tubuh Yim ke dalam gendongan nya. Membawa nya berlari sekuat tenaga menuju mobil.

“Sabar ya? Kita ke rumah sakit. Obatin lukanya.”

To be continued.

Love From School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang