14

1.1K 140 2
                                    

"Kau dari mana saja elena?" Tanya Aresh khawatir.

Dalia sudah berada diruang keluarga istana, ia melihat kearah clara dan chelsea yang sudah berada disana sambil tersenyum miring kearahnya.

Dalia menghela nafas berat, ia kira ia bisa melawan, tapi ternyata ia masih seorang pengecut. Ia benci dirinya sendiri.

"Apa kau dirundungi oleh kedua ular itu?" Tanya Aresh lagi, karena ia lihat dalia hanya menghela nafas saat menatap clara dan chelsea.

Dalia tidak menjawab, ia hanya menggeleng pelan, ia tak mau urusannya semakin panjang.

"Kau baik-baik saja elena?" Tanya sbastian.

"Kau mau aku menghancurkan mereka?" Tanya sbastian lagi, ia sudah mengatakannya waktu itu, siapapun yang membuat elenanya tidak nyaman, akan ia hancurkan saat itu juga.

Dalia hanya tersenyum seolah tidak ada masalah baginya, meskipun sebenarnya mereka berempat sudah tau bahwa kedua kembar itu pasti mengatakan hal-hal buruk pada dalia(elena).

****

"Makan ini dalia!" Titah casey menyodorkan potongan bawang putih yang di lumuri saus pedas dan saus tomat.

Dalia menggeleng kuat, ia tak suka bawang putih ditambah lumuran saus itu terlalu banyak pasti akan membuatnya mual.

"Makan!!" Sentak naila tak terelakan.

Beberapa temannya mengunci dalia dan membukakan mulutnya agar sesendok bawang dan saus itu bisa masuk kemulut dalia.

"Makannya jadi cewe ga usah banyak gaya" ucap casey sambil terkekeh lantas diikuti oleh yang lainnya.

Dalia menangis dengan mulut yang dipaksa untuk tetap tertutup oleh tangan salah satu bawahan naila.

Dalia sudah tak kuat lagi lantas memutuskan untuk memuntahkannya kedalam piring yang berisi sisa bawang lainnya.

Semua yang berada disana mual melihat muntahan dalia yang tercampur potongan bawang yang lain.

"Kenapa lu muntahin!! Makan lagi!!!" Titah casey sambil mendorong kepala dalia kehadapan piring tersebut, sehingga mau tak mau mulut dalia bersentuhan dengan muntahnya sendiri yang tercampur dengan sisa bawang yang ada di piring.

"Hhueeek"

"Elena!" Jerit seseorang yang melihat dalia seperti ingin memuntahkan sesuatau.

"Kau kenapa?!" Tanya Reiga panik, hanya ia yang berada disana.

"Apa yang terjadi?!"

"Kau sakit?!" Pertanyaan itu terus beruntun dari mulut Reiga tanpa ada satupun yang dalia jawab.

Dalia tersadar dari lamunannya, lagi dan lagi ia mengingat kejadian yang pernah menimpanya, bahkan setelah kejadian itu, ia benci bawang putuh dan semua jenis saus-sausan.

"Elena.. " bisik Reiga sambil mengangkat wajah dalia yang sedari tadi tertunduk lantas merapikan rumbut yang menutupi wajah dalia.

"Kau menangis..." desisnya saat melihat air mata lolos dari kelopak indah gadis dihadapannya.

Reiga langsung duduk disebelah dalia lantas memeluknya erat. Tangis dalia pecah saat ia rasakan hangat pelukan reiga, andai saja saat kejadian itu ada seseorang yang memeluknya untuk menenangkannya, mungkin kenangan itu tak akan menjadi begitu buruk seperti saat ini.

Reiga memerintahkan salah satu pelayan dengan isyarat agar dalia tak terganggu dengan suaranya, untuk mengambilkan segelas air.

Tak perlu menunggu lama, segelas airpun datang dan langsung reiga serahkan pada dalia agar ia bisa sedikit lebih tenang. Setelah itu reiga kembali memeluknya sambil mengusap pucuk rambut dalia pelan.

"Jangan takut, selagi aku masih hidup....." bisik reiga dengan suara lembutnya. Suara yang tenang dan menyejukkan.

Mereka berdua tengah berada di taman belakang istana karena tadi dalia sedang menyirami tanaman dan reiga yang tak sengaja melihat dalia duduk sendiri dengan tatapan kosong.

Untung saja ia datang diwaktu yang tepat, batin reiga berbisik karena kalau tidak mungkin dalia akan terus menangis sendirian disini.

Reiga tak tau apa yang telah dalia(elena) alami semasa hilangnya, yang ia takutkan adalah kejadian dimimpi itu benar-benar dalia alami. Tanpa sadar sebenarnya pikiran reiga benar, dalia mengalami semua yang mereka impikan, dan menjalaninya sendirian...

"Pangeran Rei..." panggil dalia masih didalam pelukan reiga.

"Hmmm.." balas reiga, getaran dari suaranya dapat dalia rasakan karena kini ia berada didekapan pria ini.

"Bagaimana caranya menjadi wanita yang kuat?" Tanya dalia sendu.

"Kau tak perlu menjadi lebih kuat lagi Elena.." ucap reiga karena ia rasa dalia sudah menjadi gadis yang kuat.

"Tapi.."

"Masih ada aku yang akan melindungimu elena... kau tidak perlu susah payah menjadi lebih kuat" balas dalia tak bisa menahan ronanya karena mendengar ucapan manis dari pria ini.

"Jika kau tak ada?" Tanya dalia lagi.

"Aku tak akan pergi meninggalkanmu" Damn. Jantung Dalia sudah tak tertolong lagi, padahal ia baru saja menangis langsung diperdengarkan kata-kata semanis ini yang belum pernah ia dengar dari siapapun. Tau begini ia akan menangis terus ..hehe..

"Lantas jika aku yang pergi..?" Dalia kembali bertanya, ia menyadarkan dirinya sendiri karena bukan hal yang tidak mungkin ia kembali kedunia asalnya.

"Aku tak akan membiarkan mu pergi"  balas reiga membuat bibir dalia terkunci dengan ucapannya.

Dalia coba membenarkan posisi duduknya, lantas menghadap kearah reiga meskipun sedikit menenggak karna perbedaan tinggi meskipun mereka tengah duduk.

"Aku tetap harus menjadi wanita kuat" ucap dalia serius meski bagi reiga itu terlihat menggemaskan.

"Keras kepala" ucap reiga sambil tersenyum.

"Kalau begitu,pangeran rei..ajarkan aku memanah" pinta dalia karena ia tau reiga yang paling mahir memanah.

"Apapun untuk elena.." balas reiga sambil mengacak-acak rambut dalia.

MAAF BANYAK TYPONYA😔😔😔😔

Jangan lupa vote&follow...
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

jangan lupa vote + komen + follow ya..... mampir juga di IG @callista_ra mari kita berkawan gengs

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Where stories live. Discover now